Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image John P

Ini Mainan Sensory Anak Usia 3 Tahun yang Ideal

Edukasi | 2025-09-03 12:42:39

Memasuki usia 3 tahun, anak semakin aktif, penasaran, dan ingin mencoba banyak hal baru. Mereka suka menyentuh, meraba, mencium, hingga mencicipi benda di sekitarnya. Di sinilah orang tua punya peran penting: bukan hanya menyediakan mainan, tetapi juga menjadi pendamping yang penuh kasih dalam setiap proses belajar anak.

Salah satu cara terbaik untuk mendukung tumbuh kembang anak di usia ini adalah melalui mainan sensory. Bukan sekadar mainan biasa, sensory play membantu anak mengasah panca indra, melatih motorik, sekaligus memperkuat hubungan emosional antara orang tua dan anak.

Sumber: Unsplash
Sumber: Unsplash

Apa Itu Mainan Sensory?

Mainan sensory seper contohnya DISINI, adalah permainan yang dirancang untuk merangsang panca indra anak: penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, hingga pengecap. Bahkan, beberapa aktivitas sensory juga melibatkan keseimbangan dan koordinasi tubuh.

Ketika anak bermain sensory, mereka sebenarnya sedang “belajar” dengan cara paling alami—yaitu melalui pengalaman langsung. Mereka memeras, meraba, menumpahkan, mendengar bunyi, atau melihat warna, semua itu membangun koneksi saraf baru di otak.

Mengapa Mainan Sensory Penting untuk Usia 3 Tahun?

Usia 3 tahun sering disebut sebagai golden age perkembangan anak. Pada fase ini, mereka:

  • Sedang mengasah rasa ingin tahu.
  • Mulai melatih koordinasi tubuh dan tangan.
  • Belajar mengekspresikan diri lewat kata-kata.
  • Membutuhkan ruang untuk menyalurkan energi dan emosi.

Melalui mainan sensory, anak bisa belajar sekaligus bermain. Dan yang lebih penting, ketika orang tua ikut terlibat, anak merasakan dukungan emosional yang membuat mereka lebih percaya diri.

Ide Mainan Sensory yang Bisa Dipraktikkan di Rumah

Berikut beberapa mainan sensory yang cocok untuk anak usia 3 tahun. Sederhana, menyenangkan, dan bisa dilakukan bersama orang tua agar momen bermain terasa lebih hangat.

1. Pasir Kinetik dan Playdough

Ajak anak meremas, membentuk, atau membuat hewan, mobil, hingga rumah kecil sesuai imajinasinya. Aktivitas ini melatih motorik halus sekaligus kreativitas. Jangan lupa beri pujian sederhana seperti, “Wah, bagus sekali bentuk yang kamu buat.” Anak akan merasa bangga dan lebih bersemangat.

2. Bermain Air

Siapkan ember kecil atau kolam tiup, lalu berikan gelas plastik untuk menuang dan memindahkan air. Bisa juga ajak anak mengamati benda yang mengapung atau tenggelam. Sambil bermain, tanyakan, “Kenapa ya perahu ini bisa mengapung?” Pertanyaan ringan seperti ini melatih logika dan rasa ingin tahu anak.

3. Bermain Tekstur

Gunakan bahan sederhana di rumah, misalnya kapas, kain berbulu, busa, atau beras. Anak bisa meraba dengan tangan atau berjalan tanpa alas kaki di atas berbagai tekstur. Saat menemani, bantu anak mendeskripsikan dengan kata-kata: “Ini halus, ini kasar.” Selain stimulasi sensori, mereka juga belajar bahasa.

4. Blok, Puzzle, dan Mainan Magnetik

Berikan blok kayu, puzzle sederhana, atau magnetic toys. Anak belajar mencocokkan bentuk, menyusun bangunan, sekaligus memahami konsep sebab-akibat. Aktivitas ini melatih kesabaran, logika, dan kreativitas, apalagi jika orang tua ikut membangun bersama.

5. Alat Musik Mini

Marakas, drum kecil, atau pianika mainan bisa menjadi sarana bermain musik. Dengarkan anak menghasilkan berbagai bunyi, lalu ikut berjoget bersama. Selain melatih pendengaran dan irama, suasana hati pun jadi lebih gembira.

6. Buku Cerita Bergambar

Luangkan waktu 10–15 menit sebelum tidur untuk membaca bersama. Saat anak menunjuk gambar, respon dengan sabar: “Iya, itu kucing. Warnanya apa ya?” Buku cerita bukan hanya memperkaya kosakata, tapi juga mempererat bonding orang tua dan anak.

7. Alat Mewarnai dan Menggambar

Sediakan krayon, pensil warna, atau cat jari (finger paint). Biarkan anak bebas bereksplorasi. Aktivitas ini memberi ruang berekspresi sekaligus melatih motorik halus. Jangan khawatir kalau gambarnya tidak sempurna—yang penting mereka senang.

8. Permainan Tebak Rasa dan Aroma

Gunakan buah, sayuran, atau bahan dapur sederhana. Biarkan anak menebak aroma jeruk, kopi, atau rasa manis-asin-asam. Selain melatih indra penciuman dan pengecap, permainan ini juga mengajarkan mereka mengenal rasa dengan cara menyenangkan.

9. Bercocok Tanam

Ajak anak menggali tanah, menanam bibit, lalu menyiram setiap hari hingga tumbuh. Dari sini mereka belajar merawat, bersabar, dan memahami siklus alam. Orang tua bisa menjadikan kegiatan ini sebagai momen kebersamaan yang menenangkan.

10. Permainan Fisik: Melompat dan Menyeimbangkan Tubuh

Buat jalur sederhana dengan bantal, garis di lantai, atau tangga kecil. Biarkan anak melompat, berjalan, dan menyeimbangkan tubuh. Aktivitas ini menyalurkan energi, melatih motorik kasar, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri.

Tips Parenting dalam Mendampingi Sensory Play

  1. Utamakan keamanan: Pastikan mainan tidak mengandung bahan berbahaya dan ukurannya aman (tidak mudah tertelan).
  2. Ikut terlibat, bukan hanya mengawasi: Anak akan lebih bahagia jika orang tua ikut duduk di samping, bermain bersama, atau sekadar memberi komentar positif.
  3. Biarkan anak bereksperimen: Jangan terburu-buru membetulkan hasil karya anak. Biarkan mereka membuat “kue pasir” walau bentuknya aneh—itulah bagian dari proses belajar.
  4. Gunakan bahan sederhana: Tidak perlu mainan mahal. Kadang kardus, sendok kayu, atau botol kosong sudah cukup membuat anak bereksplorasi.
  5. Jadikan rutinitas: Sediakan waktu khusus untuk sensory play, misalnya sore hari setelah mandi. Dengan rutinitas, anak merasa aman dan nyaman.

Kesimpulan

Memberikan mainan sensory untuk anak usia 3 tahun bukan hanya soal merangsang indra atau melatih keterampilan, tapi juga tentang bagaimana orang tua hadir, mendampingi, dan berinteraksi.

Saat anak meremas playdough, menumpahkan air, atau mendengar suara drum kecilnya, mereka sedang belajar banyak hal. Dan ketika orang tua ikut tersenyum, memuji, atau sekadar duduk menemani, anak merasa dicintai dan didukung.

Pada akhirnya, mainan sensory adalah jembatan: jembatan antara dunia belajar anak dan kasih sayang orang tua. Karena sejatinya, bermain bersama adalah bentuk parenting terbaik yang bisa kita berikan di usia emas mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image