Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sebi Daily

Antara Doa, Takdir, dan Sujud yang tak Pernah Gagal

Agama | 2025-09-01 14:00:20
Ilustrasi Masjid. Foto: Rindo P./Pexels.

Oleh : Anneke Tsabitah Zhafirah_Mahasiswa Institut Agama Islam SEBI.

Tidak semua yang kita minta akan datang, dan tidak semua yang kita perjuangkan akan berbuah seperti harapan. Ada kalanya kita merasa sudah berdoa sekuat-kuatnya, berusaha sekeras-kerasnya, tapi hasilnya tetap jauh dari yang diinginkan. Pertanyaan pun muncul: “Salahku di mana? Apa Allah sedang diam?” Di titik inilah makna doa dan sujud benar-benar diuji. Bukan sekadar tuntutan, melainkan pengingat bahwa kita ini hamba. Doa dan sujud bukan hanya tentang meminta, melainkan tentang kembali menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah.

Berikut ini beberapa hal yang dapat kita renungkan tentang doa, takdir, dan sujud dalam kehidupan sehari-hari:

1. Doa sebagai Harapan dan Ikhtiar

Doa adalah tanda bahwa kita percaya Allah mendengar setiap permohonan. Ia bukan sekadar rangkaian kata, tetapi juga energi yang menguatkan hati untuk menghadapi kehidupan. Berdoa berarti kita tetap menaruh harapan, meski realita belum selalu berpihak.

2. Takdir sebagai Ketetapan Ilahi

Takdir adalah ketentuan Allah yang penuh hikmah. Menerima takdir tidak berarti pasrah tanpa usaha, tetapi yakin bahwa apa pun yang terjadi adalah rencana terbaik dari-Nya. Pemahaman ini membebaskan manusia dari rasa cemas dan putus asa, sekaligus menyeimbangkan antara ikhtiar manusia dan kehendak Allah.

3. Sujud sebagai Penyerahan Total

Sujud adalah titik terendah tubuh, tetapi puncak tertinggi hati. Di sana kita mengakui kelemahan, tetapi justru mendapatkan kekuatan yang luar biasa. Sujud bukan tanda kalah, melainkan bentuk pengakuan sekaligus kedekatan paling intim dengan Sang Pencipta.

Kesimpulan

Doa, takdir, dan sujud adalah tiga hal yang saling terkait dalam kehidupan spiritual seorang Muslim. Doa mengajarkan harapan, takdir mengajarkan penerimaan, dan sujud mengajarkan penyerahan total.

Dengan memahami ketiganya, kita belajar untuk berusaha keras, berdoa sungguh-sungguh, menerima kesulitan tanpa keluh, serta memperkuat hubungan dengan Allah. Inilah kunci ketenangan, keberanian, dan alasan untuk terus melangkah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image