Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image taufik sentana

Pengalaman Bermain Drama

Eduaksi | Wednesday, 09 Mar 2022, 01:37 WIB
Dok. Kota Cordova. NN. Ilustrasi

Ini peristiwa di tahun 1992. Sudah lama sekali. Namun kenangannya begitu melekat. Yaitu saat aku terpilih untuk bermain drama.

Kalangan anak pesantren modern menyebutnya Tamsil Masyrahi, panggung drama. Ajang kreativitas seni panggung yang digelar setiap tahun dengan beragam bentuk dan format.

Untuk perlombaan drama asrama umum, biasanya dengan berbahasa Arab dan Inggris. Tema temanya diangkat berdasarkan peristiwa kontekstual di sekitar kita.

Pada pengalaman ini, saya terpilih untuk bergabung dalam tim lomba drama dengan Tema Sirah Nabi Yusuf AS, Drama Bahasa Arab. Saya dan teman teman mewakili dari 200an anggota asrama. Ada 7 asrama yang akan tampil.

Saya berperan sebagai Abang Yusuf yang membelanya saat ia ingin dibunuh oleh saudara lainnya. Akhirnya diputuskan agar Yusuf dimasukkan saja ke dalam. Sumur.

Ini termasuk gengsi dan pembelajaran dari segi organisasi, latihan bahasa asing dan kreativitas.

Kami berlatih setiap hari dalam sebulan. Waktu latihan ,setelah ashar dan setelah isya. Sekitar satu jam. Tentu dengan lahzah Arab yang kental. Penuh disiplin, dan sesekali kena marah oleh pembina asrama.

Bahkan sempat diancam mundur saja dari ajang lomba karena aksen dan perwatakan kami belum total.

Di samping faktor watak, keseriusan dan perlengkapan panggung, faktor bahasa sangat menunjang, karena ini yang dilombakan, kemampuan berbahasa.

Rupanya ada satu keunggulan tema kami, yang tak bisa disaingi oleh tim asrama lain: yaitu, kami menggunakan sebagian besar dialog Nabi Yusuf dan kisahnya yang ada di dalam Alquran. Itu akan menjadi bahasa yang paling relevan, murni dengan Bahasa Alquran.

Dengan persiapan satu bulan, ada yang tahu berapa jatah waktu/durasi saat lomba digelar? Kami hanya tampil dalam 20 menit, maksimal 35 menit, termasuk di dalamnya, manajemen unsur panggung. Dan tentu, kisah Yusuf dan Zulaikha tidak termasuk yang didramakan.

Dramanya terdiri dari tiga babak. Pada babak ketiga ditutup dengan bertemunya Nabi Yusuf dan Ayah-ibunya, sembari dia berdoa dan bersyukur atas takwil mimpinya.

Setelah penjurian, Tim Drama Dari Asrama Kami menjadi pemenang. Banyak yang terlibat dalam kemenangan itu.termasuk para abang pengurus, rekan rekan serta penonton di aula yang penuh semangat.

Sejak tahun itu dan tahun tahun selanjutnya, saya selalu terlibat dalam seni panggung, puncaknya di tahun 1995 sd 2003, setelah itu ada penurunan intensitas dan faktor lembaga yang berbeda. Sehingga tidak rurin pementasan drama di sekolah.

Namun, untuk drama yang khas Kisah Nabi Yusuf versi tiga babak itu, belum pernah saya adaptasi. Entah kenapa.

Rasaya ingin sekali menampilkannya kembali, apa lagi dengan banyaknya aplikasi online yang memudahkan publikasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image