Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Thaufan Arifuddin

Aksi dan Kritik Gerakan Mahasiswa terhadap Gaji dan Tunjangan DPR

Kolom | 2025-08-28 15:31:55

Wajah demokrasi Indonesia hari ini tak bisa dibayangkan tanpa keterlibatan gerakan mahasiswa menjatuhkan Suharto pada tahun 1998. Dunia mahasiswa memang dunia pergerakan dan agen perubahan besar di seluruh dunia. Tak ada artinya mahasiswa tanpa keberpihakan dan terlibat dalam suatu gerakan mahasiswa yang menyatukan individu dan berbagai kelompok mahasiswa demi keadilan sosial dan tujuan yang revolusioner (Gill dan Defronzo, 2009, Shariati, 2001; Dhondt dan Boran, 2018; Choudry and Vally, 2020).

Aksi mahasiswa adalah kekuatan moral yang paling ditakuti oleh elit oligarki di negeri ini. Ilustrasi foto: www.jpnn.com

Kecerdasan tak boleh berdiri sendiri tanpa strategi dan ideologi. Kecerdasan harus seiring dengan empati sosial politik dan tanggung jawab intelektual dan universitas (Tierney, 2021) atas kondisi di luar sana agar dosa masa lalu generasi tua tak terulang dan generasi baru bisa menatap masa depan Indonesia yang lebih cerah. Sebab kata Bung Karno (2016) dalam karyanya, Di Bawah Bendera Revolusi, setelah daun tua berguguran maka muncullah tunas muda harapan baru.

Massif dan signifikannya gerakan mahasiswa terjadi di seluruh dunia di sekitar tahun 1960-an baik di Amerika, Jerman, Prancis, Inggris, Italia, China, Korea, Iran, Meksiko, Chili, India, Indonesia dan masih banyak lagi adalah sebuah bentuk kepedulian sosial politik yang sangat tinggi dari kalangan mahasiswa untuk mengeritik kekuasaan dan mendorong perubahan besar (Degroot, 1998; Mercer, 2020; Choudry and Vally, 2020).

Gerakan mahasiswa memiliki karakter yang kuat di seluruh catatan panjang pergerakan mahasiswa di seluruh dunia (Gill dan Defronzo, 2009). Ada empat karakter gerakan mahasiswa, pertama gerakan mahasiswa yang lebih reformis ketika orientasi gerakan mahasiswa memiliki tujuan perubahan struktural dan kultural yang relatif rendah. Dengan kata lain, gerakan reformis sekedar mengevaluasi suatu kebijakan elit penguasa. Gerakan dengan karakter ini dapat dilihat dalam gerakan anti perang Vietnam di Amerika sejak tahun 1965 sampai 1970-an.

Kedua, gerakan mahasiswa yang lebih berorientasi agenda politik radikal identitas di mana agenda kulturalnya lebih tinggi daripada agenda strukturalnya. Gerakan semacam ini lebih mendorong suatu kritik identitas yang mungkin terpinggirkan selama ini. Contoh gerakan ini bisa dilihat di gerakan warga kulit hitam melawan Apartheid di Afrika Selatan yang diorganisir mahasiswa pada tahun 1971 dan dipimpin oleh Steve Biko.

Ketiga, gerakan mahasiswa yang lebih bertujuan mengubah fondasi struktural terutama di sektor ekonomi dan politik. Gerakan ini memiliki target struktural sangat tinggi dibandingkan target kultural. Gerakan revolusi struktural ini adalah salah satu tahap menuju gerakan revolusi sosial yang lebih tinggi. Contoh gerakan ini adalah gerakan mahasiswa di Korea Selatan pada tahun 1974 melawan rezim Park Chung Hee.

Keempat, gerakan mahasiswa dalam wajah gerakan revolusi sosial yang menargetkan tak hanya perubahan struktural, tetapi juga perubah kultural di semua sektor. Gerakan semacam ini dapat dilihat wataknya dalam gerakan mahasiswa yang mampu menumbangkan rezim Pahlavi di Iran.

Aksi yang dilancarkan oleh elemen gerakan mahasiswa hari ini tangal 28 Agustus 2025 sebagai kritik terhadap gaji dan tunjangan DPR harus dipahami bukan hanya kepedulian mahasiswa terhadap penderitaan rakyat Indonesia, tetapi juga selayaknya dipahami dalam skema gerakan mahasiswa yang punya tendesi dan intensi revolusi struktural di Indonesia di tengah kuasa oligarki yang menumpuk kekayaan di tengah kemiskinan rakyat dan kerusakan alam.

Gerakan ini hendak melakukan koreksi total dan evaluasi terhadap berbagai sektor vital dan menyentuh publik di negeri ini dari isu hukum, pendidikan, lingkungan, kebebasan berbicara, ketimpangan ekonomi, korupsi dan masih banyak lagi.

Gerakan mahasiswa ini adalah suatu pencapaian yang tinggi untuk mencari jalan mendorong revolusi sosial yang bisa berdampak jangka panjang untuk masa depan Indonesia. Dengan kata lain, gerakan ini bukanlah gerakan pragmatis dan pesanan elit. Gerakan dengan karakter seperti ini adalah suatu gerakan moral yang memiliki tradisi panjang dan berkontribusi besar dalam membantu jatuhnya rezim ortoriter Suharto yang berkuasa selama 32 tahun seperti yang dituliskan Weiss dan Aspinall (2012).

Alhasil, dalam gerakan mahasiswa, seluruh kaum marjinal dan tertindas di negeri ini berharap akan adanya cahaya perubahan besar di negeri ini di tengah kemiskinan struktural dan adanya kuasa elit oligarki yang tak punya rasa malu.

Panjang umur gerakan mahasiswa Indonesia!

Hasta La Victoria Siempre!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image