Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ryan Muhammad Fauzan Sinaga

Pengaruh Kendaraan Bermotor terhadap Aksi Iklim di Jawa Timur

Eduaksi | 2025-08-25 22:41:09

Tema Essay : SDG 13 (penanganan perubahan iklim)

Perubahan iklim telah menjadi tantangan global yang mendesak, sehingga termasuk salah satu fokus Sustainable Development Goals (SDG) nomor 13 tentang Aksi Iklim. Dampak pemanasan global dan cuaca ekstrem sudah terasa nyata di Indonesia, terutama di provinsi Jawa Timur yang tergolong wilayah rentan perubahan pola cuaca ekstrem . Peningkatan suhu global akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, telah mempengaruhi pola hujan dan menimbulkan bencana banjir serta kekeringan yang kian sering terjadi . Laporan IPCC menegaskan bahwa jika langkah mitigasi tidak diambil, frekuensi peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan akan semakin meningkat . Kondisi ini menyebabkan kerugian besar pada sektor pertanian, infrastruktur, dan mata pencaharian masyarakat (misalnya banjir besar di 13 kabupaten tahun 2023 dan kekeringan parah di 27 kabupaten tahun 2024 ). Di Indonesia, sektor transportasi khususnya transportasi jalan raya merupakan penyumbang utama polusi udara dan emisi gas rumah kaca . Dengan tingginya jumlah kendaraan bermotor, isu emisi transportasi menjadi sangat relevan untuk dibahas dalam konteks aksi iklim di Jawa Timur.

Pertumbuhan kendaraan bermotor di Jawa Timur meningkat sangat pesat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat jumlah kendaraan bermotor di provinsi ini mencapai sekitar 24 juta unit pada tahun 2023 , sebagian besar berupa sepeda motor. Peningkatan kendaraan ini terutama terjadi pada kendaraan pribadi; menurut laporan Enciety, jumlah kendaraan bermotor pribadi di Jawa Timur tumbuh sekitar 20–25% per tahun sejak 2021 hingga 2023 , sedangkan kenaikan kendaraan umum relatif lebih rendah. Tren tersebut menunjukkan pergeseran mobilitas masyarakat ke arah penggunaan kendaraan pribadi. Tingginya jumlah dan pertumbuhan kendaraan ini berkontribusi langsung pada peningkatan emisi gas buang. Studi di Kota Surabaya (kota terbesar di Jawa Timur) mengungkap bahwa sektor transportasi menyumbang sekitar 52% dari total emisi gas rumah kaca kota tersebut . Artinya, lebih dari setengah emisi Kota Surabaya dihasilkan oleh kendaraan bermotor, terutama kendaraan pribadi dan angkutan umum.

Emisi gas buang kendaraan, terutama karbon dioksida (CO ), menjadi penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Kendaraan bermotor melepaskan CO dan polutan lain (CO, NOₓ, HC) ke udara yang tidak hanya menurunkan kualitas udara tetapi juga mempercepat pemanasan global . Pemerintah dan ahli lingkungan mengamati bahwa kontribusi kendaraan terhadap pencemaran cukup besar. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, emisi gas buang kendaraan bermotor dapat menyumbang 42–57% dari total pencemaran udara di musim kemarau (kondisi pencemaran memburuk) . Saat musim hujan pun kendaraan menyumbang sekitar 32–41% polusi udara . Dengan kata lain, hampir setengah polusi udara di kota besar akibat langsung dari asap kendaraan, apalagi mengingat kemacetan dan jumlah kendaraan yang terus bertambah.

Dampak dari tingginya emisi kendaraan di Jawa Timur mencakup buruknya kualitas udara dan risiko kesehatan bagi masyarakat. Selain itu, peningkatan emisi CO memperburuk tekanan terhadap iklim regional. Sebagai provinsi pesisir dan agraris, Jawa Timur sudah mengalami pola cuaca ekstrem yang saling terkait: daerah yang rawan kekeringan seringkali dilanda banjir susulan dalam waktu singkat . Ketidakseimbangan iklim ini diperparah oleh faktor lokal seperti berkurangnya daerah tangkapan air dan lahan rawa. Kondisi banjir yang menenggelamkan ribuan hektare sawah pada tahun 2024 di beberapa kabupaten (misalnya Lamongan, Jombang, Sidoarjo, Mojokerto) dan kekeringan akut yang melanda sebagian besar wilayah menunjukkan bahwa Jawa Timur sudah merasakan dampak nyata krisis iklim . Hal ini menimbulkan kerugian ekonomi besar dan mengancam ketahanan pangan serta kesejahteraan masyarakat lokal.

Penggunaan kendaraan bermotor yang masif di Jawa Timur berkontribusi memicu situasi di atas. Sektor transportasi di Indonesia, khususnya transportasi jalan (kendaraan roda dua dan empat), dikenal sebagai penyumbang signifikan emisi gas rumah kaca . Oleh karena itu, upaya mitigasi perubahan iklim di Jawa Timur perlu menyoroti strategi pengurangan emisi dari sektor transportasi. Misalnya, pengembangan transportasi publik ramah lingkungan (bus listrik, KRL, angkutan massal) dan pergantian kendaraan pribadi ke kendaraan listrik dapat menjadi bagian solusi . Selain itu, kebijakan uji emisi dan perbaikan kualitas BBM juga perlu ditegakkan guna menekan emisi kendaraan. Jika dibiarkan, lonjakan kendaraan bermotor dan polusi yang menyertainya akan terus mengancam pencapaian target iklim baik lokal maupun nasional.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kendaraan bermotor memainkan peran krusial dalam isu perubahan iklim di Jawa Timur. Penggunaan kendaraan pribadi yang melonjak drastis setiap tahun telah mendorong peningkatan emisi gas buang – dengan transportasi menyumbang sekitar 52% emisi gas rumah kaca di Surabaya dan berkontribusi hingga setengah pencemaran udara selama musim kemarau . Dampak negatifnya sudah tampak melalui pola cuaca ekstrem yang mengancam kehidupan masyarakat Jawa Timur (banjir dan kekeringan parah) . Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan yang muncul antara lain adalah: mempercepat transisi ke kendaraan rendah emisi (misalnya transportasi umum listrik dan mobil listrik), meningkatkan pengawasan uji emisi kendaraan, memperluas ruang terbuka hijau untuk menyerap karbon, serta sosialisasi publik tentang pengurangan penggunaan kendaraan pribadi. Pelaksanaan rekomendasi tersebut penting agar Jawa Timur dapat memenuhi SDG 13 melalui mitigasi emisi transportasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, demi keberlanjutan lingkungan dan kesehatan penduduk.

DAFTAR PUSTAKA

Gilang, K. (2024, 30 September). Provinsi dengan Jumlah Kendaraan Bermotor Terbanyak 2023. GoodStats Data. Retrieved from https://data.goodstats.id/statistic/provinsi-dengan-jumlah-kendaraan-bermotor-terbanyak-2023-784ys

Hermayandi, N. S., & Pradana, G. W. (2025). Tata Kelola Transportasi Berkelanjutan di Kota Surabaya: Studi pada Suroboyo Bus Listrik. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 3(5).

Syafaruddin, M. (2025, 28 April). KLH: Emisi Kendaraan Bermotor Sumbang 42–57 Persen Pencemaran Udara saat Kemarau. Suara Surabaya. Retrieved from https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2025/klh-emisi-kendaraan-bermotor-sumbang-42-57-persen-pencemaran-udara-saat-kemarau/

Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Timur. (2024, 17 Desember). Catatan WALHI Jawa Timur: Krisis Iklim Semakin Nyata di Jawa Timur. WALHI Jawa Timur. Retrieved from https://walhijatim.org/2024/12/17/krisis-ikilm-nyata/

Wiraraja, A. (2025, 26 Februari). Ledakan Volume Kendaraan dan Revitalisasi Infrastruktur Jawa Timur. Enciety. Retrieved from https://enciety.co/ledakan-volume-kendaraan-dan-revitalisasi-infrastruktur-jawa-timur/

Global Solutions Initiative. (2025). A Path to Zero-Emission Vehicles and Greener Infrastructure Development in Indonesia. Retrieved from https://www.global-solutions-initiative.org/wp-content/uploads/2025/03/A-PATH-TO-ZERO-EMISSION-VEHICLES-AND-GREENER-INFRASTRUCTURE-DEVELOPMENT-IN-INDONESIA.pdf

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image