Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sebi Daily

Antara Eksploitasi dan Konservasi: Menjaga Alam Kita

Eduaksi | 2025-08-25 21:55:17
Ilustrasi Tumbuhan. Foto: Alena Koval/Pexels.

Oleh: Mustofa Ahmad Nugraha_Mahasiswa Institut Agama Islam SEBI.

Setiap kali bicara soal alam, yang terlintas seringkali hanya hutan, laut, gunung, dan udara segar. Padahal lebih dari itu, alam adalah ruang hidup bagi semua makhluk, termasuk manusia. Namun, persoalan muncul ketika manusia terlalu jauh dalam memanfaatkan alam. Kita sering terjebak di dua sisi: mengeksploitasi demi kebutuhan dan keuntungan, atau mengonservasi demi keberlangsungan.

Eksploitasi memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kita butuh kayu untuk rumah, tambang untuk energi, laut untuk pangan. Tetapi masalahnya datang ketika semua itu dilakukan tanpa batas. Hutan dibabat habis, laut dijarah, tambang dikeruk tanpa pemulihan. Akibatnya, alam kehilangan daya tahan, dan bencana pun datang: banjir, tanah longsor, udara kotor, hingga kepunahan satwa.

Coba tengok hutan Kalimantan dan Sumatera. Dulu lebat dan jadi rumah bagi ribuan satwa. Sekarang, sebagian besar hilang karena pembukaan lahan besar-besaran. Gajah kehilangan jalur jelajahnya, harimau makin terdesak, orangutan kehilangan pohon untuk berlindung. Belum lagi masalah kabut asap yang tiap tahun menghantui karena pembakaran lahan. Di sisi lain, tambang batu bara menyisakan lubang-lubang besar yang berbahaya, bahkan merenggut nyawa anak-anak yang tak tahu risikonya.

Namun, bukan berarti manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Konservasi hadir sebagai jalan tengah. Bukan melarang kita memanfaatkan alam, tapi mengingatkan agar ada aturan main yang jelas. Menjaga sebagian kawasan tetap hijau, melindungi satwa, menanam kembali pohon yang ditebang, atau mengatur cara menangkap ikan. Intinya, jangan sampai alam habis sebelum waktunya.

Di Indonesia, sudah ada contoh baik. Taman Nasional Ujung Kulon menjaga badak Jawa yang hampir punah. Pulau Komodo melindungi habitat satwa purba yang hanya ada di sana. Mangrove di beberapa daerah kini dijaga, bukan hanya karena fungsinya menahan abrasi, tapi juga mendatangkan wisatawan. Bahkan banyak komunitas kecil yang aktif melakukan reboisasi atau membersihkan sungai. Hal-hal sederhana, tapi berdampak besar.

Yang penting kita sadar: alam bukan hanya warisan, tapi juga titipan untuk generasi berikutnya. Jika sekarang kita hanya sibuk menguras, maka anak cucu kita akan mewarisi kerusakan. Tapi jika kita mulai menyeimbangkan eksploitasi dengan konservasi, mereka masih bisa melihat hutan yang hijau, laut yang kaya, dan udara yang bersih.

Pilihan akhirnya ada di tangan kita. Mau terus mengeksploitasi sampai habis, atau mau berhenti sejenak, lalu menjaga agar alam tetap hidup untuk semua.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image