Rindu Kampung Halaman Tak Surutkan Semangat Mengabdi di Laut Utara
Eduaksi | 2025-08-22 15:16:25
Perjalanan hidup Aldila Dian Anggraeni adalah kisah tentang keberanian meninggalkan kampung halaman demi sebuah pengabdian. Lahir dan besar di Bulukumba, Sulawesi Selatan, daerah yang dikenal sebagai Bumi Panrita Lopi—tanah kelahiran perahu pinisi yang melegenda—Aldila tumbuh dalam lingkungan sederhana yang penuh nilai kerja keras. Kini, perjalanan hidup membawanya jauh ke utara, mengabdikan diri sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara.
Sejak kecil, Aldila dikenal sebagai anak yang tekun dan berprestasi. Ia memulai pendidikan di SD Negeri 2 Terang-Terang, melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bulukumba, hingga menamatkan sekolah di SMA Negeri 8 Bulukumba. Kecintaan terhadap laut semakin kuat ketika ia menyaksikan kehidupan masyarakat Bulukumba yang sangat bergantung pada hasil laut. Cinta itulah yang membawanya memilih kuliah di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar) dan mengambil jurusan Budidaya Perairan / perikanan.
Selepas menamatkan pendidikan tinggi, Aldila tidak berhenti mengabdi. Ia menjadi penyuluh pertanian, mendampingi masyarakat desa untuk meningkatkan hasil pertanian mereka. Dari pengalaman itu, ia belajar bahwa pengabdian bukan hanya tentang ilmu, tetapi juga tentang kepedulian.
Dalam perjalanan hidupnya, Aldila menikah dan dikaruniai seorang anak. Kebahagiaan rumah tangga menjadi penguat dalam melangkah. Namun, jalan hidup kembali membawanya pada keputusan besar: mendaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Takdir kemudian menempatkannya jauh dari kampung halaman, di Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Pilihan itu berarti ia harus berpisah dengan keluarga besar, meninggalkan tanah kelahiran, dan memulai hidup baru di tanah rantau yang asing.
“Tidak mudah meninggalkan Bulukumba, tanah kelahiran saya. Tapi saya yakin di manapun ditempatkan, tugas seorang ASN adalah mengabdi untuk rakyat dan negeri,” ujar Aldila dengan mata berkaca-kaca.
Kerinduan itu juga dirasakan oleh keluarganya. Sang ibu, dengan suara bergetar, berkata, “Sebagai orang tua, tentu kami berat melepasnya jauh. Tapi kami juga bangga, karena anak kami bisa mengabdi untuk bangsa. Doa kami selalu menyertai setiap langkahnya.”
Kini, di Minahasa Tenggara, Aldila berperan aktif mendampingi masyarakat pesisir, mengembangkan sektor perikanan, serta menjaga kelestarian laut. Meski jauh dari kampung halaman, ia menemukan kebahagiaan baru: melihat senyum nelayan yang terbantu dari hasil kerjanya.
Setiap rindu yang menyeruak, ia balas dengan pengabdian tulus. Baginya, laut bukan hanya sumber kehidupan, melainkan warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang.
Kisah Aldila Dian Anggraeni adalah potret nyata seorang anak bangsa yang berani menukar kenyamanan kampung halaman dengan panggilan tugas negara. Dari Bulukumba hingga Minahasa Tenggara, ia membuktikan bahwa cinta pada negeri bukan hanya kata, melainkan tindakan nyata yang lahir dari ketulusan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
