Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ariefdhianty Vibie

Pemimpin Muslim Makin Tak Berdaya di Hadapan Amerika

Dunia islam | 2025-08-20 10:21:01
sumber foto: tempo

Oleh : Yeti Atho’ (Aktivis Muslimah Bandung)

Agenda utama lawatan Trump ke Timur Tengah pada pertengahan Mei 2025 tidak lepas dari kepentingan Amerika Serikat di kawasan tersebut. Dari sisi ekonomi, mereka ingin memastikan sumber energi dapat dikuasai Amerika Serikat. Juga keuntungan ekonomi lainnya, yaitu menguras kekayaan dunia Arab dengan mekanisme perdagangan dan investasi. Dari sisi politik, yaitu menjaga eksistensi Israel dan mencegah instabilitas kawasan yang dapat memunculkan potensi kebangkitan Islam. Tujuan politik lainnya adalah penguatan aliansi strategis dengan negara-negara Teluk yang sudah menjadi sekutu Amerika Serikat, seperti Arab Saudi Qatar dan Uni Emirat Arab.

Walaupun dalam kunjungan ini Trump tidak mengunjungi Israel secara langsung, ia kembali menegaskan dukungan terhadap normalisasi hubungan Arab-Israel. Negara-negara Teluk diberi sinyal untuk melanjutkan kerjasama dengan Israel meski isu Palestina belum terselesaikan. Suriah didorong untuk turut dalam Abraham Accord menormalisasikan hubungan dengan Israel. Tentunya ini memperkuat posisi Israel secara geopolitik. Adapun dunia Islam semakin terabaikan. Isu Palestina hanya disinggung dalam perspektif kepentingan eksistensi Israel. Para penguasa Muslim yang hadir membawa kepentingannya masing-masing ini menunjukkan posisi mereka tidak berdaya di hadapan negara Amerika Serikat.

Trump menjadi indikator kuat dari pergeseran orientasi, keterikatan strategis, dan keterbelahan dunia Islam di Timur Tengah, konsolidasi poros “Islam Moderat Pro Barat”. Negara-negara seperti Arab Saudi, UEA, Qatar, Bahrain, Mesir, Yordania, Turki, dan Suriah semakin menunjukkan diri mereka sebagai bagian dari poros Islam moderat yang bersekutu dengan Barat terutama Amerika Serikat. Kunjungan ini juga mempertegas, bahwa poros ini siap menukar dukungan politik dan ekonomi dengan aliansi strategis dan militer.

Sikap kontradiktif kentara terlihat. Secara resmi, banyak negeri Islam masih menyatakan dukungan untuk hak-hak Palestina tetapi tindakan politik dan ekonomi mereka sering bertolak belakang. Mereka menjalin hubungan erat dengan Amerika Serikat dan Israel, termasuk investasi besar dan kerjasama keamanan. Bahkan mereka mengurangi dukungan nyata untuk Palestina baik secara diplomatik maupun material. Inilah kemunafikan yang ditampakkan secara nyata oleh para pemimpin di dunia Islam.

Tentu apa yang dilakukan oleh para pemimpin negeri Muslim di Timur Tengah saat ini jauh dari cerminan politik Islam yang luhur, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan generasi terbaik setelah beliau. Ini semestinya disadari oleh umat bahwa para pemimpin mereka ternyata jauh dari idealisme kepemimpinan dalam Islam. Ini menunjukkan kemunafikan yang ditampakkan secara nyata oleh para pemimpin di dunia Islam.

Agar dunia islam bisa menjadi sepadan atau bahkan lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan Amerika Serikat di kancah global, mereka perlu melakukan transformasi dan pembenahan di berbagai aspek penting, baik internal maupun eksternal. Harus dibangun kesadaran bahwa umat Islam pernah memiliki negara yang berpengaruh pada masa lalu. Kehadiran Daulah Islam di Madinah, yang dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin yang dapat menghancurkan imperialisme Persia dan Romawi adalah bukti nyata dari kekuatan negara yang dibangun atas dasar prinsip tauhid. Ini terus berlangsung ke masa generasi selanjutnya Khilafah Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah yang berperan mengatur tatanan global. Khilafah menjadi adidaya selama ini selama beberapa abad dan memberikan pengaruh internasional yang positif ini karena Khilafah membawa amanah yang menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Umat Islam harus meneladani apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. ketika awal mendirikan daulah Islam di Madinah mereka harus membangun negara yang berdasarkan syariat Islam yang kuat dan tangguh, serta berpengaruh secara global dan mendunia. Ini harus dibangun di atas pondasi akidah yang kokoh. Negara yang masyarakatnya memiliki nilai spiritualitas yang tinggi, individu-individu yang bertakwa, memiliki karakter negarawan, memahami syariat Islam secara utuh, dan mereka bernegara dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.

Negara yang dibangun harus ditopang oleh unsur-unsur yang meniscayakan kemandirian yang kokoh, tidak bergantung kepada negara lain, baik dari aspek sumber daya alam, maupun sumber daya manusianya. Harus ada pihak-pihak yang memperjuangkan secara konsisten untuk mewujudkan pemerintahan Islam yang kuat tangguh dan pengaruh secara global mendunia. Inilah dakwah yang menyasar dua pihak pertama umat agar hubungan agar terbangun opini dan kesadaran akan urgensi pemerintahan Islam tersebut. Kedua, pemilik kekuasaan (ahlul quwwah) yang dengan kekuasaan itu menjadikan kekuasaannya sebagai penopang pembentukan pemerintahan Islam yang kuat tangguh dan berpengaruh secara global dan mendunia.

Wallahu'alam bisshowab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image