Salewangang Institute Menggagas Inisiatif Global: Maros-Stanford untuk AI dan Keberlanjutan
Teknologi | 2025-08-19 20:27:02
MAROS – Salewangang Institute, sebuah lembaga riset dan pengembangan yang berpusat di Maros, Sulawesi Selatan, telah mengumumkan usulan kolaborasi dengan Stanford University, salah satu universitas terkemuka di dunia. Inisiatif yang dinamakan Maros-Stanford Initiative for AI and Sustainability ini bertujuan untuk memanfaatkan teknologi Kecerdasan Buatan (AI) guna memecahkan tantangan keberlanjutan, dengan menjadikan Maros sebagai laboratorium hidup. Usai kuliah umum bersama dosen Standford University, Sabtu, 16 Agustus 2025.
Usulan ini muncul dari kesadaran akan potensi unik Maros sebagai kawasan yang kaya secara ekologis dan geologis, termasuk keberadaan Geopark Nasional Maros-Pangkep. Geopark ini bukan hanya aset geologi yang penting, tetapi juga rumah bagi keanekaragaman hayati yang rentan dan ekosistem karst yang menakjubkan.
“Maros memiliki lanskap yang kompleks dan unik, mulai dari gugusan karst, lahan pertanian yang vital, hingga wilayah pesisir. Ini adalah konteks yang ideal untuk menguji bagaimana AI dapat berperan dalam konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan,” ujar Ismail Suardi Wekke moderator dalam acara kuliah umum, yang juga Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Maros
Inisiatif ini dirancang untuk berfokus pada tiga pilar utama yang saling terkait. Pertama, pertanian cerdas. Dengan menggunakan AI, inisiatif ini akan mengembangkan model untuk mengoptimalkan praktik pertanian, seperti irigasi dan pemupukan, demi meningkatkan hasil panen sekaligus mengurangi limbah dan dampak lingkungan. Teknologi ini diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Pilar kedua adalah konservasi Geopark dan keanekaragaman hayati. Rencana proyek ini mencakup penggunaan AI untuk menganalisis data satelit dan sensor akustik guna memantau kondisi ekosistem karst dan populasi spesies langka. Teknologi ini dapat membantu dalam mendeteksi aktivitas ilegal seperti penebangan liar atau penambangan yang merusak, serta memantau kesehatan situs-situs geologi penting dalam Geopark.
Terakhir, inisiatif ini akan menaruh fokus pada mitigasi bencana dan adaptasi iklim. Model prediksi berbasis AI akan dikembangkan untuk memprediksi risiko bencana alam, seperti banjir bandang dan tanah longsor yang sering mengancam daerah Maros. Dengan data topografi, curah hujan, dan geologi, AI dapat memberikan peringatan dini yang lebih akurat, memungkinkan pemerintah daerah dan masyarakat mengambil tindakan pencegahan yang lebih efektif.
Menurut Ismail Suardi Wekke, Peneliti Senior Salewangang Institute, kemitraan dengan Stanford University bukan hanya tentang transfer teknologi, tetapi juga tentang pembangunan kapasitas. Inisiatif ini akan mencakup program pertukaran peneliti dan mahasiswa, serta lokakarya bersama yang dirancang untuk melatih talenta lokal dalam ilmu data dan AI. "Kami percaya bahwa dengan menggabungkan pengetahuan lokal Maros dengan keahlian global Stanford, kita dapat menciptakan model kolaborasi yang inspiratif dan dapat direplikasi di berbagai belahan dunia," tutup perwakilan tersebut.
Saat ini, usulan Maros-Stanford Initiative for AI and Sustainability dalam tahap usulan awal kepada pihak Standford University. Jika disambut, inisiatif ini diharapkan dapat menjadi contoh nyata tentang bagaimana teknologi dan kolaborasi dapat menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan bumi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
