Kemerdekaan Akademisi: Melawan Penjajahan Intelektual di Dunia Kampus
Edukasi | 2025-08-18 21:13:10
Ketika bangsa ini berjuang merebut kemerdekaan, para pejuang menghadapi musuh yang jelas: kolonialisme. Mereka mengangkat senjata, mengorbankan tenaga, pikiran, bahkan nyawa demi cita-cita luhur, yaitu kebebasan dari penjajahan.
Namun, setelah hampir delapan dekade kita merdeka, saya menyadari bahwa perjuangan tidak berhenti di sana. Sebagai seorang akademisi, saya melihat musuh kita justru berubah bentuk. Ia tidak lagi berupa tentara bersenjata, melainkan sesuatu yang lebih halus tetapi sama berbahayanya: pelanggaran integritas akademik.
Musuh Baru Akademisi
Perjalanan saya di dunia akademik memperlihatkan bahwa musuh terbesar kita bukan datang dari luar, melainkan dari dalam. Bentuknya antara lain:
- Plagiarisme, ketika karya orang lain diambil tanpa pengakuan.
- Falsifikasi, ketika data dimanipulasi agar sesuai dengan keinginan.
- Fabrikasi, ketika data palsu diciptakan seolah hasil penelitian.
- Pelanggaran etika lain, seperti kepengarangan tidak sah, konflik kepentingan, hingga pengajuan ganda artikel.
Medannya bukan lagi hutan atau medan perang, melainkan ruang kelas, laboratorium, jurnal, dan konferensi ilmiah.
Makna Kemerdekaan Akademisi
Kemerdekaan seorang akademisi bukan sekadar kebebasan berpikir. Lebih dari itu, kemerdekaan berarti tanggung jawab menjaga marwah keilmuan. Integritas adalah fondasi utama. Tanpanya, gelar setinggi apa pun hanya akan menjadi hiasan kosong.
Seorang akademisi yang merdeka adalah mereka yang:
- Berani menolak praktik curang meski ada tekanan.
- Konsisten menghasilkan karya berdasarkan data sahih.
- Menghargai karya orang lain dengan kejujuran.
- Menjadi teladan bagi mahasiswa dan masyarakat.
Mengapa Integritas Itu Penting?
Bayangkan jika penelitian dibangun dari data palsu. Kebijakan publik bisa keliru, kepercayaan masyarakat hilang, dan reputasi lembaga tercoreng. Plagiarisme bahkan merusak mental generasi muda karena mencontek dianggap biasa. Jika dulu pejuang bangsa mempertaruhkan hidup demi kemerdekaan, maka hari ini kita ditantang untuk merdeka dari godaan pragmatisme, jalan pintas, dan manipulasi ilmiah.
Perjuangan yang Tidak Mudah
Saya tahu perjuangan ini berat. Tekanan publikasi, target kinerja, dan budaya instan sering menggoda akademisi untuk mengambil jalan singkat. Tetapi justru di situlah letak perjuangan kita.
Menjadi akademisi jujur mungkin tidak tampak heroik seperti mengangkat senjata, tetapi dampaknya sangat besar bagi keberlangsungan dunia akademik dan peradaban bangsa.Bagi saya, kemerdekaan akademisi bukan kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan yang dibingkai oleh tanggung jawab moral dan etika ilmiah.
Sebagaimana para pahlawan mengusir penjajah dari tanah air, maka tugas kita hari ini adalah mengusir “penjajah intelektual” dari ruang akademik. Dengan integritas, ilmu pengetahuan akan tetap bersih, pendidikan bermartabat, dan bangsa ini akan berdiri tegak dengan keilmuan yang bermutu dan berkarakter.
muji.blog.unimma.ac.id
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
