Menjaga Laut Pangandaran: Mengapa Kita Harus Paham Karamba Jaring Apung
Edukasi | 2025-08-14 09:15:27Laut Pangandaran bukan sekadar pemandangan indah atau objek wisata populer. Ia adalah sistem ekologi yang kompleks dan sumber daya alam yang menopang kehidupan masyarakat pesisir. Di balik ombaknya, terdapat jejaring kehidupan yang saling bergantung: nelayan, pedagang, pelaku wisata, hingga generasi muda yang akan mewarisinya.
Karamba jaring apung (KJA) hadir sebagai salah satu inovasi budidaya laut yang, secara teoritis, mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan, peningkatan ekonomi, dan diversifikasi mata pencaharian. Berbagai kajian, termasuk penelitian FAO dan KKP RI, menunjukkan bahwa teknologi ini dapat meningkatkan produksi ikan bernilai tinggi hingga 30–40% dibanding metode tradisional. Di sisi lain, literatur ilmiah juga mengingatkan bahwa KJA berpotensi memicu degradasi lingkungan, terutama jika praktik budidaya tidak menerapkan prinsip ekosistem-based management.
Secara akademis, fenomena ini perlu dibaca melalui perspektif komunikasi pembangunan. Menurut teori partisipasi yang dikemukakan oleh Paulo Freire, pembangunan yang efektif hanya bisa terjadi jika masyarakat lokal dilibatkan secara aktif sejak tahap perencanaan. Artinya, keberhasilan pengelolaan KJA bukan hanya soal teknologi atau modal, tetapi juga soal bagaimana informasi disebarkan, dipahami, dan menjadi dasar tindakan kolektif. Edukasi publik bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan proses dialog yang memampukan masyarakat untuk mengambil keputusan berbasis informasi (informed decision-making).
Sayangnya, minimnya literasi lingkungan dan kebijakan publik di tingkat lokal sering kali membuat masyarakat pesisir berada di posisi reaktif, bukan proaktif. Akibatnya, konflik ruang antara nelayan tangkap, pembudidaya, dan pelaku wisata kerap muncul, bukan karena perbedaan kepentingan yang tidak bisa dipertemukan, tetapi karena kesenjangan informasi. Penelitian komunikasi lingkungan menunjukkan bahwa ketika informasi teknis disajikan dengan bahasa yang relevan dan menggunakan media lokal, tingkat penerimaan dan kepatuhan terhadap aturan meningkat secara signifikan.
Pangandaran memiliki potensi menjadi model pengelolaan KJA yang harmonis antara ekonomi dan ekologi. Dengan zonasi yang jelas, teknologi budidaya ramah lingkungan, dan keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan, KJA dapat menjadi pilar ekonomi biru yang berkelanjutan. Namun, kunci keberhasilan itu terletak pada kesediaan semua pihak untuk membuka ruang diskusi, mengedepankan transparansi, dan berinvestasi pada literasi publik.
Sebagai akademisi, saya meyakini bahwa peran kampus dan penelitian bukan hanya menghasilkan data, tetapi juga membumikan pengetahuan itu di tengah masyarakat. Laut Pangandaran adalah laboratorium hidup, di mana teori dan praktik bertemu. Menjaga laut berarti menjaga masa depan. Dan menjaga masa depan dimulai dari satu hal sederhana: memastikan setiap warga paham bahwa KJA adalah peluang yang hanya akan menjadi berkah jika dikelola dengan ilmu, hati, dan kesadaran kolektif.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
