Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image gitaagustiana1@gmail.com

Sekolah di Bengkulu Kekurangan Siswa Baru, Ada Apa?

Agama | 2025-08-10 22:39:50

Sekolah di Bengkulu Kekurangan Siswa Baru, Ada Apa ?

Oleh : Gita Agustiana, S.Pd. (Pemerhati Generasi)

Penerimaan Siswa Baru (PSB) untuk tahun ajaran 2025/2026 telah selesai. Per tanggal 14 juli 2025 kemarin, tahun ajaran baru sekolah sudah dimulai. Namun, ironisnya masih banyak sekolah yang kekurangan siswa baru khususnya di provinsi bengkulu tahun ini.

Dikutip dari antara new.com, Pemerintah kota Bengkulu menyebutkan ada sembilan sekolah di kota bengkulu yang kekurangan murid baru. Menurut Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Disdikbud Kota Bengkulu Denny Apriansyah, Sembilan sekolah tersebut yaitu sekolah menengah pertama negeri (SMPN) 6, SMPN 7, SMPN 8, SMPN 9, SMPN 12, SMPN 14, SMPN 15, SMPN 22, dan SMPN 25 Kota Bengkulu.  Ia berharap  kepada seluruh orang tua yakin dan percayalah bahwa anak murid mendapatkan sekolah karena sekolah masih tersedia dan jangan sampai orang tua khawatir.

Tidak hanya di kota bengkulu, hal yang sama juga terjadi di wilayah seluma dan rejang lebong, provinsi bengkulu. Dikutip dari Harian bengkulu ekspress.id, Dari total 184 Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kabupaten Seluma, ada satu sekolah yang rawan dikhawatirkan akan susah dapat murid baru, yakni SDN 168 Seluma, yang terletak di Kelurahan Babatan Kecamatan Sukaraja. Disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Seluma, Farzian SPd melalui Kabid SD, Antoni bahwa memang setiap tahunnya sekolah dasar yang berbatasan dengan kota ini selalu terjadi kekurangan peserta didik baru.

Adapun di wilayah rejang lebong ada sembilan sekolah menengah pertama (SMP) di yang belum mendapatkan satu pun pendaftar siswa baru. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Rejang Lebong, Zakaria Effendi, mengatakan bahwa hingga Senin (14/7/2025), masih ada sekolah yang nihil pendaftar. Meski begitu, proses penerimaan siswa baru masih terus dibuka. Adapun sembilan SMP tersebut adalah SMP Negeri 30, SMP Negeri 35, SMP Negeri 42, SMP Negeri 43, SMP Negeri 44, SMP Taman Siswa, SMP Muhammadiyah 1, SMP PGRI, dan SMP Xaverius. Disampaikannya melalui kompas.com, salah satu faktor utama rendahnya pendaftar di beberapa sekolah karena sebaran penduduk yang sedikit di sejumlah wilayah. "Penduduknya sedikit sehingga semua siswa baru sudah terserap di sekolah lain," katanya. Fenomena sekolah kekurangan siswa baru ini bukanlah hal yang baru ditemui. Pasalnya hal ini sudah berulang terjadi, dari tahun ke tahun, seperti penurunan siswa baru untuk sekolah dasar (SD) seindonesia. Menurut data BPS jumlah siswa SD pada 2009/2010 mencapai 27.328.601 siswa, jumlah ini kemudian naik pada tahun berikutnya 2010/2011 menjadi 27.580.215. Lalu jumlah siswa SD di Indonesia ini meningkat sedikit pada tahun berikutnya 2011/2012 menjadi 27.583.919. Namun setelah 2011/2012 jumlah siswa SD di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada 2021/2022 jumlah siswa SD di Indonesia tinggal 24.331.756. kemudian penurunan ini terus berlanjut dari tahun ke tahun hingga saat ini.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, diantaranya : penurunan jumlah anak di indonesia, perkembangan sekolah swasta, urbanisasi dan perpindahan penduduk, paragdima orang tua tentang pendidikan, serta kondisi sekolah yang tidak layak atau minim tenaga pendidik.

Faktor pertama adalah penurunan jumlah anak di indonesia. Banyak pasangan suami istri yang memutuskan untuk membatasi keturunan dikarenakan biaya hidup saat ini semakin tinggi. Ditambah dengan adanya program keluarga berencana (KB) dari pemerintah yang menyebabkan pola pikir masyarakat berubah serta kekhawatiran akan masa depan anak. Menurut Tempo.com, Angka kelahiran di Indonesia terus menurun dari waktu ke waktu. Data World Bank menunjukkan penurunan angka kelahiran dari 16,82 per 1000 penduduk pada tahun 2023 menjadi 16,40 pada tahun 2025.

Faktor kedua adalah perkembangan sekolah swasta. Banyak orang tua yang memutuskan untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta karena kualitas pendidikannya lebih baik dibanding dengan sekolah-sekolah negeri Meskipun biaya sekolah swasta cenderung lebih tinggi, tetapi mereka tetap bersedia membayar lebih demi mendapatkan pendidikan yang dianggap lebih berkualitas untuk anak-anak mereka.

Faktor ketiga addalah urbanisasi dan perpindahan penduduk. Hal ini menyebabkan jumlah anak-anak yang ingin bersekolah semakin sedikit. Akan lebih parah jikalau di wilayah tersebut penduduknya tidak merata. Maka, akan menyebabkan sekolah akan kesuilitan untuk mencari siswa baru.

Faktor keempat adalah paradigma orang tua tentang pendidikan. Banyak orang tua merasa bahwa sekolah itu bukanlah hal yang penting lagi. Menurut mereka, dengan bersekolah tidak menjamin akan mendapatkan kesejahteraan hidup. Buktinya saat ini, banyak sekali orang-orang yang bergelar dan menempuh pendidikan tinggi tetapi tidak memiliki pekerjaan. Bahkan para orang tua banyak yang membiarkan anaknya untuk putus sekolah. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah atau Kemendikdasmen mencatat ada 3,9 juta anak yang tak bersekolah saat ini. Rinciannya sebanyak 881.168 anak tidak bersekolah karena putus sekolah, 1.027.014 anak sudah lulus tapi tidak melanjutkan sekolah, dan 2.077.596 anak belum pernah bersekolah.

Adapun yang terakhir disebabkan karena kondisi sekolah yang tidak layak dan minim tenaga pendidik. Karena hal ini banyak para siswa baru yang mengurungkan niatnya untuk bersekolah. Seringkali ditemukan sekolah yang jauh, rusak dan tidak adanya guru yang bersedia mengajar.

Faktor-faktor ini terjadi karena dampak dari penerapan sistem pendidikan ala kapitalisme. Didalam sistem kapitalisme, negara tidak mampu menjamin pemenuhan pendidikan untuk masyarakat. Sebab, asas perbuatannya hanyalah materi dan untung rugi, pun dalam dunia pendidikan. Pendidikan hanya dijadikan alat komoditas dimana apabila umat membutuhkan pendidikan dengan kualitas yang baik, maka harus siap dengan bayaran yang mahal.

Dalam sistem ini, negara juga tidak mampu menghasilkan para siswa yang cerdas dan berakhlak baik sebab semua yang menjadi asasnya bukan berlandaskan islam melainkan sekulerisme, baik dalam hal kurikulum, strategi dan tujuan pendidikan.

Dengan demikian, umat sepatutnya mengambil pendidikan ala sistem islam. Dalam islam, pendidikan diberikan pada setiap warga negara, baik laki-laki maupun perempuan. Negara juga wajib menyediakannya untuk seluruh warga negara dengan cuma-cuma, seluas mungkin dengan fasilitas yang terbaik. Dalam kitab nizhomul islam karya syekh taqiyuddin an-nabhani disebutkan “Negara akan menyediakan perpustakaan, laboratorium, dan sarana ilmu pengetahuan lainnya, disamping gedung-gedung sekolah, universitas-universitas. Negara juga akan memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan dan ilmu murni sehingga lahir ditengah-tengah umat sekelompok besar para mujtahidin dan para penemu.

Selain itu dalam islam, negara juga menerapkan kurikulum, strategi, tujuan serta metode pengajaran yang berbasis islam. Karena yang menjadi tujuan utama pendidikan adalah membentuk generasi yang berpola pikir dan pola sikap yang islami. Dengan demikian, tidak heran jika dalam islam kegemilangan pendidikan itu dirasakan..

Kegemilangan pendidikan perrnah di rasakan tatkala umat islam berada dalam naungan khilafah selama 13 abad lamanya. Misalnya pada masa Khalifah Al-Mustanir, abad VI Hijriah mendirikan Madrasah An-Nashiriyah di Kairo, Al-Nuriyah di Damaskus, dan Al-Muntashiriyah di Baghdad. Madrasah ini memiliki fasilitas lengkap, yakni sebuah auditorium dan perpustakaan yang dipenuhi buku-buku yang cukup untuk menunjang proses belajar mengajar. Selain itu, sekolah ini juga dilengkapi dengan permandian dan rumah sakit yang dilayani para tenaga ahli yang siap setiap saat di tempat.

Tidak hanya itu, Selama masa kekhilafahan Islam telah tercatat lembaga-lembaga pendidikan Islam yang terus mengembangkan diri dari dulu hingga sekarang. Kendati demikian, beberapa di antaranya kini hanya tinggal nama saja. Lembaga pendidikan Islam tersebut pernah menorehkan kejayaan dan menjadi tanda kegemilangan peradaban Islam. Beberapa lembaga pendidikan itu di antaranya, Al-Azhar (975 M-sekarang) di Mesir, Nizhamiyah (1067-1401 M) di Baghdad, Al-Qarawiyyin (859 M-sekarang) di Fez, Maroko, dan Sankore (989 M-sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika.

Inilah beberapa bukti potret pendidikan ala islam dimana umat akan merasakan betul keindahan dan kemudahanya. Semoga suatu saat kita akan kembali merasakannya ketika islam itu ditegakkan sebagaimana yang sudah dikabarkan oleh baginda rasululah saw. Wallahualam bishowab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image