Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edo Segara Gustanto

Ekonomi Tumbuh 5.12 Persen, Tapi tidak Merata di Daerah

Bisnis | 2025-08-09 22:45:22
Dok. Pribadi/Edo Segara Gustanto (paling kiri), Peneliti Pusat Kajian dan Analisis Ekonomi Nusantara

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2025 yang mencapai 5,12 persen (year-on-year). Angka ini bukan hanya menjadi indikator bahwa mesin ekonomi nasional masih menyala, tetapi juga menunjukkan ketahanan struktur ekonomi domestik di tengah tekanan global yang belum mereda.

Kinerja ini menjadi semakin relevan ketika dibandingkan dengan kondisi ekonomi dunia. Dana Moneter Internasional (IMF) memang merevisi proyeksi pertumbuhan global 2025 menjadi 3,0 persen dari sebelumnya 2,8 persen.

Tekanan perdagangan internasional, volatilitas geopolitik, serta kebijakan moneter negara-negara maju masih menjadi tantangan yang membayangi. Tulisan ini mencoba untuk mencermati data BPS yang merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5.12 persen.

Liburan Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Kekuatan konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional, dengan kontribusi sebesar 2,64 poin terhadap pertumbuhan PDB triwulan II-2025. Lonjakan konsumsi ini tidak lepas dari meningkatnya mobilitas masyarakat selama periode libur hari besar keagamaan seperti Idulfitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan Iduladha, serta libur sekolah. Momentum tersebut mendorong aktivitas ekonomi di berbagai sektor, terutama perdagangan, transportasi, akomodasi, dan makanan-minuman.

Selain konsumsi, aktivitas investasi juga menunjukkan geliat positif. Belanja modal pemerintah tumbuh signifikan, didukung oleh peningkatan impor barang modal seperti mesin dan peralatan. Hal ini tercermin dalam kenaikan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,99 persen secara tahunan, menandakan kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi yang lebih cerah. Investasi swasta pun bergerak, terutama pada sektor konstruksi dan industri pengolahan.

Di sisi produksi, industri pengolahan kembali menjadi motor pertumbuhan. Industri makanan dan minuman, logam dasar, serta kimia-farmasi mengalami pertumbuhan signifikan akibat membaiknya permintaan domestik dan ekspor.

Sementara itu, sektor informasi dan komunikasi (infokom) mencatatkan pertumbuhan stabil di atas 7 persen, didorong oleh meningkatnya penggunaan layanan digital dan transaksi elektronik selama libur panjang. Kombinasi antara konsumsi yang kuat dan peningkatan investasi menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional.

Pertumbuhan Ekonomi Tidak Merata di Daerah

Di balik angka pertumbuhan nasional yang positif, masih tersisa persoalan kesenjangan antarwilayah. Data BPS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Sulawesi (5,83 persen) dan Jawa (5,24 persen), dua wilayah yang memiliki basis industri pengolahan dan perdagangan yang kuat. Sebaliknya, beberapa wilayah di Papua justru mengalami kontraksi, bahkan Papua Tengah mencatat pertumbuhan negatif. Ketimpangan ini menandakan bahwa pemulihan ekonomi belum dirasakan secara merata oleh seluruh daerah di Indonesia.

Pemerintah perlu segera mempercepat pembangunan di kawasan timur Indonesia, khususnya dalam tiga aspek krusial: konektivitas antarwilayah, perluasan akses energi, dan percepatan digitalisasi. Tanpa intervensi yang lebih serius, wilayah-wilayah dengan potensi sumber daya tinggi tetap akan tertinggal karena minimnya infrastruktur penunjang dan keterbatasan akses pasar. Kesenjangan ini bukan hanya menghambat pertumbuhan regional, tetapi juga menjadi beban struktural bagi pertumbuhan nasional jangka panjang.

Selain tantangan wilayah, perhatian juga perlu diarahkan pada sisi fiskal. Konsumsi pemerintah justru tercatat mengalami kontraksi, padahal dalam situasi ekonomi global yang masih rapuh, peran belanja negara sebagai stimulus sangat krusial. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga yang tumbuh belum diiringi oleh peningkatan penjualan kendaraan bermotor, yang mengalami penurunan. Hal ini mencerminkan kehati-hatian kelas menengah dalam belanja jangka panjang, serta sinyal bahwa daya beli belum sepenuhnya pulih pada semua segmen masyarakat.

Penutup

Perekonomian Indonesia saat ini sedang menapaki jalur pemulihan struktural yang menjanjikan. Namun, untuk menjaganya tetap berkelanjutan, diperlukan kebijakan yang mendorong inklusi pertumbuhan. Reformasi sektor produktif, penguatan investasi daerah, serta jaring pengaman sosial berbasis data presisi perlu dipercepat agar pertumbuhan tidak hanya tinggi, tetapi juga merata dan berdampak langsung pada kesejahteraan.

Kita tidak bisa hanya puas pada angka. Pertumbuhan ekonomi harus menjadi fondasi untuk menciptakan peluang kerja yang layak, mengurangi ketimpangan, dan memperkuat daya saing nasional. Di tengah gejolak global, kekuatan sejati ekonomi Indonesia adalah ketangguhan domestik yang ditopang oleh daya beli rakyat, produktivitas sektor riil, dan keberpihakan pada pembangunan yang adil.[]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image