Fenomena Judol: Larangan dalam Islam, Dampak dan Bagaimana Cara Menghilangkannya
Agama | 2025-08-09 19:50:12
Oleh : Sanudin
Prodi : Aqidah Dan Filsafat Islam
NIM : 442023222057
Di zaman serba digital kayak sekarang, hampir semua hal pindah ke online termasuk judi. Judi online gampang banget diakses lewat internet, bahkan di negara mayoritas Muslim kayak Indonesia. Masalahnya, meski seru buat sebagian orang karena keliatan gampang dapet untung, judi online ini jelas dilarang hukum dan syariah Islam. Soalnya, dia bentrok sama nilai keadilan, kejujuran, dan kesejahteraan sosial. (Zaki, 2021)
Popularitasnya makin gila, apalagi di kalangan anak muda. Platform-nya dibikin menarik dan interaktif, bikin orang gampang kecanduan. Akibatnya? Banyak yang kena dampak buruk, bukan cuma buat diri sendiri, tapi juga keluarga. Dalam Islam, judi termasuk dosa besar kata Imam Ahmad Ibn Hanbal, judi itu ngilangin berkah, bikin orang saling benci, dan ngabisin harta tanpa manfaat. (Doe, 2018)
Kalau dilihat dari kacamata maqāṣid syariah (tujuan utama hukum Islam), judi online ini jelas melanggar semua poin penting: jaga agama, nyawa, akal, harta, dan keturunan. Yusuf al-Qardhawi sama Syed Qutb bahkan bilang judi online ngancam ekonomi, mental, dan keharmonisan sosial. (Al-Qardhawi, 2019)
APA SIH JUDI MENURUT ISLAM DAN APA DASAR LARANGANNYA??
Di Islam, judi (maisir) itu semua permainan atau taruhan yang bikin orang berharap menang sesuatu yang berharga dengan modalin sesuatu (biasanya uang) tanpa usaha produktif. Intinya, untung-untungan doang. Bentuknya macam-macam: taruhan olahraga, lotere/undian, sampai main kartu atau kasino. Walau ada yang pakai skill, tetap haram karena ada unsur spekulasi, risiko, dan ketidakpastian yang bikin satu pihak untung, pihak lain bunting bertentangan banget sama keadilan dan transparansi di Islam.
Larangan judi udah jelas ada di Al-Qur’an dan hadist. Di surah Al-Baqarah 2:219, Allah bilang khamr dan maisir itu punya sedikit manfaat tapi dosanya jauh lebih gede. Quraish Shihab ngejelasin, walau bisa ada manfaat ekonominya, efek sosial dan moralnya lebih parah. Nabi juga ngasih peringatan keras, bahkan ngajak judi aja udah disuruh tebus dengan sedekah (HR. Bukhari & Muslim). Artinya, judi nggak cuma merusak diri sendiri, tapi juga ngerusak moral dan tatanan sosial. (Hanbal, 2017)
APA SIH HUBUNGAN JUDOL SAMA MAQOSID SYARIAH??
Dalam Islam, judi online itu jelas haram dan ngerusak banget, terutama soal hifzh al-din (jaga agama). Main judi online bikin orang jadi cuek sama ibadah, lalai salat, lupa ngaji, dan malah sibuk ngejar “jackpot” yang ujungnya zonk. Kayak kata Allah di QS. Al-Māidah: 90, judi itu kerjaan setan yang harus dijauhin biar hidup kita selamat. Selain itu, judi online ngikis nilai kejujuran dan bikin orang terbiasa bohong atau nipu demi menang. Kalau udah kena candunya, mental juga kena stres, cemas, sampai ngerasa bersalah tiap kali kalah. Parahnya lagi, ada yang nekat pake uang zakat atau wakaf buat nutupin kerugian. Itu udah kayak double trouble ngilangin pahala sekaligus ngerugiin orang lain yang butuh bantuan. ). (Al-Amin, 2016)
Dampak judi online ke hifzh al-nafs (jaga jiwa) juga nggak main-main. Banyak yang jadi stres berat, depresi, atau bahkan kecanduan parah. Hidupnya jadi nggak seimbang karena pikiran cuma fokus ke game judi itu. Waktu dan energi kebuang percuma yang padahal bisa dipake buat kerja, belajar, atau bikin usaha. Produktivitas anjlok, ekonomi pribadi berantakan, dan keluarga juga kena imbasnya. Kayak yang dibilang para ahli, judi itu nyuri potensi diri pelan-pelan, bikin orang nggak bisa maksimal dalam hidup. (Musa, 2019)
Selain bikin mental drop, judi online juga ngancurin hubungan sosial. Banyak yang jadi bohong ke keluarga, ngilangin kepercayaan teman, bahkan sampai pisah sama pasangan gara-gara utang judi. Efek dominonya gede banget keluarga retak, persahabatan putus, dan reputasi hancur. Lebih gawat lagi, kecanduan judi kadang nyeret orang ke kebiasaan buruk lain kayak minum alkohol atau nyoba narkoba. Jadi, kalau mau hidup tenang, mental sehat, dan hubungan tetap utuh, jauhin yang namanya judi online. Rezeki halal itu lebih berkah dan bikin hati tenang, nggak kayak uang dari cara instan yang justru bikin hidup berantakan. (Carter, 2018)
APA AJA SIH DAMPAK DARI JUDOL??
Dalam Islam, judi adalah dosa besar yang merusak moral, mental, dan ekonomi, sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya minuman keras, judi, berhala, dan mengundi nasib adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah agar kamu beruntung” (QS. Al-Māidah: 90).
Dampaknya bukan hanya bikin kantong jebol dan mental drop, tapi juga memicu pecahnya keluarga, naiknya kriminalitas, dan hancurnya kepercayaan sosial. Nabi ﷺ bersabda: “Barang siapa berkata kepada saudaranya: ‘Mari kita berjudi’, maka hendaklah ia bersedekah” (HR. Bukhari-Muslim), menegaskan bahwa bahkan ajakan untuk berjudi pun dilarang. Seperti pepatah mengatakan, “Easy come, easy go” uang yang datang instan akan pergi secepat itu juga. (Ramadan, 2011)
Ada beberapa dampak yang bakalan timbul dari Judi online :
1. Dampak ke Individu
Judi bikin orang hancur secara finansial, mental, dan sosial. Uang bisa ludes, hidup jadi nggak stabil, bahkan bisa jatuh miskin. Secara mental, judi bikin kecanduan, stres, cemas, depresi, dan bikin orang susah mikir jernih. Nggak jarang juga, orang yang kecanduan judi akhirnya bohong, nipu, atau nyolong. (Al-Tunisi, 2018)
2. Dampak ke Masyarakat
Di level masyarakat, judi bikin kriminalitas naik, keluarga pecah, dan kepercayaan hilang. Banyak kasus pencurian, penipuan, bahkan kekerasan yang muncul gara-gara orang cari duit buat nutupin kecanduan judinya. (Hafez, 2020)
3. Dampak ke Ekonomi
Secara ekonomi, judi itu nyedot sumber daya buat hal yang nggak produktif. Harusnya uang dipakai buat hal yang bermanfaat, tapi malah dibakar buat taruhan yang hasilnya nggak pasti dan sering merugikan. (Maarif, 2017)
4. Bertentangan Sama Syariah
Syariah ngajarin kita cari rezeki dengan cara halal dan kerja keras, sedangkan judi nyari untung lewat cara instan, nggak adil, dan penuh tipu daya. Makanya, Islam tegas banget ngelarang judi karena efeknya nyerang individu, keluarga, sampai tatanan masyarakat.
APA SIH SOLUSI BUAT NGATASIN MASALAH JUDOL INI??
Ngomongin judi, apalagi judi online, nggak cukup cuma bilang “itu haram”. Kita perlu ngejelasin kenapa, biar orang paham risikonya. Edukasi ini bisa lewat kampanye di medsos, konten kreatif, atau acara di sekolah. Tujuannya jelas: kasih tahu kalau judi itu bukan cuma bikin kantong bolong, tapi juga bikin mental down, nyusahin keluarga, dan ngerusak hubungan. Bahkan tokoh masyarakat atau ustaz bisa bantu nyebarin pesan ini, soalnya suara mereka biasanya lebih didengar. Kata Allah di QS. Al-Māidah: 90, judi itu perbuatan setan, jadi logikanya ya harus kita jauhin sejauh-jauhnya. (Rahmah & Zainuddin, 2018)
Ulama dan pendidik punya peran besar buat ngejaga generasi biar nggak terjebak. Ceramah di masjid, khutbah Jumat, sampai workshop bareng anak muda bisa jadi media buat nyampein pesan anti-judi. Kalau dibungkus dengan cara yang relevan sama dunia anak sekarang, pesannya bakal lebih nyantol. Sekolah juga bisa masukin materi ini ke pelajaran, biar dari kecil anak udah paham bahayanya. Apalagi kalau dibantu konten digital kayak video, podcast, atau IG reels, dijamin lebih nyampe ketimbang cuma teori di kelas. (Zaidan, 2020)
Pemerintah juga harus gerak. Mulai dari ngeblokir situs judi online, ngasih sanksi tegas, sampai bikin aturan iklan biar anak muda nggak kebanyakan lihat promo judi. Selain itu, penting juga ada program rehab dan pendampingan buat yang udah kecanduan. Intinya, pencegahan itu nggak bisa jalan sendirian harus kolaborasi antara pemerintah, ulama, pendidik, dan masyarakat. Dengan begitu, kita bisa jaga agama, mental, dan masa depan generasi muda dari jebakan judi yang kelihatannya seru tapi ujungnya nyeret ke masalah besar. (Hodgins & Williams, 2020)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
