Politik Visual Rakyat dalam Pengibaran Bendera Anime One Peace
Politik | 2025-08-06 03:02:15Jika kita memantau medsos dalam lima hari terakhir ini terdapat sebuah fenomena menarik yakni viralnya kreasi meme bendera anime One Piece (jolly roger), yang disandingkan dengan bendera merah putih. Kreasi meme tersebut menimbulkan polemik di jagat virtual medsos, apalagi di bulan Agustus menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-80. Diantara sekian meme yang beredar terdapat sebuah kreasi meme dengan tulisan (teks) pendek yang mengutip pendapat almarhum Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang memperbolehkan pengibaran bendera lain asalkan tidak lebih tinggi daripada bendera merah putih.
Kreasi meme yang berisi kutipan pendapat Gus Dur tersebut menyadarkan bahwa selama ini suatu organisasi atau perkumpulan, dan sejenisnya lumrah mengibarkan bendera kelompoknya bersanding dengan bendera merah putih di berbagai acara. Lebih dari itu kreasi meme tersebut menjadi angin segar dari sebuah gerakan sosial di ranah virtual dengan memanfaatkan platform medsos. Ia menjadi simbol perlawanan rakyat yang termanifestasikan melalui politik visual yang akan terus berulang-ulang terjadi di era digital sebagai protes atas ketidakbecusan penguasa dan aparatusnya. Sebut saja kreasi mural 404 not found, kreasi meme dua Presiden dan mantan Presiden yang berciuman, atau kreasi meme peringatan darurat, dan lain sebagainya.
Dan ternyata pengibaran bendera anime One Piece tersebut juga marak dilakukan warga dan sengaja dipertontonkan untuk khalayak yang lebih luas melalui medsos. Fenomena ini merupakan gambaran spesifik dari kuatnya dimensi arus media (mediascape) dalam era globalisasi kiwari sebagaimana diungkap oleh Arjun Appadurai. Internet dan teknologi digital adalah mesin perubahan sosial dengan pergerakan arus informasi yang ada di dalamnya. Keberadaannya mentransformasi bahkan merevolusi kehidupan manusia dengan distribusi informasi yang masif melampaui batas-batas negara. Tidak heran kemudian fenomena pengibaran bendera anime One Peace menjelang perayaan HUT RI ke-80 diliput oleh beberapa media luar negeri seperti The Straits Times Singapura, South China Morning Post Hongkong, yang setidaknya isi pemberitaannya dikaitkan dengan gerakan protes rakyat atas ketidakadilan penguasa.
Visualisasi pesan dan informasi dalam Medsos
Setiap berita yang divisualisasikan cenderung lebih (mudah) difahami dibandingkan dengan teks an sic. Dan komunikasi menggunakan medsos semakin seru dilakukan dengan visual (gambar), tidak hanya audio atau teks, karena kedua pihak yang berkomunikasi bisa saling bertatap langsung. Chris Barker and Emma A. Jane (2021) dalam karyanya menegaskan bahwa aspek visual merupakan sesuatu yang sangat signifikan dalam proses komunikasi di era sekarang. Konten visual menurut Tim Highfield dan Tama Leaver (2016) merupakan suatu komponen kritis dari medsos, melekat pada setiap platform, yang mengkerangkai visualisasi berita teks dan gambar.
Termasuk konten-konten kritik dan perlawanan kepada pemerintah sebagaimana kreasi meme bendera anime One Piece. Aspek visual menjadi bagian yang sangat signifikan dari proses komunikasi dan pengiriman pesan melalui medsos. Kreasi meme bendera anime One Piece adalah bentuk kritik satir yang menjadi metafora pembangkangan rakyat kepada penguasa. Di dalamnya berisi pesan tentang frustrasi rakyat atas inkompetensi penguasa dalam menyejahterakan warganya.
Setiap medsos memfasilitasi penggunanya untuk mengakses tayangan apapun sekaligus memungkinkan semua orang untuk mengkreasikan suatu konten yang bisa ditonton oleh semua pengguna medsos. Konten apapun, dari yang banal hingga berkualitas, tersedia di semua medsos. Fenomena ini adalah gambaran dari apa yang disebut oleh David Chaney sebagai era tontonan (the era of spectacle). Dan kelebihan dari era tontonan ini adalah kreasi konten tidak hanya didominasi oleh kalangan elit tertentu atau penguasa, tapi rakyat juga tanpa terkecuali bisa mengkreasikan sebuah konten untuk ditonton oleh khalayak. Kreasi visual dalam bentuk meme bendera anime One Piece dipilih sebagai media perlawanan karena kepopuleran film tersebut yang diketahui publik secara luas. Film anime One Piece adalah gambaran perjuangan rakyat kecil melawan penguasa yang abai kepada rakyatnya.
Politik Visual & Budaya Populer di Indonesia
Politik Indonesia kontemporer, setidaknya dalam satu dasawarsa terakhir, merupakan politik visual. Politik visual ini tidak melulu terkait dengan pesta demokrasi seperti Pilpres, Pileg dan Pilkada, hingga pemilihan Kades/Lurah dan perangkatnya yang memanfaatkan medsos untuk terpilih atau memenangkan kontestasi politik. Lebih dari itu politik visual ini juga mengenai aktivisme digital yang merupakan gerakan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat melalui medsos. Manuel Castells menyebut aktivisme digital ini sebagai gerakan sosial berjejaring (networked social movement) yang berlangsung di internet.
Tidak bisa dipungkiri bahwa politik visual ini sangat erat kaitannya dengan budaya populer yang memanfaatkan popularitas produk budaya populer sebagai simbol perlawanan terhadap kuasa politik rezim (elit). Ariel Heryanto menyebut budaya populer sebagai jantung politik nasional dalam proses pembangunan negara bangsa Indonesia. Politik visual di Indonesia kontemporer memang identik dengan budaya populer. Alasannya karena budaya populer bersifat visual. Menurut pendapat Nicholas Mirzoeff (1999) budaya populer berbasis pada tampilan visual. Apalagi keberadaan medsos di era digital menjadikan kita lebih visual dan tervisualisasi dari era sebelumnya. Gambar atau image diyakini oleh Fathir, et al (2023) akan mempengaruhi emosi publik yang memberi interpretasi visual atas suatu peristiwa. Setiap tampilan visual niscaya dimanfaatkan untuk menyebarkan ide dan membangun dukungan.
Tampilan visual yang dimaknai tersebut tidak harus terlihat estetik karena gambar sederhana atau yang dianggap buruk pun sangat mungkin menyimpan kekuatan provokatif yang dahsyat. Sebagaimana kesederhanaan bendera anime One Piece yang sarat berisi pesan kritis untuk melawan ketidakadilan penguasa. Gerakan perlawanan tersebut memang remeh (banal) karena berupa olok-olok terhadap perintah penguasa di momen bersejarah peringatan hari kemerdekaan bangsa. Bentuk ekspresi seperti apa lagi yang bisa dilakukan rakyat selain cemooh melalui medsos jika setiap aspirasi yang disampaikan langsung hanya mentok pada janji omon-omon penguasa tanpa realisasi? Politik visual rakyat ini bagian dari kesadaran politik akar rumput mengenai medsos sebagai sarana efektif untuk memvisualisasi seluruh aspek kehidupan dalam upaya untuk meraih hak-hak kehidupan yang layak. Dan viralnya gerakan pengibaran bendera anime One Piece menjadi peringatan darurat kepada penguasa, sekaligus menjadi bukti sahih masifnya penyebaran ide perlawanan rakyat yang sudah apatis pada pemerintah.
Akhriyadi Sofian, Antropolog dan pengajar di FISIP UIN Walisongo
Pustaka Acuan
Barker, Chris dan Emma Jane. 2021. Kajian Budaya Teori dan Praktik (terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fathir, M. F. M., et al. 2023. “Visual Politics and Kansei: A Prelude on Social Media Visual Framing towards Political Participation”. International Journal of Academic Research in Business & Social Sciences. Vol. 13, No. 6. 109-116.
Highfield, Tim and Tama Leaver. 2016. “Instagrammatic and Digital Method: Studying Visual Social Media, From Selfies and GIFs to Memes and Emoji”. Communication Research and Practice. Vol. 2, No. 1. 47-62.
Mirzoeff, Nicholas. 1999. An Introduction to Visual Culture. London: Routledge.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
