Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Aini

Kurikulum Cinta Tak Seindah Namanya

Guru Menulis | 2025-08-03 10:08:47

Kementerian Agama (Kemenag) resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). KCB digadang sebagai terobosan untuk menampilkan wajah baru pendidikan Islam yang lebih humanis, inklusif, dan spiritual. Penerapan KBC merupakan langkah transformasi besar dalam ekosistem pendidikan nasional. Kurikulum ini hadir sebagai respons terhadap krisis kemanusiaan, intoleransi, dan degradasi lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Kurikulum Berbasis Cinta, dari nama kurikulumnya terlihat sangat indah namun sebaliknya, KBC harus diwaspadai.

Setidaknya ada dua alasan mengapa KBC harus diwaspadai. Pertama, muatan dari KBC adalah muatan yang kental dengan ide yang berbahaya dan bertentangan dengan Islam. Melalui KBC upaya deradikalisasi dengan berbagai bentuknya diajarkan sejak dini. Yang paling menonjol dari program deradikalisasi melalui KBC salah satunya dengan semakin memasifkan moderasi beragama yang terwujud dalam sikap toleran, humanis, inklusif dan mengambil nilai agama sebatas nilai spiritual saja.

Moderasi beragama memang bukan hal baru dalam kurikulum Kemenag, jauh hari penderasan moderasi beragama sudah dilaksanakan, namun dengan KBC moderasi beragama semakin ditancapkan. Hasilnya adalah peserta didik yang salah menempatkan toleransi sesuai syariat, keras terhadap sesama Muslim yang berkomitmen menerapkan Islam secara menyeluruh, melabeli nya dengan cap intoleran, radikal dan ekstrim. Sebaliknya malah tercetak generasi yang lemah lembut kepada nonmuslim. Nuansa ide sekularisme juga kental dalam KBC. Ajaran islam disampaikan secara parsial. Hanya sebatas nilai spiritual dan akhlak saja. Padahal islam adalah agama sempurna yang mengatur semua sendi kehidupan. Sistem ekonomi, sistem pemerintahan, sistem pendidikan hingga sistem pergaulan tidak diajarkan di madrasah. Alih-alih mencetak generasi yang bertakwa kepada Allah SWT KBC mencetak generasi moderat yang jauh dari syariat.

Kedua, KBC sebagai jawaban atas permasalahan yang mendera negeri ini berupa krisis kemanusiaan, intoleransi, dan degradasi lingkungan akan jauh api dari panggang. Permasalahan yang mendera negeri ini tak lain akibat penerapan sistem kapitalis sekular. Dangkalnya akidah, abai terhadap syariah adalah akar masalahnya. Negara abai dengan kewajibannya sebagai pengurus rakyat, negara malah berlepas tangan dalam semua kebijakan demi menyempurnakan melebur dalam sistem kapitalis.

SDA diserahkan kepada swasta dan asing, banyak regulasi yang hanya menguntungkan oligarki. Kerusakan lingkungan akibat pengelolaan alam yang tidak sesuai dengan Islam, sedangkan krisis kemanusiaan terjadi karena kesewenang-wenangan para pemilik modal, hingga rakyat harus berjibaku bertahan hidup. Begitu pula dengan maraknya intoleransi, akibat dangkalnya pemikiran umat yang telah rusak dengan pola pikir dan gaya hidup liberal. Yang ujungnya semua terjadi akibat sistem kapitalisme. Maka hanya berpijak pada KBC saja tidak akan mencetak generasi tangguh yang berkepribadian kuat karena tidak didukung sistem yang sahih. Rusaknya negeri ini akibat perselingkuhan penguasa dan oligarki, mereka tidak akan pernah berpikir tentang kemaslahatan umat, yang mereka pikirkan hanya keuntungan pribadi dan golongan.

Oleh karena itu, menyelamatkan negeri ini bukan dengan penerapan KBC, namun menerapkan sistem pendidikan Islam. Sistem yang menjadikan akidah Islam sebagai asas, membentuk generasi yang berkepribadian Islam kaffah. Didukung dengan sistem pemerintahan Islam, sistem perekonomian Islam. Hasilnya, tercetak generasi yang siap mewujudkan peradaban gemilang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image