Gaza Kelaparan, Dimana Engkau Wahai Saudara Seiman?
Agama | 2025-07-29 11:33:10
Militer Zionis Yahudi masih terus-menerus menggempur Gaza, membunuh lebih dari 55 ribu penduduknya, termasuk tenaga medis, relawan, dan jurnalis. Zionis Yahudi juga melakukan taktik blokade pasokan bantuan pangan dan obat-obatan untuk warga Gaza, yang menyebabkan jutaan penduduk mengalami kelaparan dahsyat. Menurut otoritas kesehatan setempat, lebih dari 59 ribu warga Palestina telah tewas di Gaza sejak Oktober 2023, termasuk setidaknya 113 orang yang meninggal karena kelaparan. (Republika.co.id, 26/07/25)
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Rabu bahwa blokade Israel telah mendorong Gaza ke ambang "kelaparan massal." Dalam tiga hari terakhir melansir dari The Japan Times, 21 anak meninggal di rumah sakit Al-Shifa, Al-Aqsa Martyrs, hanya dalam waktu 72 jam karena malnutrisi. Artinya, tujuh anak tewas setiap hari karena kurang gizi. (CNBC indonesia, 23/07/25)
Perasaan sedih dan emosional muncul setiap kali melihat video tayangan yang mengabarkan kondisi penduduk di Gaza, Palestina. Melihat bagaimana anak-anak dan dewasa berebut makanan, dengan air mata bercucuran berharap ada sepotong kecil roti yang bisa mereka makan. Mereka yang bertahan hidup, terlihat mengenaskan dengan badan kurus kering kekurangan gizi. Dan mereka yang meninggal, dengan kondisi tubuh hanya kulit berbalut tulang.
Seorang Ayah yang kelaparan, harus menenangkan dan mencari makanan untuk anak-anaknya yang juga kelaparan. Seorang ibu, hanya bisa menangis menahan lapar sambil mendekap anaknya dipelukan. Pasien yang sakit, terluka, dan kelaparan dirawat oleh dokter yang juga kelaparan. Para perawat yang mengurusi pasien, para jurnalis yang terus memberitakan situasi dan kondisi di Gaza, mereka semua terlihat sangat kurus dan kurang gizi. Semuanya kelaparan berbulan-bulan tanpa makanan.
Sementara kita? Semua makanan dan minuman yang berafiliasi dengan Zionis yahudi masih ramai dikunjungi. YaAllah.. Miris sekali umat saat ini. Saudara se-aqidah dibombardir, di blokade hingga mengalami kelaparan kronis, tapi mereka sendiri dalam penderitaan dan di abaikan. Ada apa dengan ummat? Mengapa saudara sesama muslim yang dikatakan bagai satu tubuh itu nyatanya terpisah?
Yang lebih menyakitkan, para penguasa negeri muslim hanya menjadi penonton genosida di Gaza, padahal rakyat di berbagai negara terus-menerus menyuarakan dukungan pada Palestina dan kecaman terhadap entitas Yahudi. Tidak hanya diam, para penguasa Arab itu justru melakukan pengkhianatan terhadap Gaza, Baitulmaqdis, kaum muslim, dan terhadap Allah dan Rasul-Nya dengan menerima tawaran dari Trump maupun Netanyahu untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Zion*s Yahudi melalui Aliansi Abraham.
Badan Internasional semisal Liga Arab dan OKI tidak punya gigi setiap kali menghadapi krisis Gaza. Tidak pernah sekalipun mereka melakukan tindakan yang mampu meruntuhkan kebiadaban Zion*s Yahudi. Berharap PBB menyelesaikan masalah Gaza juga hanya mimpi. Mereka bicara kedamaian, tetapi yang terjadi peperangan. Mereka bicara kesejahteraan, yang terjadi justru penderitaan. Mereka bicara pemerataan, tetapi yang terjadi justru ketimpangan. Mereka bicara kesamaan hak, tetapi yang terjadi justru diskriminasi dan persekusi. Mereka bicara ketenteraman hidup, tetapi yang terjadi justru kerawanan sosial kronis.
Kondisinya tidak jauh berbeda dengan hukum internasional dan lembaga-lembaga internasional yang digagas oleh Barat, semuanya impoten saat bertentangan dengan kepentingan Barat. Jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengajukan surat penangkapan untuk Netanyahu pada 2024 atas genosida yang dilakukan, tetapi hingga kini tidak ada tindak lanjutnya.
Beginilah yag terjadi jika hidup di alam kapitalisme-sekular. Semua ummat muslim terbatas sekat-sekat negara pemisah. Semua pemimpinnya hanya mementingkan urusan negri dan keamanannya. Tidak ada yang bisa dan berani mengambil tindakan nyata. Seketika lumpuh, berbagai fasilitas kemiliteran yang digadang-gadang kuat dan hebat itu. Ratusan ribu rakyat yang turun ke jalan, tak menjadikan pemimpin dunia mampu bergerak. Saat ini, semua membisu, seolah-olah tak mampu mencari cara. Dan lebih mirisnya, ketidakmampuan membantu dalam aksi nyata, sepaket dengan matinya rasa empati dan kesadaran.
Melihat fakta ini, umat Islam seharusnya tidak lagi menggantungkan nasib Palestina kepada PBB, organisasi global sejenis, atau belas kasih AS dan negara adidaya lainnya. Umat juga harus sadar bahwa untuk menyelamatkan Palestina tidak mungkin dengan berharap pada pemimpin negeri muslim yang tidak melakukan tindakan dan pembelaan apa pun kepada saudara seiman mereka. Juga bukan dengan mengirim bantuan pangan semata, yang bisa dengan mudah diblokade distribusinya oleh Zionis Yahudi. Begitu pun dengan solusi dua negara yang didukung negara-negara Barat adalah solusi semu bagi Palestina. Umat semestinya tidak terlena dan termakan narasi solusi yang seolah-olah menjadi jalan damai bagi Palestina dan Zionis. Umat Islam harus tahu bahwa penderitaan kaum muslim Palestina dimulai dari Deklarasi Balfour pada 2 November 1917 yang dilakukan Inggris.
Dengan memahami asal usul berdirinya negara Zion*s di tanah Palestina, umat harus sadar bahwa akar masalah Palestina adalah penjajahan Zionis yang didukung negara-negara Barat. Jadi, bagaimana mungkin kita menyepakati solusi dua negara sebagai bentuk persetujuan damai, sedangkan solusi inilah yang memicu lahirnya entitas benalu bernama Zionis di tanah Palestina yang notabene sudah menjadi milik kaum muslim ratusan tahun, serta dijaga oleh para khalifah dari masa ke masa. Selain itu, menyepakati solusi dua negara adalah sama halnya melegitimasi penjajahan, menormalisasi kekejaman, dan mengakui Zion*s sebagai sebuah negara. Sikap ini menyalahi para khalifah terdahulu yang begitu gigih melindungi Palestina dari rongrongan Barat dan penjajah.
Berdasarkan akar sejarah tersebut, solusi bagi pembebasan Palestina secara hakiki hanyalah Jihad untuk turun langsung melawan entitas Zionis Yahudi. Palestina adalah milik kaum muslim selamanya, tidak untuk dibagi, apalagi dihancurkan, oleh tangan-tangan kotor penjajah dan menjadi rebutan negara adidaya.
Semua ini harus benar-benar dipahami oleh umat Islam dan berusaha mewujudkan negara bagi kaum muslim yang sesungguhnya. Ketika kaum muslim bergerak bersama dengan visi yang sama, maka akan membangun kesadaran dan kekuatan umat. Terbentuknya kesadaran umum pada mayoritas umat akan mendorong umat agar terus fokus berjuang di jalan dakwah sesuai dengan thariqah (metode) Rasulullah.
Bahkan ditengah krisis kelaparan yang melanda, rakyat palestina tetap tegak berdiri dan tak gentar apalagi tunduk terhadap penjajah Zionis Yahudi. Lalu, ada di mana posisimu wahai Muslim dah Muslimah ketika saudara seiman-mu di bombardir dan kelaparan berkepanjangan? Apakah hanya sebatas penonton, atau berjuang menyuarakan solusi tuntas untuk mereka?
Seandainya semua masalah kaum Muslim terkhusus palestina, bisa diselesaikan dengan Doa, niscaya Rasulullah tidak akan pernah berada di medan Jihad untuk memerangi musuh Allah. Bahkan, Rasulullah yang paling banyak berdoa saat kaki beliau berada di medan Jihad. Begitupula dengan Gaza, tidak aka selesai dan tuntas genosida juga kelaparan yang melanda hanya dengan doa oleh 2 miliar kaum muslim. Gaza butuh perlindungan dan kebebasan, hanya dengam Jihad.
Wallahu a'lam biashowwab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
