Guru-guru Jabar Pegang Kendali Mouse dan Masa Depan
Eduaksi | 2025-07-27 20:25:59
Di masa lalu, guru yang keren adalah guru yang tulisannya rapi di papan tulis, bisa ngelucu sedikit di kelas, dan tahu cara menegur tanpa bikin malu murid. Hari ini, definisi guru keren bertambah satu lagi. Ia harus paham teknologi, akrab dengan platform daring, dan tahu cara menyentuh pikiran murid lewat layar monitor. Dunia berubah, dan guru tak bisa lagi hanya mengandalkan kapur dan penghapus.
Itulah kenapa Cirebon jadi kota yang cukup sibuk minggu ini. Bukan karena macet atau musim durian, tapi karena ratusan guru dari berbagai wilayah di Jawa Barat berkumpul dalam sebuah pelatihan bernama Indonesia Digital Learning atau IDL 2025. Di situ, guru-guru diajak belajar ulang. Bukan tentang rumus, bukan juga soal tata bahasa, tapi tentang bagaimana jadi pengajar yang relevan di zaman yang makin digital.
Kelas yang Berubah Peran Guru yang Ikut Bertumbuh
Kalau dulu kelas identik dengan bangku kayu dan poster Pancasila di dinding, sekarang kelas bisa hadir di mana saja. Di layar laptop, tablet, bahkan lewat ponsel. Guru pun tak lagi hanya berdiri di depan kelas. Ia bisa mengajar dari rumah, dari ruang komunitas, atau bahkan dari halte bus selama koneksi internetnya stabil.
IDL 2025 di Cirebon memberi pengalaman itu kepada para guru. Mereka tak cuma belajar menggunakan teknologi, tapi juga merancang pembelajaran yang kreatif. Bukan hanya mengubah buku menjadi PDF, tapi juga bagaimana menyampaikan materi dengan cara yang menyenangkan. Misalnya dengan video interaktif, game edukatif, atau kuis digital yang bikin murid tidak merasa sedang belajar.
Transformasi ini bukan perkara gampang. Banyak guru yang datang dengan rasa gugup. Laptopnya masih baru dibuka dari kardus, akunnya baru pertama kali login ke platform pelatihan. Tapi justru di situlah letak semangat IDL. Semua dimulai dari nol. Tak ada yang terlalu tua untuk belajar, tak ada yang terlalu gaptek untuk mencoba.
Para fasilitator hadir bukan untuk menggurui, tapi menemani. Suasana pelatihan dibuat santai dan bersahabat. Ada sesi praktik langsung, ada pula waktu untuk bertanya. Semua dibangun agar guru bisa merasa nyaman belajar. Sebab hanya guru yang nyaman belajar, yang akan mampu membuat murid nyaman menerima ilmu.
Dengan begitu, kelas di masa depan bukan sekadar tempat duduk yang rapi, tapi ekosistem belajar yang fleksibel. Guru memegang kendali, bukan hanya atas mouse, tapi atas arah pendidikan yang sedang berubah cepat. Dan semua itu dimulai dari pelatihan kecil di sebuah aula di Cirebon.
Dari Cirebon untuk Jabar Gerakan Kolektif Menuju Guru Melek Teknologi
Pelatihan ini bukan acara biasa. Sebab yang datang bukan hanya guru dari Cirebon, tapi juga dari Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Seratus guru dengan latar belakang yang berbeda berkumpul dalam semangat yang sama. Mereka datang dengan harapan dan pulang dengan bekal.
Ada yang sebelumnya mengajar di sekolah desa, ada juga yang dari kota. Tapi saat mereka duduk di depan laptop, semua jadi setara. Tak peduli darimana mereka berasal, semua sama-sama berjuang memahami cara membuat materi ajar yang interaktif, cara menyusun evaluasi berbasis aplikasi, dan cara memaksimalkan AI dalam pengajaran.
Kebersamaan ini menghadirkan semacam harapan kolektif. Bahwa transformasi pendidikan digital bukan sekadar tugas pemerintah, tapi juga gerakan warga pendidikan itu sendiri. Pelatihan ini jadi ruang bertemunya berbagai pengalaman. Guru yang terbiasa mengajar daring berbagi tips ke yang baru mencoba. Yang sudah terbiasa pakai Canva ngajarin yang baru tahu tombol unduh.
Yang menarik, semangat belajar ini menular. Dari guru ke guru, dari satu daerah ke daerah lain. Rasanya seperti melihat benih-benih digitalisasi pendidikan tumbuh serentak di berbagai tempat. Bukan hanya di kota besar, tapi juga di kabupaten yang mungkin selama ini jauh dari sorotan teknologi.
Kalau pelatihan seperti ini rutin digelar, bukan mustahil Jabar bakal jadi pionir digitalisasi pendidikan. Dan semua berawal dari aula, kopi hangat, koneksi internet yang stabil, dan guru-guru yang tak malu mengaku belum tahu.
Dari Cirebon untuk Jabar Gerakan Kolektif Menuju Guru Melek Teknologi
Pelatihan ini bukan acara biasa. Sebab yang datang bukan hanya guru dari Cirebon, tapi juga dari Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Seratus guru dengan latar belakang yang berbeda berkumpul dalam semangat yang sama. Mereka datang dengan harapan dan pulang dengan bekal.
Ada yang sebelumnya mengajar di sekolah desa, ada juga yang dari kota. Tapi saat mereka duduk di depan laptop, semua jadi setara. Tak peduli darimana mereka berasal, semua sama-sama berjuang memahami cara membuat materi ajar yang interaktif, cara menyusun evaluasi berbasis aplikasi, dan cara memaksimalkan AI dalam pengajaran.
Kebersamaan ini menghadirkan semacam harapan kolektif. Bahwa transformasi pendidikan digital bukan sekadar tugas pemerintah, tapi juga gerakan warga pendidikan itu sendiri. Pelatihan ini jadi ruang bertemunya berbagai pengalaman. Guru yang terbiasa mengajar daring berbagi tips ke yang baru mencoba. Yang sudah terbiasa pakai Canva ngajarin yang baru tahu tombol unduh.
Yang menarik, semangat belajar ini menular. Dari guru ke guru, dari satu daerah ke daerah lain. Rasanya seperti melihat benih-benih digitalisasi pendidikan tumbuh serentak di berbagai tempat. Bukan hanya di kota besar, tapi juga di kabupaten yang mungkin selama ini jauh dari sorotan teknologi.
Kalau pelatihan seperti ini rutin digelar, bukan mustahil Jabar bakal jadi pionir digitalisasi pendidikan. Dan semua berawal dari aula, kopi hangat, koneksi internet yang stabil, dan guru-guru yang tak malu mengaku belum tahu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
