Koalisi Freedom Flotila dan Kemanusiaan di Palestina
Kolom | 2025-07-27 09:37:54Blokade Israel telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang berkepanjangan. Blokade ini membatasi pergerakan orang dan barang secara ekstrem, memutus akses terhadap makanan, obat-obatan, energi, serta kebebasan hidup rakyat Palestina. Masyarakat sipil internasional sejatinya memainkan peran penting melalui bentuk perlawanan non-kekerasan seperti yang dilakukan oleh koalisi masyarakat sipil bernama Koalisi Kebebasan Flotila (Freedom Flotilla Coalition) yang mengirimkan beberapa kali armada kapal sipil untuk menembus blokade laut Gaza sejak tahun 2010 (https://freedomflotilla.org).
https://freedomflotilla.org " />
Salah satu inisiatif terbaru mereka setelah Kapal Madleen disabotase Israel bulan lalu tanggal 8 Juni 2025 di perairan internasional dekat Gaza adalah Kapal Handala (Khairunnisa, 2025). Kapal ini menjadi bagian dari misi Koalisi Kebebasan Flotila selanjutnya yang masih mencoba mengkampanyekan perlawanan simbolik atas pengepungan Gaza yang menyebabkan jutaan rakyat Gaza kelaparan. Kapal Handala bukan sekadar aksi kemanusiaan menuju Palestina. Ini adalah strategi komunikasi politik strategis yang memadukan bantuan kemanusiaan dengan diplomasi simbolik di era digital hari ini.
Dalam tragedi Kapal Mavi Marmara yang juga menjadi bagian dari perjuangan Koalisi Kebebasan Flotila pada tahun 2010, dunia menyaksikan bagaimana sebuah kapal sipil yang membawa relawan dan bantuan kemanusiaan diserbu secara brutal oleh militer Israel, menewaskan 10 aktivis dan melukai puluhan lainnya (Pratama, 2023). Peristiwa ini mengangkat isu blokade Gaza ke panggung global dan menekan Israel secara diplomatik. Aksi Koalisi Kebebasan Flotila sejak peristiwa tragis Mavi Marmara tidak hanya bertujuan membawa logistik, tetapi juga membongkar narasi dominan tentang impunitas Israel dan membuka ruang bagi narasi kemanusiaan Palestina di mata dunia.
Nama kapal Handala diambil dari karakter tokoh kartun Palestina yaitu Handala, seorang anak pengungsi yang dengan bertelanjang kaki menentang ketidakadilan dan bersumpah untuk tidak berbalik sampai Palestina merdeka (Tristara, 2025). Kapal Handala adalah metafora nyata dari semangat yang sama yaitu perjuangan tanpa senjata, namun penuh perlawanan moral dan simbolik. Dengan mengarungi lautan menuju Gaza Palestina, kapal ini membawa pesan kepada dunia bahwa penderitaan Palestina bukan masalah domestik, melainkan tanggung jawab komunitas internasional ketika rezim organisasi internasional dan pemimpin-pemimpin negara di dunia tidak berkutik.
Kapal Handala dari Koalisi Kebebasan Flotila lahir dari inisiatif masyarakat sipil global dengan ragam profesi seperti LSM, aktivis HAM, dokter, jurnalis, seniman, relawan dari Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Latin (https://freedomflotilla.org). Gerakan ini memanfaatkan prinsip kosmopolitanisme moral berupa gagasan bahwa tanggung jawab etis tidak berhenti pada batas negara. Solidaritas tidak lagi bersifat nasional, melainkan lintas batas, melawan kekuasaan negara yang menindas rakyat sipil. Ini juga menjadi perwujudan konkrit dari teori global civil society (Keane, 2003) di mana komunitas internasional sipil membentuk ruang politik alternatif melampaui negara.
Aksi kapal Handala tidak bisa dilepaskan dari logika protest melalui media hari ini yang begitu massif dengan mendorong gerakan sosial untuk menggunakan media dalam memperbesar pengaruhnya (Cammaerts, 2012). Setiap pelayaran Koalisi Kebebasan Flotila membawa serta jurnalis, aktivis media, bahkan tim dokumenter yang bertugas menyiarkan kisah dan narasi perjuangan. Dalam era media sosial digital yang massif, kapal yang ditahan atau diserbu militer Israel seperti Kapal Madleen bulan Juni lalu justru melipatgandakan pesan kemanusiaannya bahwa blokade Gaza adalah bentuk kejahatan kemanusiaan. Di sini, perahu kecil bisa lebih kuat dari kapal perang, bila narasi dan empatinya berhasil menyentuh publik dunia.
Aksi kemanusiaan Koalisi Kebebasan Flotila adalah kelanjutan dari tradisi perlawanan yang pernah diwujudkan dalam gerakan Intifada Pertama berupa aksi mogok massal dan boikot produk Israel (Ningsih, 2023). Melalui lautan, aktivis sipil internasional menunjukkan bahwa perlawanan bisa dilakukan tanpa senjata, tetapi mampu mengeritik sistem penindasan Israel di Palestina. Kekuatan masyarakat sipil terletak pada penolakan kolektif terhadap legitimasi kekuasaan yang represif (Sharp, 1973). Misi Koalisi Kebebasan Flotila sebelumnya dalam kapal Mavi Marmara 2010 dan Madleen 2025 telah dihadapkan pada represi Israel yang menggunakan kekuatan militer untuk menghentikan Kapal Mavi Marmara dan Kapal Madleen di perairan internasional, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum maritim internasional. Tetapi, masyarakat sipil dari Koalisi Kebebasan Flotila tidak berhenti dan masih tetap berjuang melawan blokade Israel di Palestina.
Alhasil, kapal Handala dari Koalisi Kebebasan Flotila hari ini merepresentasikan komunikasi simbolik dari kerja kolektif masyarakat sipil global dalam menghadirkan kemanusiaan dan keadilan melalui perlawanan damai yang berbasis moral, simbolik, dan strategis di Palestina. Di tengah dominasi narasi geopolitik Barat yang pro-Israel, kapal sipil dari koalisi Freedom Flotila ini menjadi tanda bahwa masih ada suara alternatif dari rakyat dunia untuk melawan ketidakadilan dan menyuarakan kemanusiaan yang universal di Palestina.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
