Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Achmad Salahudin Al Ayubbi

Kopi Gesha, Ratu Aroma Sejuta Cerita

Lifestyle | 2025-07-22 16:30:09
Sumber foto: oleh Christoph melalui pixabay

Di dunia kopi, ada satu nama yang selalu membuat para pecinta kopi serius berhenti sejenak, menarik napas, dan mungkin tersenyum: kopi Gesha. Banyak yang menyebutnya sebagai kopi terbaik di dunia, bukan hanya karena rasa dan aromanya yang luar biasa, tetapi juga karena cerita panjang di balik setiap bijinya. Kopi ini bukan sekadar minuman, tapi perjalanan rasa, warisan sejarah, dan simbol dari sebuah dedikasi terhadap kualitas yang nyaris sempurna.

Kopi Gesha pertama kali ditemukan di kawasan bernama Gori Gesha di barat daya Ethiopia, negara yang dikenal sebagai tempat kelahiran kopi arabika. Varietas ini memiliki bentuk tanaman yang unik—ranting dan daunnya lebih rapuh dibandingkan arabika biasa, dan dari segi produktivitas, sebenarnya tidak terlalu tinggi. Tapi daya tariknya bukan di situ. Yang membuat Gesha begitu istimewa adalah profil rasa dan aromanya yang luar biasa kompleks.

Banyak yang menggambarkannya seperti teh hijau bercampur dengan bunga melati, buah peach, jeruk mandarin, madu, dan bahkan aroma khas bergamot yang biasanya kita temukan dalam teh Earl Grey. Rasa ini sangat jarang ditemukan pada varietas kopi lainnya. Namun, perjalanan kopi Gesha dari hutan Ethiopia menuju puncak kejayaan dunia tidaklah instan. Setelah ditemukan pada tahun 1930-an, benih kopi ini dibawa ke Tanzania dan kemudian ke Kosta Rika untuk penelitian dan pengembangan.

Varietas ini akhirnya sampai di Panama pada tahun 1960-an, namun membutuhkan waktu lama hingga orang benar-benar menyadari potensi luar biasanya. Baru pada awal tahun 2000-an, kopi Gesha mencuri perhatian dunia. Petani di Hacienda La Esmeralda, Panama, memutuskan untuk menanam kopi ini di ketinggian tertentu dan memprosesnya dengan cara yang sangat hati-hati. Hasilnya luar biasa. Pada tahun 2004, kopi Gesha yang produksi mereka memenangkan kontes kopi internasional "Best of Panama" dan sejak saat itu, nama Gesha melejit hingga menjadi legenda.

Yang membuat kopi Gesha begitu mahal bukan hanya karena rasanya, tetapi karena keterbatasannya. Tanaman ini tidak bisa tumbuh secara sembarangan. Ia membutuhkan ketinggian tertentu, iklim yang stabil, dan tanah yang subur. Proses panennya juga tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Petani harus memilih buah kopi yang benar-benar matang, satu per satu, secara manual. Setelah dipanen, biji kopi diproses dengan sangat hati-hati, biasanya dengan metode “washed” atau “natural”, tergantung cita rasa yang ingin dihasilkan. Proses ini menambah biaya produksi, tetapi hasilnya sepadan.

Harga kopi Gesha bisa membuat orang mengernyitkan dahi. Di beberapa lelang kopi internasional, harga per kilogram kopi ini bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Salah satu rekor tertinggi terjadi pada tahun 2019 ketika satu pon (sekitar 450 gram) kopi Gesha Panama terjual lebih dari seribu dolar AS. Untuk segelas kopi Gesha di kafe speciality, kamu bisa membayar mulai dari seratus ribu hingga jutaan rupiah, tergantung asal biji dan proses seduhnya. Namun bagi para pencinta kopi sejati, harga ini dianggap wajar. Karena dengan setiap tegukan, kamu bisa merasakan kerja keras petani, kesabaran dalam proses, dan keindahan rasa yang tidak bisa dibandingkan dengan kopi biasa.

Di Indonesia sendiri, kopi Gesha mulai dikenal oleh kalangan tertentu, khususnya penggemar kopi spesial. Beberapa petani sudah mencoba membudidayakannya di daerah seperti Jawa Barat, Bali, dan Aceh. Namun, belum ada yang benar-benar bisa menyaingi cita rasa kopi Gesha dari Panama. Mungkin karena perbedaan iklim, tanah, atau teknik pascapanen. Meski begitu, potensi untuk berkembang tetap ada, apalagi dengan minat pasar yang terus meningkat. Beberapa kafe khusus di Jakarta, Bandung, atau Yogyakarta sudah menyediakan kopi Gesha, meskipun dalam jumlah yang sangat terbatas.

Apa yang membuat kopi Gesha begitu berkesan bukan hanya rasanya, tapi pengalaman yang dibawanya. Saat kamu mengkliknya, kamu akan merasa seperti sedang menikmati sesuatu yang sangat istimewa. Ada aroma bunga yang menyapa hidung, rasa buah yang ringan namun elegan, dan aftertaste yang bertahan lama di lidah. Ini bukan kopi untuk disajikan cepat-cepat saat buru-buru pergi kerja. Ini adalah kopi yang dinikmati perlahan, dengan kesadaran penuh, dan mungkin sedikit rasa kagum.

Tak heran jika kopi Gesha disebut sebagai “ratu aroma”. Ia tidak hanya menyajikan rasa, tetapi juga cerita. Cerita tentang tanah Ethiopia yang subur, tentang petani Panama yang sabar dan teliti, tentang para juri kopi dunia yang terpukau saat pertama kali sikunya, dan juga tentang para peminum kopi seperti kita yang akhirnya bisa menikmati salah satu keajaiban alam ini.

Ada banyak jenis kopi di dunia, dan setiap biji memiliki keunikannya masing-masing. Tapi Gesha berada di kelas tersendiri. Ia tidak berusaha menjadi kopi yang semua orang suka. Ia tidak terlalu kuat, tidak terlalu pahit, bahkan tidak terlalu “kopi” dalam pengertian klasik. Tapi justru itulah keindahannya. Ia seperti puisi di antara prosa. Seperti jazz di antara pop. Seperti seni di antara produk.

Jika kamu belum pernah mencoba kopi Gesha, mungkin inilah saatnya. Cari kafe yang menyediakannya, pesan secangkir, dan nikmati perlahan. Jangan buru-buru. Perhatikan aromanya, rasanya, dan bagaimana ia berubah seiring suhu menurun. Mungkin kamu akan menemukan bahwa dalam secangkir kopi kecil, ada begitu banyak hal yang bisa diceritakan. Karena Gesha bukan hanya kopi. Ia adalah ratu aroma, dengan sejuta cerita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image