Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adithya Irawans

Ketika Suami yang Punya Istri Broken Home Membenci Mertuanya

Eduaksi | 2025-07-20 21:33:47
https://www.instagram.com/janganbrokenhome

Menikahi anak broken home bukan hanya tentang mencintai dia, tapi juga tentang menerima luka yang dibawanya. Dan seringkali, luka itu berkaitan langsung dengan orang tua kandungnya sendiri.

Tidak sedikit suami yang diam-diam benci pada mertuanya. Alasannya sederhana: "Kalau saja mereka dulu tidak bertengkar tidak pergi tidak meninggalkan mungkin istriku tidak akan sesedih ini."

Kenapa Suami Bisa Membenci Mertuanya?

  1. Empati Berlebihan pada Istri : Suami yang melihat luka batin istrinya jadi ikut marah. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana orang tua kandung tega membiarkan anaknya tumbuh tanpa cinta yang utuh.
  2. Rasa Ingin Melindungi : Sebagai pasangan, suami merasa perlu melindungi istri dari siapa pun, termasuk orang tuanya sendiri. Kadang ini berubah menjadi rasa benci karena ingin menebus semua luka yang sudah terjadi.
  3. Kekecewaan yang Terpendam : Di dalam hati suami ada rasa tidak terima:

Tapi Benarkah Membenci Mertua Adalah Solusi?Sayangnya, kebencian hanya akan memperburuk luka.

  1. Suami jadi makin lelah karena menanggung dua perasaan sekaligus: melindungi istri dan membenci mertuanya.
  2. Istri pun akan merasa tertekan karena diingatkan terus pada masa lalunya.

Jika memungkinkan, lebih baik suami dan istri membangun batasan sehat (healthy boundaries) dengan keluarga besar. Ini bukan soal memaafkan mertua sepenuhnya, tapi tentang menjaga diri agar luka lama tidak terus merusak hubungan rumah tangga yang sedang dibangun.

Bagaimana menurutmu? Apakah wajar jika suami membenci mertua yang dulu melukai istrinya? Atau justru lebih baik belajar melepaskan demi ketenangan rumah tangga?

Pastikan kamu sudah memiliki ebook broken home yang sangat bermanfaat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image