Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Meskipun Bukan Pertama, Semoga Selalu Bersama...,

Agama | 2025-07-18 20:19:00

Pada sebuah lorong di JCC Senayan saat gelaran Islamic Book Fair 2025 lalu, pandangan saya tertuju pada sebuah tumpukan buku yang tertata rapi. Buku berjudul 'Pada Jejak Sang Kekasih' karya penulis Palestina bernama Adham Syarqawi itu menarik perhatian sejak membacanya di halaman pertama. Edisi Indonesia diluncurkan oleh penerbit Qaf Jakarta.

Pemandangan penuh tantangan di sekitar kota Madinah (dok.pribadi)

Dikisahkan Ketika Rasulullah saw sedang memobilisasi pasukan untuk perang Tabuk, situasinya sangat sulit. Perjalanannya diiringi cuaca yang sangat panas, medan gurun yang menantang, jarak tempuh yang sangat jauh, dan jumlah hewan tunggangan sangat terbatas. Empat orang bergiliran mengendarai seekor unta. Tidak sebanding memang.

Kaum munafik dan beberapa orang beriman masih tetap tinggal di Madinah. Satu di antara sosok orang beriman yang masih berada di Madinah adalah Abu Khaitsamah.

Beberapa hari setelah Rasulullah dan pasukan berangkat ke Tabuk, Abu Khaitsamah pergi ke kebunnya dan menemui kedua istrinya. Cuaca saat itu sangatlah panas, kedua istrinya menyambut kedatangannya dengan gembira. Bangku telah disiapkan. Makanan dan air yang dingin telah disediakan untuknya di dalam rumahnya yang berada di salah satu bagian kebunnya yang teduh. Sungguh suasana yang memesona.

Abu Khaitsamah berdiri di pintu rumahnya, ia memandang dua istrinya dan apa yang telah disiapkan untuknya. Matanya tampak menerawang jauh, tiba-tiba ia berkata, “Rasulullah saw berada di bawah terik panas matahari, tiupan angin kencang dan cuaca yang membakar, sementara aku -Abu Khaitsama- berada di naungan yang sejuk, makanan yang terhidang dan dua istrinya yang cantik di tengah harta bendanya, Ini sungguh tidak adil.”

Sejenak dia termenung, kemudian berkata kepada istrinya, “Demi Allah, aku tidak akan masuk ke rumah menemui kalian, sehingga aku menyusul Rasulullah saw. Sediakan perbekalan untukku. Aku ingin menyusul Rasulullah.”

Setelah semua disiapkan dengan cepat oleh kedua istrinya, ia segera memacu untanya untuk menyusul Rasulullah, panutan yang dicintainya.

Atas kemudian dari Allah SWT, akhirnya, dia hampir sampai di lokasi perkemahan para sahabat bersama Nabi. Pasukan muslim melihat dia dari kejauhan. Tetapi mereka tidak mengetahui identitas sebenarnya, hanya tampak dari kejauhan. Para sahabat berkata kepada Nabi saw bahwa ada seseorang yang memacu untanya dengan cepat mendekati mereka. Nabi Muhammad saw bersabda, “Pasti dia Abu Khaitsamah, pasti dia Abu Khaitsamah!”

Ketika penunggang unta itu makin dekat, orang-orang membenarkan ucapan Rasulullah tersebut. Sosoknya sudah jelas terlihat. Orang yang mendekat itu adalah Abu Khaitsamah. Dia lalu menambatkan untanya, Abu Khaitsamah mendekat dan memberi salam kepada Nabi, lalu menceritakan perihal sebab-musabab dia menyusul rombongan. Maka Rasulullah berdoa agar Abu Khaitsamah mendapatkan kebaikan atas ikhtiarnya untuk menyusul.

Pembaca, ternyata sampai sejauh itu kecintaan para sahabat kepada Nabi. Ada pun apa yang disabdakan Nabi, "Pasti dia Abu Khaitsamah!" dan ternyata benar orangnya, adalah kecerdasan dan pengetahuan istimewa Nabi tentang watak sahabatnya.

Selalu ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Idealnya memang pada kesempatan pertama namun kenyataan kadang bisa berbeda. Minimal, lebih baik datang terlambat daripada tidak sama sekali. Lebih baik kita menjadi ekor dalam kebaikan daripada menjadi bagian kepala dalam keburukan.

Janganlah kita malu mengikuti kebenaran meskipun orang lain telah mendahuluinya, karena kebenaran tidak akan ada habisnya. Hal terpenting adalah kita berusaha berada dalam lingkaran kebaikan.

Cover buku Pada Jejak Sang Kekasih'

Momen ketulusan hati dari dirinya dan spirit keimanan yang senantiasa hangat telah mendorong Abu Khaitsamah menuju barisan terhormat dan mendapat penghargaan bergengsi dari Nabi berupa "Pasti dia Abu Khaitsamah!"

Kegigihan dan kesadaran sepenuh hati sahabat itu memang pada Perang Tabuk, namun esensinya tetap relevan pada kesempatan apa pun sepanjang zaman.

Wujud dan pilihan kebaikan sangatlah beragam, semoga kita selalu ber-azzam untuk tidak ketinggalan. Meskipun bukan yang pertama, semoga selalu bersama dalam barisan kebaikan. (Jakarta, 18 Juli 2025)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image