Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Atma Nurseto, ST. SH.

Tentang Hati

Agama | 2025-07-12 17:40:49

Ketahuilah, salah satu anugerah terbesar yang Allah karuniakan kepada manusia adalah hati. Ia bukan sekadar organ di dalam dada, tetapi pusat kesadaran, pusat keikhlasan, dan sumber segala amal. Maka barangsiapa menjaga hatinya, ia telah menjaga seluruh dirinya.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadis yang agung:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” HR. Bukhari dan Muslim.

Hadis ini menjelaskan bahwa baik dan buruknya perbuatan seseorang sangat bergantung kepada kondisi hatinya. Hati adalah raja, sementara anggota tubuh hanyalah prajurit yang mengikuti perintahnya. Jika sang raja lurus dan taat kepada Allah, maka prajurit pun akan berjalan di atas jalan yang benar. Namun jika raja itu lalai dan tenggelam dalam hawa nafsu, maka seluruh pasukannya pun akan menyimpang.

Kerusakan hati lebih berbahaya daripada kerusakan jasad. Hati yang rusak dapat menyeret pemiliknya ke dalam kesesatan dan siksa abadi di akhirat, meskipun tubuhnya terlihat sehat dan kuat. Sedangkan rusaknya jasad hanya menyakitkan di dunia, dan akan berakhir saat kematian tiba.

Karena itu, memperbaiki hati adalah langkah utama dalam memperbaiki amal. Perhatikan bagaimana Allah menjadikan hati sebagai tempat segala nilai ibadah dan kesungguhan seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” Muttafaqun ‘alaih.

Niat adalah pekerjaan hati. Tanpa hati yang ikhlas dan benar, amal yang tampak sekalipun akan sia-sia. Shalat, puasa, zakat, haji, dan semua ibadah lainnya tak akan diterima tanpa keikhlasan yang bersumber dari hati.

Di dalam hati tertanam kecintaan, harapan, rasa takut, tawakal, dan keyakinan. Di sanalah tempat ma’rifatullah—pengenalan sejati kepada Allah. Dan dari situlah semua amal besar manusia bersumber.

Namun hati juga bisa berubah. Ia bisa menjadi keras, bahkan lebih keras dari batu. Allah berfirman:

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً

“Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” QS. Al-Baqarah: 74.

Hati yang keras tidak tersentuh oleh nasihat, tidak tersentuh oleh ayat-ayat Allah, bahkan tidak merasa butuh kepada-Nya. Hati ini yang menyebabkan seseorang hidup dalam kegelapan walaupun berada di tengah cahaya.

Sebaliknya, hati yang hidup dan lembut adalah hati yang mudah menerima kebenaran. Ia tunduk kepada Allah, tenang dengan zikir, dan rindu bertemu dengan Rabb-nya.

Allah berfirman:

لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ

“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah.” QS. Al-Hasyr: 21.

Jika gunung yang keras saja bisa tunduk karena ayat-ayat Allah, maka hati manusia seharusnya lebih mudah luluh, asal tidak ditutupi dosa dan kelalaian.

Lalu apa yang bisa melembutkan hati? Di antaranya adalah:

Membaca dan mentadabburi Al-Qur’an, bukan hanya dengan lisan, tapi juga dengan hati yang sadar, memahami serta mengamalkan kandungannya.

Mengingat kematian dan hari akhir, agar kita sadar bahwa dunia ini hanya tempat singgah yang menipu.

Banyak berdzikir kepada Allah, karena hati yang jauh dari zikir akan mati pelan-pelan. Allah berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka.” QS. Al-Anfal: 2.

Bersahabat dengan orang-orang shalih, menjauhi majelis yang melalaikan, dan mendekat kepada nasihat dan ilmu yang benar.

Melihat dan peduli pada penderitaan orang miskin, orang sakit, dan yang tertimpa musibah, agar kita sadar bahwa nikmat Allah amatlah besar dan patut disyukuri.

Marilah kita rawat hati kita. Jangan biarkan ia keras, jangan biarkan ia mati. Hati yang hidup adalah bekal utama untuk bertemu Allah. Dan hati yang bersih adalah satu-satunya yang akan menyelamatkan kita di hari kiamat, sebagaimana firman-Nya:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ۝ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(Yaitu) pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.” QS. Ash-Shu‘arā’: 88–89.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image