Salah Jurusan, Tapi tidak Salah Jalan: Perjalanan tak Terduga di Dunia Seni Karawitan
Curhat | 2025-07-10 14:00:17Saat lulus SMP, satu hal yang paling aku impikan adalah bisa melanjutkan pendidikan di sekolah agama. Rasanya sudah membayangkan akan memakai seragam putih abu-abu dan mendalami ilmu agama lebih dalam. Tapi ternyata, Allah punya rencana lain.
Aku diterima di SMK Negeri, jurusan Seni Karawitan. Jujur, saat pertama kali masuk, aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang dunia karawitan. Aku tidak bisa memainkan alat musik tradisional, tidak bisa membaca notasi, bahkan hanya mengenal tangga nada dari “do re mi fa sol la si do”. Rasanya seperti dilempar ke dunia asing yang sepenuhnya baru buatku.
Namun waktu berjalan. Sedikit demi sedikit aku mulai belajar. Awalnya aku mengambil pelajaran vokal dan mulai mengenal berbagai alat musik tradisional. Di jurusan ini, setiap siswa diberi kesempatan untuk memilih jalur mayor dan minor. Beberapa teman memilih minor kongahyan, ada juga yang memilih mayor gendang—dan aku pun memilih mayor gendang.
Di kelas 10, aku mulai berlatih mengiringi lagu tradisional seperti Kicir-Kicir. Masuk ke kelas 11, kami mulai dikenalkan pada alat musik Topeng Betawi, dan di sinilah aku mulai mempelajari iringan musik Topeng Betawi ragam dasar. Prosesnya tidak mudah, tapi justru dari sinilah aku mulai jatuh cinta dengan musik tradisional.
Puncak perjalananku terjadi saat kelas 12. Selama enam bulan penuh, aku mengikuti PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Pengalaman ini membuka mataku lebar-lebar. Aku belajar bekerja secara profesional sebagai seniman muda, menggarap lagu untuk dipentaskan, dan mempersiapkan pertunjukan akhir yang menjadi penilaian kelulusan kami.
Puncak perjalananku terjadi saat kelas 12. Selama enam bulan penuh, aku mengikuti PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Pengalaman ini membuka mataku lebar-lebar. Aku belajar bekerja secara profesional sebagai seniman muda, menggarap lagu untuk dipentaskan, dan mempersiapkan pertunjukan akhir yang menjadi penilaian kelulusan kami.
PKL ini juga jadi momen penting karena untuk pertama kalinya aku tinggal jauh dari orang tua, hidup mandiri, merasakan pusingnya menyusun laporan PKL, dan harus membagi waktu antara latihan dan tanggung jawab akademik. Semua pengalaman itu membuatku bukan hanya tumbuh sebagai seniman, tapi juga sebagai manusia. Sekarang, aku bersyukur Allah membawaku ke jalan ini. Awalnya aku merasa salah jurusan, tapi ternyata inilah jalan terbaik yang dipilih-Nya untukku. Karena dari seni, aku belajar disiplin, kerja keras, dan menemukan potensi diri yang tak pernah aku sadari sebelumnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
