Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabilla Jasmine

Kerja Tidak Sesuai Jurusan Bukan Masalah Besar dalam Revolusi Industri 4.0

Eduaksi | Wednesday, 24 Nov 2021, 19:15 WIB

Judul : Kerja Nggak Sesuai Jurusan

Penulis : Desi Rachmawati dan Fika Ashidiqi

Penerbit : Penerbit Brilliant, Ngemplak, Indonesia.

Cetakan : Cetakan Pertama, 2021

ISBN : 978-602-5861-65-9

Tebal : 183 halaman, 14 x 20 cm

Hadirnya era revolusi industri 4.0 akan memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia di dunia tanpa terkecuali. Menurut riset yang dilakukan oleh McKinsey, sebanyak 800 juta jenis pekerjaan akan menghilang pada tahun 2030. Salah satu langkah untuk bertahan di masa mendatang, yaitu dengan meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mengimbangi teknologi yang tidak pernah berhenti berevolusi.

Desy Rachmawati dan Fika Ashidiqi, keduanya merupakan lulusan sarjana sastra Universitas Negeri Yogyakarta. Berawal dari pecinta buku yang terjun dalam dunia kepenulisan, mereka melahirkan buku berjudul Kerja Nggak Sesuai Jurusan. Buku bertema pengembangan diri ini bukanlah karya pertama Desy Rachmawati. Pada tahun 2020, Desy Rachmawati menuliskan buku pengembangan diri juga berjudul What Happened With Your Life.

Berbeda dengan Fika Ashidiqi yang menjadikan buku ini sebagai wadah menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan untuk pertama kalinya. Dua pendapat yang berbeda disatukan dalam perpaduan rangkaian kata penuh motivasi pada buku ini berhasil memikat para pembacanya.

Kerja Nggak Sesuai Jurusan dilahirkan melalui hasil pemikiran dan pendapat mereka mengenai persepsi masyarakat yang menganggap bekerja tidak sesuai dengan jurusan kuliah hanya sia-sia semata. Kesadaran Desy dan Fika terhadap hal yang tidak pernah menjadi pusat perhatian khalayak ramai ini tertuang dalam buku berisikan 5 bagian yang dijelaskan secara singkat, padat, dan jelas. Dari kesadaran tersebut, mereka banyak menorehkan cara agar dapat bertahan di masa depan berdampingan dengan teknologi.

Buku karya Desy dan Fika membuat para pembaca menjadi sadar akan seberapa gentingnya meningkatkan sumber daya manusia dan melek teknologi agar dapat bertahan di masa depan. Munculnya revolusi industri 4.0 menciptakan berbagai ketakutan bagi manusia akan banyaknya pekerjaan hilang yang tergantikan oleh robot di masa depan. Pada kenyataannya, revolusi industri 4.0 justru akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru yang lebih mengandalkan skill, kreativitas, dan inovasi manusia.

Tiga hal yang mendasari kecakapan untuk bersaing di era revolusi industri 4.0 tidak didapatkan masyarakat dalam sistem pendidikan Indonesia. Jalan satu-satunya bagi manusia yang masih memiliki target untuk dipenuhi di masa depan yaitu dengan meningkatkan kualitas diri secara otodidak. Desy dan Fika beranggapan bahwa Indonesia masih belum siap menghadapi revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, agar dapat bersaing dalam sebuah era otomatisasi, Indonesia perlu membenahi sistem pendidikannya.

Persaingan ketat dalam dunia pekerjaan saat ini yang lebih mengutamakan skill dibanding jurusan saat berkarier benar-benar membuktikan bahwa jurusan tidak melulu menjadi salah satu faktor utama kita untuk berkarier. Sebanyak 65% penduduk Indonesia berkarier tidak sesuai jurusannya disampaikan oleh Desy dan Fika sebagai penopang fakta berkarier tidak sesuai jurusan bukan masalah besar. Sebagian besar pengusaha di dunia lebih memilih karyawan berdasarkan keahlian dalam berkomunikasi, berpikir kritis, dan memiliki keterampilan memecahkan permasalahan dibandingkan karyawan yang sesuai dengan jurusannya.

Memiliki gelar jurusan yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaan yang diinginkan bukanlah masalah besar. Dalam dunia kerja, komponen yang paling dibutuhkan adalah skill, kreativitas, dan inovasi. Skill atau kemampuan dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu basic literacy skill, technical skill, interpersonal skill, dan problem solving. Empat hal ini wajib dikuasai bagi calon pekerja yang merasa salah jurusan, tetapi ingin dapat bertahan di masa mendatang.

Peran passion dalam dunia kerja dijelaskan pada buku ini. Mark Cuban pernah menyarankan agar orang-orang lebih menitikberatkan karier mereka, terutama yang mereka kuasai dan menempatkan passion sebagai hobi saja (hal. 41). Desy dan Fika menambahkan passion bukanlah indikator untuk menentukan kemampuan dan kesuksesan jangka panjang.

Revolusi industri 4.0 tidak sepenuhnya menggusur pekerjaan yang ada di dunia. Banyak pekerjaan yang berkaitan dengan teknologi akan muncul seiring dengan berkembangnya teknologi dan revolusi industri di masa depan. Dibutuhkan kreativitas dan inovasi yang luar biasa untuk menciptakan hal baru di era yang penuh perkembangan ini. Strategi dan tips yang disampaikan oleh Desy dan Fika mengenai perencaan karier di masa depan terbilang ampuh menumbuhkan sepercik motivasi untuk bergerak melakukan perubahan dan perbaikan diri. Merencanakan karier itu penting bagi seorang pekerja, apalagi tujuannya adalah kesuksesan di masa depan (hal. 82).

Semua orang pasti mendambakan kesuksesan dalam berkarir. Di era revolusi industri 4.0 yang serba mudah tersorot oleh media seperti saat ini, semua orang berlomba-lomba menunjukkan kebolehan mereka dalam berkarir dan berkarya. Definisi sukses setiap orang itu berbeda. Penulis menyampaikan banyak pesan positif yang dapat mengubah persepsi pembaca dalam mendefinisikan sukses yang selalu disalahartikan sebagai kaya dan terkenal oleh masyarakat.

Penyampaian rangkaian kata yang tak terhitung oleh Desy dan Fika seakan menyihir pembacanya untuk menggali lebih dalam. Namun, penggunaan makna yang berulang-ulang membuat pengalaman membaca buku ini menjadi suatu kelemahan tersendiri. Selebihnya buku pengembangan diri ini dapat membuka pandangan pembaca terhadap hal yang dibutuhkan untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. Sebagai manusia yang memiliki target di masa depan, Kerja Nggak Sesuai Jurusan sangat ampuh dalam membantu saya menaiki satu per satu tangga meraih kesuksesan.

Bekerja tidak sesuai dengan jurusan kuliah tidak akan menjadi masalah besar selama kita mengetahui target karier seperti apa yang diinginkan. Berkembangnya teknologi dan revolusi industri 4.0 mewajibkan setiap manusia untuk meningkatkan kualitas diri agar dapat bersaing dan bertahan di masa depan yang serba canggih. Tidak perlu mendengarkan persepsi orang lain mengenai apa yang kita kerjakan. Cukup fokus pada seperti apa definisi sukses yang kita inginkan karena setiap manusia memiliki keinginan dan sudut pandang berbeda.

*) Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image