Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ayu Tri Hapsari

Kecemasan Mahasiswa Terhadap Masa Depannya

Eduaksi | 2023-05-22 08:24:44
Sumber : amp.kompas.com

Masa depan yang sukses merupakan impian semua orang. Namun untuk menempuh suatu kesuksesan tersebut seseorang harus melewati beberapa proses yang panjang salah satunya yaitu pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Sebagian orang menganggap dengan mengutamakan pendidikan terutama dengan melanjutkan ke Perguruan Tinggi (kuliah) adalah kunci dari sebuah kesuksesan “Dengan kuliah bisa mendapatkan masa depan yang cerah”, namun jika kita ketahui ada juga beberapa orang di luar sana yang sukses tanpa kuliah.

Pendidikan sangat diutamakan di negara Indonesia ini. Dengan menyediakan banyak sekali universitas negeri maupun swasta, memberi kesempatan bagi anak bangsa dalam mengembangkan kemampuan dan bakatnya serta menambah wawasan dan pengetahuan. Bisa lolos ke perguruan tinggi saja sudah merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi calon mahasiswa, tak bisa dipungkiri hal ini juga menjadi salah satu pemicu kecemasan bagi mahasiswa dalam mewujudkan masa depannya. Mulai memikirkan dan merencanakan nantinya akan kerja apa?, mendapatkan gaji berapa?, mendapatkan kerja yang sesuai fashion dan bakat atau keinginan atau juga sesuai jurusan apa tidak? dan bisa membahagiakan orang tua apa tidak?.

Kecemasan tersebut dialami bagi orang yang sudah mulai beranjak dewasa yaitu pada anak tingkat SMA, calon mahasiswa dan yang paling banyak mengalaminya yaitu pada tingkat mahasiswa. Banyak dari kalangan mahasiswa yang pusing memikirkan dan merencanakan masa depannya dikarenakan adanya contoh nyata yang menunjukkan banyaknya pengangguran yang berasal dari kalangan lulusan S1. Banyak dari lulusan S1 yang bekerja tidak sesuai dengan jurusannya atau gelarnya.

Kecemasan-kecemasan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:

 

  1. Salah dalam memilih jurusan.
  2. Ragu dengan jurusannya yang sangat minim dibutuhkan didunia kerja.
  3. Banyak pengangguran terutama dari kalangan mahasiswa/S1.
  4. Pemikiran masyarakat pada kuliah yang tidak menjamin kesuksesan.
  5. Mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusan yang diambil.

Ada banyak faktor diatas yang menyebabkan terjadinya kecemasan bagi mahasiswa, namun faktor utamanya adalah salah memilih jurusan. Dengan salah memilih jurusan akan mengakibatkan beberapa pemikiran negatif yang membuat ragu bagi mahasiswa terhadap masa depannya.

Menurut Indonesia Career Center Network (ICCN) salah satu penyebab pengangguran adalah dikarenakan sebanyak 87% mahasiswa di Indonesia mengaku jurusan mereka yang diambil tidak sesuai dengan minat mereka. Akibatnya, banyak seorang pekerja memilih profesi yang tidak sepadan dengan latar belakang pendidikan yang telah dilalui atau istilah ini sering disebut dengan mismatch (ketidakcocokan). Bagi siswa SMA memilih jurusan bukanlah hal yang mudah, mengingat Perguruan Tinggi di Indonesia menyediakan banyak sekali pilihan jurusan. Pada umumnya lulusan SMA banyak yang memilih jurusan berdasarkan trend dan prospek kerja yang menjanjikan, sehingga mereka cenderung mengabaikan bakat yang dimilikinya. Salah satu penyebab mahasiswa merasa salah jurusan yaitu karena faktor eksternal, seperti dorongan dari orang tua, ikut teman dengan anggapan bahwa lulusan jurusan tertentu lebih mudah memperoleh pekerjaan, dan memilih jurusan yang aman sesuai kemampuan supaya bisa masuk ke Perguruan Tinggi, sehingga jurusan ini bukan merupakan jurusan yang diinginkannya melainkan hanya mencari aman karena jika dia mengambil jurusan yang ia inginkan, nilai dan kemampuannya tidak mencukupi.

Peristiwa seperti ini kerap terjadi pada setiap tahunnya sehingga memberikan dampak yang mengarah ke hal negatif. Seorang mahasiswa bisa mengalami masalah kesehatan mental jika mereka merasa cemas karena salah dalam memilih jurusan. Masalah psikologis tersebut, seperti daya tahan terhadap tekanan atau sering disebut dengan stres. Selain itu, membuat mahasiswa kurang percaya diri atau istilahnya minder dalam jurusan tersebut dikarenakan kurang mampu menguasai materi kuliah, juga merasa tersaingi dengan teman satu jurusannya. Salah memilih jurusan juga dapat mempengaruhi nilai kuliah, merasa tertekan, menyebabkan putus atau drop out dari kuliah, tidak memiliki semangat untuk kuliah bahkan bingung mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusan.

Memilih jurusan adalah tahapan yang penting bagi mahasiswa karena pada tahap ini sangat diperlukan dalam menentukan hidupnya termasuk kemudahan dalam memperoleh pekerjaan di masa depan. Sering ditemui bahwa hampir keseluruhan mahasiswa yang mengaku cemas dan merasa salah akan jurusannya akibat stereotip yang melekat terhadap jurusan yang mereka ambil (Kompas, 2015). Stereotip merupakan suatu prasangka atau asumsi berdasarkan penilaian dan karakteristik perilaku orang lain. Hal tersebut disebabkan bahwa masyarakat membedakan berbagai jurusan ke dalam jurusan yang bagus dan jurusan yang tidak bagus dan membuat mahasiswa berpikir negatif dan bingung serta cemas memikirkan hal tersebut.

Kegelisahan dan kecemasan dalam memikirkan masa depan bagi mahasiswa merupakan hal yang wajar sebab impian dan cita-cita serta menentukan karir yang belum pasti perlu diusahakan dan diperjuangkan. Untuk itu hal ini tentunya kembali lagi pada pemikiran kita sendiri, ungkapan “Kuliah tidak menjamin kesuksesan” merupakan asumsi negatif yang disampaikan oleh masyarakat. Namun kembali lagi, jika kita percaya bahwa hal tersebut diluar kendali kita, seperti jodoh, masa depan, rezeki, dan kematian merupakan takdir Tuhan yang Maha Esa. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa selebihnya hanya bisa berpasrah. Pasrahkan dan percayakan semua hanya kepada Tuhan. Janganlah putus asa dan teruslah berusaha, marilah memotivasi diri kita sendiri untuk selalu berpikir optimis bahwa setiap orang memiliki jalan masing-masing untuk menuju kesuksesan.

“Kuliah tidak menjamin kesuksesan, tapi kuliah adalah salah satu kemewahan yang hanya 30% orang Indonesia yang dapat merasakannya. Dengan kuliah kita bisa menggali dalamnya sumur pendidikan” - Najwa Shihab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image