7 Tokoh Filsafat Yunani Kuno dan Teorinya
Sejarah | 2025-07-09 12:48:38
Pernah nggak sih kita bertanya-tanya, dari mana asal mula alam semesta ini? Apakah ia ada dengan sendirinya, atau ada elemen dasar yang menyusunnya?
Sebelum teknologi dan modernitas berkembang seperti sekarang, para filsuf Yunani Kuno sudah lebih dulu memikirkan dan mengupas tuntas tentang kehidupan, pengetahuan, dan alam semesta. Mereka tidak serta-merta percaya pada mitos-mitos yang beredar saat itu. Sebaliknya, mereka menelusuri unsur dasar penyusun alam dan mencoba memahami prinsip-prinsip yang mengatur perubahan serta keteraturan dunia ini.
Pemikiran para filsuf ini menjadi fondasi awal dari perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat modern. Nah, supaya makin kenal, yuk kita bahas tujuh tokoh besar filsafat Yunani Kuno yang punya pengaruh besar terhadap sejarah pemikiran dunia, lengkap dengan teori mereka tentang asal mula terbentuknya alam semesta!
1. Thales (625–545 SM)
Thales dikenal sebagai pedagang, pejabat pemerintahan, sekaligus ahli astronomi yang bahkan berhasil meramalkan gerhana matahari. Ia adalah tokoh pertama yang mencoba menjelaskan asal mula alam semesta secara rasional. Menurutnya, air adalah unsur dasar dari segala sesuatu. Air dianggap punya banyak bentuk: ketika mengental jadi tanah, dan ketika menipis menjadi asap, api, atau udara.
2. Anaximander (610–547 SM)
Anaximander adalah murid Thales yang mengembangkan pemikiran gurunya lebih jauh. Ia menyatakan bahwa asal mula alam semesta bukan berasal dari unsur nyata, melainkan dari sesuatu yang abstrak, tak terbatas, abadi, dan ada dengan sendirinya. Ia menyebut prinsip ini sebagai “apeiron”, yaitu sesuatu yang melampaui batasan ruang dan waktu.
3. Anaximenes (585–494 SM)
Sebagai murid Anaximander, Anaximenes juga berusaha menjelaskan alam secara rasional. Ia berpendapat bahwa udara adalah unsur dasar dari segala sesuatu, karena udara bersifat fleksibel, selalu bergerak, dan bisa ditemukan di mana pun. Menurutnya, semua materi berasal dari udara melalui proses pengembunan dan pengenceran.
4. Herakleitos (540–480 SM)
Filsuf dari kota Ephorus, Asia Minor, ini menyampaikan pandangan unik. Ia percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta terus berubah, tidak ada yang benar-benar tetap. Alam ini dinamis, selalu bergerak. Oleh karena itu, menurut Herakleitos, pengetahuan yang benar juga bersifat berubah. Ia terkenal dengan prinsip: “Panta Rhei” — segala sesuatu mengalir.
5. Parmenides (540–473 SM)
Parmenides, seorang pemikir besar sekaligus ahli politik, justru menyampaikan pandangan yang berlawanan dengan Herakleitos. Ia menyatakan bahwa realitas itu tetap, tidak berubah, dan bersifat satu. Baginya, yang benar-benar ada hanyalah "yang ada", sedangkan "yang tidak ada" itu mustahil. Parmenides meyakini bahwa kebenaran hanya bisa dicapai melalui akal (logika), bukan lewat indra.
6. Zeno (490–430 SM)
Zeno adalah murid Parmenides yang terkenal gigih membela ajaran gurunya. Ia dikenal sebagai pelopor dialektika, yaitu metode berargumen melalui pengandaian logis. Zeno membuat berbagai paradoks untuk membantah konsep gerak dan perubahan, sebagai bentuk pembelaan terhadap ide bahwa realitas itu tidak berubah.
7. Empedocles (494–434 SM)
Empedocles terkenal dengan gagasannya tentang empat unsur dasar alam semesta: tanah, air, api, dan udara. Menurutnya, seluruh materi terbentuk dari kombinasi keempat unsur ini. Ia juga menambahkan dua kekuatan utama yang mempengaruhi perubahan alam: cinta (yang menyatukan) dan kebencian (yang memisahkan). Interaksi dua kekuatan ini menciptakan proses pembentukan dan perpecahan materi di alam.
Itulah tujuh filsuf Yunani Kuno dan teori-teori mereka tentang asal-usul alam semesta serta hakikat realitas. Dari merekalah, pemikiran manusia mulai beralih dari mitos menuju rasionalitas, dari cerita menuju logika.
Sebagai generasi muda, sudah sepatutnya kita menghargai warisan intelektual ini. Dengan terus berpikir kritis, rasa ingin tahu yang besar, dan tidak menerima sesuatu begitu saja tanpa pertimbangan akal sehat, kita bisa ikut melanjutkan tongkat estafet pencarian kebenaran, demi ilmu dan masa depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
