Kontribusi Filsafat Pendidikan Islam terhadap Pendidikan Kontemporer
Eduaksi | 2025-10-03 22:44:41
Pendidikan adalah salah satu instrumen paling penting dalam membentuk arah peradaban. Tidak hanya berfungsi sebagai transfer ilmu pengetahuan, pendidikan juga menjadi ruang pembentukan karakter, nilai, serta visi hidup manusia. Di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang seringkali menekankan aspek pragmatis, filsafat pendidikan Islam hadir menawarkan kontribusi yang khas: ia mengintegrasikan ilmu, etika, dan spiritualitas dalam satu kesatuan yang utuh.
Filsafat pendidikan Islam lahir dari refleksi mendalam para ulama dan cendekiawan Muslim terhadap hakikat manusia, tujuan hidup, serta peran ilmu dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kontribusi pertama yang sangat penting adalah pada aspek tujuan pendidikan. Jika pendidikan modern sering kali diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja, filsafat pendidikan Islam mengingatkan bahwa tujuan utama pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Orientasi ini menegaskan bahwa manusia bukan hanya makhluk ekonomi, tetapi juga makhluk spiritual dan sosial yang membutuhkan keseimbangan.
Kontribusi berikutnya adalah pada aspek kurikulum dan integrasi ilmu. Salah satu problem pendidikan kontemporer adalah dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Filsafat pendidikan Islam menolak dikotomi tersebut dengan menegaskan bahwa semua ilmu, baik eksakta maupun humaniora, memiliki nilai ibadah jika digunakan untuk kemaslahatan. Prinsip integratif ini sejalan dengan gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan yang pernah dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Syed Muhammad Naquib al-Attas dan Ismail Raji al-Faruqi. Dengan semangat integrasi, pendidikan Islam menawarkan model kurikulum yang tidak hanya menekankan penguasaan keterampilan, tetapi juga membentuk kesadaran moral dan spiritual.
Selain itu, filsafat pendidikan Islam berkontribusi pada pembentukan karakter dan etika. Dunia modern tengah menghadapi krisis moral, mulai dari korupsi, dekadensi budaya, hingga degradasi lingkungan. Filsafat pendidikan Islam menekankan pentingnya adab sebagai fondasi ilmu. Hal ini relevan dengan kebutuhan pendidikan kontemporer yang tidak cukup hanya melahirkan manusia pintar, tetapi juga manusia yang benar dan bijak. Sebuah sistem pendidikan yang menanamkan nilai tauhid, kejujuran, amanah, dan kepedulian sosial jelas memiliki kontribusi nyata untuk memperbaiki wajah masyarakat global.
Dari sisi metodologi, filsafat pendidikan Islam juga memperkaya pendekatan kontemporer. Konsep belajar seumur hidup (lifelong learning) yang kini menjadi tren global sejatinya sudah lama hadir dalam tradisi Islam dengan ungkapan “tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat.” Demikian pula prinsip dialogis dalam pembelajaran, sebagaimana dicontohkan oleh tradisi halaqah para ulama, sangat sesuai dengan metode pembelajaran aktif yang kini didorong di berbagai institusi pendidikan modern.
Kontribusi terakhir yang patut digarisbawahi adalah pada aspek visi peradaban. Pendidikan kontemporer sering terjebak pada orientasi materialistik dan sekuler. Filsafat pendidikan Islam menawarkan visi yang lebih luas: pendidikan sebagai sarana membangun insan kamil, yaitu manusia paripurna yang seimbang antara akal, hati, dan amal. Visi ini tidak hanya penting bagi komunitas Muslim, tetapi juga bisa menjadi tawaran global untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang muncul akibat modernisasi tanpa nilai.
Melihat kontribusi-kontribusi tersebut, jelaslah bahwa filsafat pendidikan Islam tidak hanya relevan, tetapi juga urgen untuk dihidupkan kembali dalam wacana pendidikan kontemporer. Dunia pendidikan saat ini memerlukan pendekatan yang tidak hanya menekankan kecerdasan intelektual, tetapi juga kesadaran spiritual dan komitmen moral. Inilah ruang di mana filsafat pendidikan Islam bisa memainkan peran vital: menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, antara ilmu dan nilai, antara kemajuan dan kemanusiaan.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita tidak memandang filsafat pendidikan Islam sebagai warisan intelektual masa lalu semata, melainkan sebagai sumber inspirasi untuk merumuskan arah pendidikan masa depan. Di tengah derasnya arus globalisasi, filsafat pendidikan Islam memberi kita kompas moral dan spiritual, agar pendidikan tidak kehilangan jati dirinya: mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus memuliakan martabat manusia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
