Ketika Komentar Menjadi Luka: Bahaya Cyberbullying yang Mulai Kita Anggap Biasa
Pendidikan | 2025-12-04 16:58:15
Di tengah kehidupan digital yang semakin melekat dalam keseharian, media sosial seharusnya menjadi ruang untuk saling terkoneksi, berbagi inspirasi, dan mengekspresikan diri. Namun justru di tempat yang terlihat aman inilah banyak orang merasakan kekerasan yang tidak terlihat bentuknya. Cyberbullying kini menjadi fenomena yang dianggap sepele, padahal dampaknya mampu meninggalkan luka mental yang jauh lebih dalam daripada pertengkaran di dunia nyata. Dengan hanya satu komentar pedas atau unggahan yang menyebar cepat, kehidupan seseorang bisa berubah drastis dalam waktu singkat.
Yang membuat cyberbullying begitu berbahaya adalah sifatnya yang terus mengikuti korban. Pelaku bisa bersembunyi di balik akun anonim, sementara korban tidak punya tempat berlari karena serangan dapat muncul kapan saja. Jejak digital membuat setiap hinaan sulit terhapus dan menjadi bayang-bayang yang menekan pikiran. Lebih menyakitkan lagi, perilaku merundung ini sering dibungkus dengan alasan “sekadar bercanda”, seolah-olah korban harus selalu kuat dan tidak boleh tersinggung. Padahal candaan yang membuat seseorang kehilangan kepercayaan diri atau takut tampil di ruang publik bukanlah lelucon sama sekali.
Masalah ini tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. Platform media sosial perlu memastikan ruangnya lebih aman, sekolah harus mengajarkan etika digital sejak dini, dan keluarga perlu menjadi tempat paling nyaman bagi anggota yang ingin bercerita. Banyak korban memilih diam karena takut disalahkan atau dianggap berlebihan. Padahal dukungan emosional sangat dibutuhkan untuk mencegah dampak psikologis berkepanjangan yang sering tidak tampak oleh orang sekitar.
Pada akhirnya, dunia maya adalah cermin dari siapa kita. Jika ingin ruang digital yang lebih beradab, perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Sebelum mengetik komentar atau membagikan sesuatu, tanyakan dulu apakah kita ingin menerima perlakuan serupa. Jika tidak, maka kita tidak punya alasan untuk melakukannya pada orang lain. Cyberbullying bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang kemanusiaan, empati, dan tanggung jawab kita sebagai pengguna internet. Ketika kita memilih untuk lebih bijak sebelum berkomentar, kita sebenarnya sedang membantu menjadikan dunia digital tempat yang lebih aman bagi semua.
Penulis : Syakila deliwarna, universitas pamulang fakultas ekonomi dan bisnis prodi manajemen
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
