Mitos Apa Saja yang Terdapat Dalam Satu Suro Menurut Perspektif Islam
Agama | 2025-07-09 10:19:09
Bulan Suro(Muharram) merupakan Bulan Sial
Salah satu mitos yang berkembang adalah anggapan bahwa bulan Suro atau Muharram merupakan bulan sial. Dalam masyarakat Jawa, terdapat kepercayaan bahwa menikah, bepergian jauh, atau mengadakan pesta di bulan Suro akan mendatangkan kesialan atau musibah. Padahal, dalam Islam, bulan Muharram justru termasuk salah satu dari empat bulan haram (bulan suci) yang dimuliakan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram” (HR. Muslim). Dengan demikian, keyakinan bahwa bulan Suro adalah bulan sial jelas bertentangan dengan ajaran Islam dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Bergentayangannya Roh Halus
Mitos lain yang beredar adalah tentang bergentayangannya roh halus pada malam satu Suro. Diyakini bahwa dunia roh terbuka pada malam tersebut, sehingga banyak makhluk halus berkeliaran dan menimbulkan rasa takut bagi masyarakat yang ingin beraktivitas di luar rumah. Islam memang mengakui adanya alam gaib, termasuk surga, neraka, dan alam kubur, namun umat Muslim diajarkan untuk senantiasa beribadah dan memohon perlindungan kepada Allah SWT agar terhindar dari hal-hal gaib yang bersifat menakutkan atau menyesatkan.
Tidak Boleh Mengadakan Pernikahan
Selain itu, sebagian masyarakat juga mempercayai bahwa pernikahan pada bulan Suro dilarang karena dianggap akan membawa kesialan atau musibah dalam rumah tangga. Padahal, dalam ajaran Islam tidak terdapat larangan untuk menikah di bulan Muharram (Suro). Pernikahan dapat dilaksanakan kapan pun asalkan memenuhi syarat dan rukun nikah sesuai syariat. Jika seseorang meninggalkan pernikahan di bulan ini hanya karena takut sial, maka keyakinan tersebut termasuk kepercayaan batil yang mendekati syirik kecil (tathayyur).
Pada hakikatnya, bulan Suro atau Muharram adalah bulan yang dimuliakan dalam Islam. Mitos-mitos seperti anggapan bulan sial, larangan menikah, ritual mistik, dan keyakinan akan bergentayangannya roh halus merupakan warisan budaya lokal yang tidak didukung oleh dalil syar‘i. Seorang Muslim hendaknya meluruskan niat dan keyakinannya hanya kepada Allah SWT serta menjadikan bulan Muharram sebagai momentum untuk introspeksi diri dan memperbanyak amal kebaikan seperti melaksanakan puasa Asyura dan Tasu'a setiap tanggal 9 dan 10 Muharram .
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
