Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Thaufan Arifuddin

Komunikasi Politik Gen Z di Indonesia, Antara Mediasi dan Mediatisasi

Pendidikan dan Literasi | 2025-07-07 12:05:02

Teknologi media hadir di tengah masyarakat dan massif digunakan dalam ruang politik demokrasi di Indonesia hari ini terutama di kalangan Gen Z yang kini mencapai 27,94 persen dari total populasi atau sekitar 74,93 juta jiwa. Namun dalam riset terakhir kajian media dan politik, terdapat perbedaan menyolok antara perspektif lama yang fokus dalam mediasi sosial politik dan perspektif baru yang lebih dinamis dalam memotret fenomena media di era mediatisasi. Kedua perspektif ini sangat mempengaruhi diskursus komunikasi politik dan membantu membaca watak komunikasi politik Gen Z di era kontestasi logika politik dan media hari ini di Indonesia.

Media kini hadir dalam ruang keseharian Gen Z di Indonesia. Ilustrasi Foto: https://www.pexels.com

Dalam konteks komunikasi politik yang cenderung mengalami stagnasi, mediasi (mediation) dipahami sebagai tindakan netral dalam mentransmisikan pesan melalui media dan memungkinkan publik mengalami situasi dan fenomena politik melalui saluran komunikasi massa (Mazzoleni 2008; Strömbäck 2008). Ketika politik dimediasi (mediated), masyarakat bergantung pada media untuk mendapatkan informasi politik. Media berfungsi sebagai perantara antara warga negara dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemerintahan, pemilu, dan pembentukan opini, serta sebagai penghubung antara berbagai aktor dan institusi dalam sistem komunikasi. Model komunikasi di level mediasi ini masih terlihat linear dan satu arah. Model ini kurang disukai oleh Gen Z di Indonesia.

Beberapa sarjana berargumen bahwa politik pada dasarnya adalah komunikasi (Deutsch 1963). `Almond dan Powell (1966) berpendapat bahwa komunikasi meresapi seluruh proses politik di mana semua fungsi dalam sistem politik seperti sosialisasi dan rekrutmen politik, artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, pembuatan aturan, penerapan aturan, dan pengadilan aturan dilakukan melalui komunikasi. Misalnya, preferensi Gen Z Indonesia perlu diartikulasikan melalui komunikasi dan disalurkan ke lembaga-lembaga agregasi kepentingan terutama melalui media massa. Hal ini terjadi dalam Pemilu 2024.

Lucian Pye (1993) mengatakan bahwa kehidupan politik dalam masyarakat massa termasuk di kalangan Gen Z Indonesia tidak mungkin terwujud tanpa metode komunikasi politik yang mapan. Politik harus dikomunikasikan kepada publik yang dilakukan melalui saluran komunikasi massa. Hal ini menggambarkan politik modern sebagai sesuatu yang selalu dimediasi (Mazzoleni dan Schulz 1999). Namun, pemahaman ini bersifat cukup statis karena tidak menangkap sifat hubungan saling bergantung yang berubah antara media dan politik. Pemikiran semacam ini cenderung mengabaikan dinamika di mana media bukan hanya menyampaikan pesan, melainkan memengaruhi bentuk, isi, dan logika komunikasi politik itu sendiri. Di sinilah mediasi berbeda dengan mediatisasi.

Mediatisasi (mediatization) adalah konsep komunikasi politik yang berbeda dan dinamis. Konsep ini berorientasi pada proses dan menekankan bagaimana pengaruh media meningkat dalam berbagai aspek terhadap masyarakat termasuk Gen Z Indonesia. Mediatisasi tidak terbatas pada politik saja, tetapi dikonsepsikan sejajar dengan proses-proses besar perubahan masyarakat lainnya seperti modernisasi, individualisasi, dan globalisasi (Hjarvard 2008; Krotz 2007; Mazzoleni 2008).

Mazzoleni (2008) menegaskan bahwa konsep mediatisasi masyarakat (mediatization of society) menunjukkan meluasnya pengaruh media ke semua bidang kehidupan sosial termasuk kehidupan Gen Z Indonesia. Hal ini penting untuk melihat domain apa saja yang dipengaruhi oleh sistem media, mengingat media merupakan teknologi budaya sekaligus organisasi ekonomi hari ini.

Semua domain utama masyarakat dipengaruhi oleh hubungan antara media dan masyarakat, termasuk relasi gender dan Gen Z Indonesia, penyimpangan sosial, kontrol dan pengawasan, dimensi keagamaan dan ritual, relasi kekuasaan, lingkungan perkotaan, serta proses lokalisasi dan globalisasi.

Hjarvard (2008) mendeskripsikan mediatisasi masyarakat sebagai proses di mana media menjadi terintegrasi ke dalam operasi institusi sosial lain, sekaligus memperoleh status sebagai institusi sosial yang otonom dengan logikanya sendiri. Proses ini terlihat secara empiris melalui cara media campur tangan dalam interaksi antar individu di dalam institusi tertentu, antar-institusi, dan dalam masyarakat secara keseluruhan. Fenomena mediatisasi misalnya dapat disaksikan dalam proses integrasi Gen Z Indonesia terhadap media Instagram dan TikTok yang dinamis dan paradoks (Arifuddin, 2024).

Mediatisasi politik adalah hal yang tak terpisah dari mediatisasi masyarakat termasuk di kalangan Gen Z Indonesia. Mediatisasi politik adalah bagian dari proses umum dalam masyarakat demokrasi yang maju. Tingkat mediatisasi dapat bervariasi seperti halnya tingkat modernisasi, individualisasi, dan globalisasi, tetapi pengaruhnya tetap mendasar terhadap masyarakat termasuk di kalangan Gen Z Indonesia dan elit politik (Arifuddin, 2024). Mediatisasi adalah konsep berorientasi proses yang terkait dengan perubahan yang terjadi seiring perkembangan teknologi media komunikasi (Schulz 2004) atau, menurut Hjarvard (2008), sebuah proses di mana masyarakat semakin tunduk pada atau bergantung pada media dan logika mereka.

Globalisasi berkaitan dengan mediatisasi setidaknya dalam dua cara (Hjarvard 2008), pertama, globalisasi memerlukan sarana teknis untuk memperluas komunikasi dan interaksi jarak jauh. Kedua, ia mendorong proses mediatisasi dengan menginstitusionalisasikan komunikasi dan interaksi yang dimediasi dalam banyak konteks baru. Mediatisasi maupun globalisasi bukanlah proses yang konsisten secara koersif, linear, atau teleologis seperti yang dikritisi Horkheimer dan Adorno mengenai pencerahan (Kriesi dkk, 2013). Proses ini bisa menjadi peluang sekaligus masalah bagi masyarakat global termasuk di Indonesia.

Apakah mediatisasi membawa konsekuensi positif atau negatif terhadap masyarakat terutama kalangan Gen Z Indonesia adalah pertanyaan empiris terbuka yang bergantung pada berbagai faktor termasuk pada variasi demokrasi Indonesia kontemporer. Yang jelas, Blumler dan Kavanagh (1999) menyatakan bahwa media kini bergerak ke pusat proses sosial, menyediakan forum bersama yang digunakan aktor-aktor termasuk Gen Z Indonesia dan institusi lain sebagai arena interaksi sehingga media mendominasi ruang publik. Alhasil, media di Indonesia kini membutuhkan kehadiran aktor terutama Gen Z untuk menghadirkan media di setiap institusi dari level terkecil di desa-desa di Indonesia hingga level terbesar dalam suatu negara atau komunitas internasional untuk menyuarakan kepentingan Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image