Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Demokrasi Tanpa Literasi: Risiko yang Mengintai Masa Depan Bangsa

Politik | 2025-07-03 20:49:44

Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Namun, demokrasi bukan sekedar rutinitas lima tahunan yang bernama pemilu. Demokrasi membutuhkan pondasi yang kuat, salah satunya adalah literasi. Bukan hanya literasi baca-tulis, tapi juga literasi politik, digital, etika, dan kebangsaan. Sayangnya, kemajuan teknologi dan melimpahnya informasi belum tentu diikuti dengan kedewasaan dalam berpikir. Inilah yang menjadi tantangan besar bagi masa depan demokrasi Indonesia.

Literasi: Jantung Sehatnya Demokrasi

Demokrasi yang sehat bukan hanya ditandai oleh tingginya angka partisipasi pemilih, tetapi oleh kualitas keputusan yang diambil oleh rakyatnya. Literasi politik, misalnya membuat masyarakat tidak mudah dibodohi oleh janji manis atau kampanye hitam. Literasi digital membuat masyarakat mampu memilah mana informasi valid dan hoaks. Sementara literasi etika menjaga agar perbedaan pilihan tidak berubah jadi permusuhan.

Tanpa literasi, demokrasi mudah dikendalikan oleh suara mayoritas yang tidak rasional. Masyarakat bisa jadi ramai bersuara, tapi hanya mengulang narasi yang disebar tanpa dikaji.

Tanda-Tanda Krisi: Demokrasi yang Disetir Buzzer dan Hoaks

Pemilu 2024 memperlihatkan dengan jelas bagaimana literasi masih menjadi pekerjaan rumah besar. Media sosial dibanjiri dengan informasi yang tidak tervalidasi. Banyak orang yang membagikan kabar yang belum tentu benar, sekadar sesuai dengan keyakinan politik mereka. Ruang publik yang seharusnya jadi tempat adu ide, berubah menjadi ajang serang-menyerang.

Ironisnya banyak mahasiswa dan pelajar yang justru ikut dalam arus tersebut. Padahal, generasi muda adalah harapan bangsa untuk menciptakan demokrasi yang lebih berkualitas.

Menjadi Warga Negara yang Melek Literasi

Menjadi warga negara bukan hanya soal identitas di KTP, tapi soal tanggung jawab. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan mahasiswa dan generasi muda untuk memperkuat literasi dan menjaga demokrasi:

1. Rajin membaca berita dari sumber terpercaya, bukan hanya dari media sosial.

2. Belajar berpikir kritis, bukan hanya menyetujui apa yang sudah sesuai dengan selera kita.

3. Diskusi sehat, bukan debat kusir yang berujung saling hina.

4. Gunakan hak pilih dengan sadar, bukan karena ikut-ikutan.

Penutup: Demokrasi Tak Akan Maju Jika Rakyatnya Malas Belajar

Demokrasi tanpa literasi adalah seperti kapal besar tanpa kompas. Ia bisa berjalan, tapi tidak tahu arah. Bahkan bisa tenggelam jika terus mengikuti angin tanpa kendali.

Indonesia butuh warga negara yang tidak hanya berani bersuara, tapi juga bijak dalam berbicara. Tidak hanya aktif di TPS, tapi juga aktif belajar, berpikir, dan bertindak. Disinilah peran kita semua sebagai mahasiswa, sebagai pemuda, dan sebagai warga negara, untuk menjaga agar demokrasi tidak menjadi ilusi, tapi menjadi kekuatan sejati dalam membangun bangsa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image