Membangun Budaya Amanah
Agama | 2025-07-02 12:04:07Budaya amanah tidak hadir secara instan dalam sebuah individu ataupun organisasi, melainkan melalui proses pendidikan, pembiasaan, dan penerapan nilai-nilai moral yang berkelanjutan. Pembangunan budaya amanah merupakan investasi jangka panjang untuk membentuk individu dan masyarakat yang berkarakter tanggung jawab, jujur, dan dapat dipercaya.
a. Pendidikan Amanah Sejak Dini
1) Kurikulum Karakter dalam Pendidikan Islam
Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islam merupakan salah satu cara paling efektif dalam membangun budaya amanah. Menurut Nurhadi (2024), dalam pendidikan Islam, kurikulum harus dirancang agar mampu menanamkan nilai kejujuran, tanggung jawab, keadilan, dan amanah sejak usia dini. Kurikulum ini tidak hanya mengajarkan aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik melalui contoh keteladanan guru dan lingkungan sekolah yang mendukung.
Pelajaran akhlak dalam madrasah atau sekolah Islam menjadi media penting untuk menyampaikan pentingnya amanah, baik dalam hubungan kepada Allah (hablum minallah) maupun hubungan sesama manusia (hablum minannas). Materi ini bahkan ditekankan dalam program ekstrakurikuler, kegiatan keagamaan, hingga penugasan harian yang melatih siswa bertanggung jawab atas tugas-tugas kecil.
2) Keluarga sebagai Madrasah Pertama
Dalam Islam, keluarga disebut sebagai madrasah pertama bagi anak. Sejak kecil, orang tua berkewajiban menanamkan nilai amanah dengan cara memberikan kepercayaan bertahap kepada anak, seperti menyimpan barang, menjalankan tugas rumah, serta menepati janji kecil (Ramadani; 2023). Keteladanan dari ayah dan ibu menjadi kunci utama dalam menanamkan nilai tanggung jawab.
Menurut Junaidi (2023), tanpa peran aktif keluarga dalam membentuk kepribadian anak, maka nilai amanah sulit berkembang secara utuh karena sekolah dan lingkungan sosial hanya menjadi pelengkap dari proses pembentukan karakter yang telah dimulai di rumah.
b. Penguatan Sistem Pengawasan
1) Internal Control dalam Organisasi
Dalam dunia organisasi, baik bisnis maupun lembaga sosial, sistem pengawasan internal sangat penting untuk menjaga budaya amanah di antara para anggotanya. Sistem ini meliputi pembuatan SOP (Standard Operating Procedure), pembagian tugas yang jelas, sistem audit berkala, dan pelaporan transparan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang (Junaidi; 2023). Pengawasan internal yang kuat menjadi pelindung utama terhadap potensi kecurangan.
Nurhadi (2024) menegaskan bahwa dalam organisasi bisnis syariah, penerapan good corporate governance (GCG) berbasis prinsip Islam sangat penting guna membentuk budaya kejujuran, keadilan, serta akuntabilitas.
2) Peran Masyarakat dan Media sebagai Kontrol Sosial
Selain pengawasan internal, kontrol sosial oleh masyarakat dan media massa juga berperan penting dalam menegakkan budaya amanah. Media berperan sebagai alat untuk mengawasi perilaku para pemimpin, pejabat publik, serta pelaku usaha agar tidak menyimpang dari nilai-nilai amanah yang diharapkan (Widina Bhakti Persada; 2023).
Ramadani (2023) menekankan bahwa masyarakat harus berani menegur atau melaporkan perilaku tidak amanah yang dilakukan oleh pejabat atau tokoh masyarakat agar budaya kebenaran dan keadilan tetap terjaga dalam kehidupan publik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
