Refleksi Muharram : Meraih Kembali Gelar 'Umat Terbaik'
Agama | 2025-07-01 08:31:47
Hari ini kita sudah memasuki tahun 1447 H. Awal tahun yang penuh dengan harapan, impian dan cita-cita. Awal tahun yang berisi jutaan do’a yang dilangitkan berharap pertolongan Allah segera datang. Awal tahun yang kita harapkan munculnya semangat baru perjuangan umat Islam. Awal tahun yang kita harapkan sudah ada perubahan.
Namun kita harus menerima kenyataan, bahwa ternyata, hari ini kita masih menangis, menyaksikan saudara-saudara kita di Palestina berlumuran darah. Tahun 1446 H telah berakhir, tapi penderitaan mereka belum juga berakhir. Ternyata, hari ini kita masih dipertontonkan pengkhianatan para penguasa muslim terhadap saudaranya sendiri. Ternyata, hari ini kita masih merasakan kedzaliman para penguasa yang tamak dan rakus mengambil hak-hak rakyat. Ternyata, hari ini kita masih melihat kerusakan moral yang terus menjamur di setiap lapisan masyarakat. Dan ternyata, hari ini kita masih terus dilanda ketakutan karena kriminalitas yang semakin merajalela.
Apakah kita tidak pernah bertanya, Apa penyebab semua ini belum berakhir? Apakah tidak pernah terbersit dalam pikiran kita, mengapa semua ini belum juga selesai? Cobalah sesekali berusaha mencari tau, apa sebenarnya solusi hakiki yang bisa menyelesaikan segala persoalan yang kita hadapi hari ini.
Peristiwa hijrah merupakan awal penanda dimulainya tahun hijriah. Peristiwa hijrah merupakan titik awal kemuliaan umat Islam. Marilah sejenak kita buka lembaran Sejarah, menyelami masa-masa terindah yang menceritakan momentum bersatunya umat Islam di bawah naungan Daulah Islamiyah. Masa ketika aturan Allah dijalankan dengan penuh ketaatan. Masa ketika masyarakat hidup dalam kesejahteraan, keamanan, ketenangan, kedamaian, keadilan dan penuh dengan nilai-nilai kebaikan. Apakah mereka muslim semua? Tidak, mereka pada masa itu adalah masyarakat yang heterogen, tapi suka diatur dengan aturan Islam yang penuh dengan keadilan. Pada masa itu Islam hadir ke seluruh penjuru dunia membawa rahmat bagi seluruh alam. Masa itu umat Islam menjadi teladan sebagai umat terbaik yang dicontoh oleh seluruh umat di dunia. Sungguh, ketika aturan Islam ditegakkan maka cahayanya akan menerangi seluruh jagat raya.
Namun sangat disayangkan sekali, karena hari ini, predikat ummat terbaik yang seharusnya melekat pada umat Islam tak lagi nampak dalam kehidupan kita. Bahkan banyak umat Islam yang malu mengakui dirinya sebagai seorang muslim. Mereka malu mengenakan identitas agamanya. Mereka rela “menjual dirinya” kepada budaya barat yang merusak martabat dan harga dirinya. Mereka tak mengenal agamanya, maka tak heran kalau mereka tak bangga menjadi bagian dari umat Islam. Sekiranya kita benar-benar mengenal dan memahami Islam secara Kaffah, yakinlah, kita akan rela melakukan apa pun demi tegaknya Islam di bumi Allah SWT. Sekalipun taruhannya adalah nyawa.
Hari ini umat Islam terpuruk dengan kondisi yang semakin memburuk. Umat Islam kehilangan kemuliaannya sebagai umat terbaik. Bagaimana tidak, Ketika Sang Pencipta pun sudah tak dianggap lagi kekuasaanNya, maka pastilah kesulitan akan selalu menyertai kehidupan kita. Allah sudah menegaskan dalam Al-Qur’an Surah Thaha ayat 20 :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ
Artinya: Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
Lihatlah kondisi kita hari ini, aturan sempurna yang sudah Allah tetapkan diganti dengan aturan buatan manusia yang penuh dengan kelemahan. Manusia yang kemampuannya sangat terbatas namun merasa hebat bisa membuat aturan untuk kesejahteraan manusia lainnya. Maka tak heran, kerusakan terjadi dimana-mana. Ketidakadilan, keserakahan, kejahatan, kerakusan bahkan sampai pertumpahan darah yang terus kita saksikan.
Tidakkah kita ingin mengembalikan gelar “umat terbaik” itu kembali ke pangkuan umat Islam? Pastinya kita punya keinginan yang menggebu-gebu di dalam dada. Namun, sadarkah kita, ternyata ini bukan hanya sekedar keinginan, tapi kewajiban yang Allah perintahkan dalam Al-Qur’an. Sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat Islam untuk menegakkan Islam di bumi Allah. Masih ingatkah kita dengan gelar Istimewa yang Allah berikan untuk golongan yang mau berkorban untuk amar ma’ruf nahi mungkar :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّه
Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah (Q.S. Al-Baqarah : 110).
Seharusnya, gelar “Ummat Terbaik” yang Allah sematkan ini menjadi motivasi terbesar kita untuk menjadi bagian dari golongan yang beramar ma’ruf nahi mungkar. Marilah bersama kita bersatu untuk menyadarkan umat, bahwa kemuliaan Islam hanya akan dapat diraih kembali dengan menegakkan aturan Allah secara Kaffah. Wallahua’lam bishowab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
