Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Superdi Hasan

Korupsi tak Selalu di Balik Meja: Ketika Kita Semua Jadi Pelaku

Politik | 2025-06-30 14:08:02
sumber : https://www.hukumonline.com/berita/a/cegah-korupsi-di-sektor-swasta-lewat-sebuah-buku-lt5c07e5fc37103/

Ketika mendengar kata korupsi, yang terlintas di benak banyak orang adalah pejabat tinggi yang menyalahgunakan anggaran negara, atau aparat yang menerima suap di balik meja kerja mereka. Korupsi identik dengan elit kekuasaan, seragam formal, dan berita utama media. Namun, jika kita membuka mata lebih lebar, korupsi bukan hanya soal angka miliaran rupiah atau mega proyek negara. Ia tumbuh dan berkembang dari kebiasaan kecil, dari cara masyarakat memaklumi keburukan, bahkan dari perilaku kita sehari-hari.


Korupsi tidak muncul tiba-tiba. Ia bertunas dari akar budaya permisif yang melanggengkan perilaku menyimpang. Ketika seorang siswa membayar untuk membeli jawaban ujian, atau seorang pengendara menyelipkan uang agar terhindar dari tilang, itu adalah bentuk perilaku koruptif. Ketika seorang pegawai sering datang terlambat tapi tetap menandatangani daftar hadir tepat waktu, atau ketika kita menyalahgunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi, itu pun bagian dari korupsi.


Perilaku-perilaku ini memang tidak sebesar korupsi politik, tetapi dampaknya sangat nyata. Ia menormalisasi ketidakjujuran dan menciptakan masyarakat yang permisif terhadap pelanggaran. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini menciptakan fondasi rapuh yang membuat bangsa sulit bergerak maju. Korupsi tidak akan bisa diberantas hanya dengan menangkap tikus besar di gedung pemerintahan. Ia harus dicegah sejak dalam pikiran dan tindakan sehari-hari.


Masalahnya, kita sering merasa bukan pelaku. Kita menunjuk ke atas, menyalahkan mereka yang duduk di kursi empuk, sambil tak sadar bahwa kita ikut menyumbang ruang bagi korupsi untuk hidup. Inilah yang disebut sebagai korupsi sosial: ketika perilaku menyimpang dianggap wajar karena “semua orang juga begitu”. Ketika kejujuran dianggap bodoh, dan kebohongan dilihat sebagai kecerdikan.


Pemberantasan korupsi sejatinya bukan hanya tugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau aparat penegak hukum. Ia adalah perjuangan kolektif untuk membangun integritas di setiap lapisan masyarakat. Mulai dari rumah, sekolah, kantor, hingga warung kopi. Pendidikan antikorupsi harus dimulai sejak dini, bukan sekadar lewat slogan, tapi lewat teladan nyata.


Kita butuh membongkar mitos bahwa korupsi hanya urusan orang besar. Kita semua punya tanggung jawab, karena kita semua bisa jadi pelaku atau sebaliknya, jadi bagian dari solusi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image