Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Evril levi Pasaribu

Meski Harga Anjlok, Petani Garoga Ini tak Menyerah demi Anaknya Tetap Sekolah

Bisnis | 2025-06-28 12:27:53

 

Sumber: petani garoga

Garoga, Tapanuli Utara – Pagi itu kabut masih turun tipis di hamparan ladang jagung di Desa Garoga. Di tengah dingin dan tanah basah, seorang pria paruh baya membungkuk, memeriksa satu per satu batang jagungnya. Namanya Pak Manulang (48), seorang petani lokal yang kini sedang diuji oleh jatuhnya harga pasar.

“Kalau saya berhenti nanam, siapa lagi? Ini satu-satunya yang saya bisa,” ujarnya sambil menghela napas panjang.

Harga Anjlok, Semangat Tak Luntur

Beberapa bulan terakhir, harga jagung di pasar regional mengalami penurunan tajam. Dari biasanya Rp5.000–Rp6.000 per kg, kini hanya dihargai sekitar Rp3.000. Biaya pupuk, transportasi, hingga ongkos panen sering tak tertutup.

“Dulu bisa bawa pulang sejuta lebih sekali panen. Sekarang setengahnya pun kadang nggak sampai,” katanya.

Namun, baginya, bukan soal untung atau rugi lagi. “Yang penting anak saya bisa terus sekolah. Itu cukup buat saya kuat bertahan,” lanjutnya. Anak bungsunya saat ini sedang duduk di bangku SMA dan bercita-cita menjadi guru.

Bertahan dengan Cara Tradisional

Di tengah gempuran teknologi dan perubahan iklim, Pak Manulang masih setia dengan cara-cara bertani lama. Ia enggan beralih ke pupuk kimia berlebihan, karena takut merusak tanah ladang warisan ayahnya.

“Tanah ini udah kayak keluarga. Saya rawat seperti rawat anak sendiri,” ujarnya sambil tersenyum.

Setiap hari, ia harus berjalan hampir satu jam dari rumah ke ladang. Tak jarang, ia pulang malam dengan badan penuh lumpur, tapi wajahnya tetap cerah.

Dukungan Masih Minim

Meski beberapa program pertanian dari pemerintah pernah menyentuh Garoga, namun menurutnya masih banyak hal yang perlu diperhatikan. “Harga pupuk naik terus, tapi harga jagung malah jatuh. Kami ini di bawah, kadang cuma bisa pasrah,” katanya.

Ia berharap ada perhatian lebih untuk petani-petani kecil seperti dirinya, terutama dalam hal kestabilan harga dan pendampingan teknologi.

---

Penutup:

Di tengah banyaknya tantangan, Pak Manulang tetap setia pada ladangnya. Baginya, setiap butir jagung yang tumbuh bukan sekadar penghasilan, tapi simbol harapan dan perjuangan seorang ayah demi masa depan anaknya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image