Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Odjie Samroji

Spirit Tahun Baru Hijriyah Hijrah Jangan Pura-Pura

Agama | 2025-06-27 11:38:55
Ilustrasi Pemuda Hijrah | Foto : pixabay.com

Akhir-akhir ini, kata "hijrah" makin sering terdengar. Di media sosial, banyak yang posting kata-kata motivasi, foto ikut kajian, dan penampilan yang lebih islami. Tapi, di balik semua itu, ada satu hal yang mulai muncul dan bikin hati agak nyesek: hijrah pura-pura. Iya, hijrah yang cuma sebatas tampilan luar, tapi hatinya belum benar-benar berubah. Hijrah yang lebih condong ke citra, bukan cinta kepada Allah.

Memang, perubahan luar itu penting, tapi nggak cukup. Karena hijrah sejati bukan sekadar pakai gamis atau celana cingkrang, bukan sekadar upload ayat Qur’an di story, tapi tentang niat dan arah hidup yang berubah. Kalau hijrah cuma jadi ajang biar dipuji, biar keliatan alim, atau biar dapet "engagement", berarti kita lagi menipu diri sendiri. Dan yang paling sedih: kita menganggap Allah bisa dibohongi.

Padahal Allah Maha Mengetahui isi hati. Dalam Qur’an ditegaskan, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim). Jadi, seberapa pun keren penampilan hijrah kita, kalau hatinya masih penuh riya’ (pamer), ujub (bangga diri), atau bahkan merasa lebih baik dari orang lain, itu belum benar-benar hijrah. Itu baru kostum, belum karakter.

Tapi di sisi lain, kita juga harus jaga diri biar nggak jadi hakim untuk hijrah orang lain. Kadang kita terlalu cepat menilai, “Ah, dia mah hijrah settingan, cuma buat gaya.” Padahal bisa jadi dia lagi berjuang. Bisa jadi dia emang masih setengah-setengah, tapi siapa tahu dari situ Allah bimbing dia jadi benar-benar istiqamah. Kita semua punya fase belajar. Dan nggak semua orang kuat langsung berubah total dalam semalam.

Hijrah pura-pura itu bahaya bukan karena orang lain bisa tertipu, tapi karena kita sendiri bisa tenggelam dalam kepalsuan. Kita jadi sibuk membangun citra, tapi lupa merawat jiwa. Kita jadi takut dibilang “nggak konsisten”, sampai akhirnya paksa diri buat tampil baik, padahal dalamnya kering. Hijrah bukan tekanan sosial, tapi panggilan spiritual. Kalau tujuannya cuma buat "diterima circle", kita bakal capek terus-terusan jaga topeng.

Dan, jangan salah, hijrah palsu itu juga bisa jadi candu. Kita merasa udah cukup baik karena dapat pujian, jadi lupa buat upgrade diri. Kita merasa aman karena ikut komunitas, jadi abai untuk introspeksi. Padahal, semakin tinggi posisi kita di mata orang, semakin besar tanggung jawabnya di hadapan Allah. Jadi, jangan sampai kita bangun istana pencitraan yang ujung-ujungnya runtuh karena nggak ada fondasi keikhlasan.

Kalau kamu pernah merasa lagi “pura-pura hijrah”, itu bukan akhir dari segalanya. Justru itu tanda Allah kasih kesadaran. Itu sinyal untuk mulai membenahi niat. Mungkin selama ini kita salah niat, tapi bukan berarti nggak bisa dibenarkan. Niat bisa diluruskan. Hati bisa dibersihkan. Dan perjalanan hijrah bisa dilanjutkan, asal kita mau jujur pada diri sendiri dan kembali ke Allah dengan rendah hati.

Jangan malu kalau hijrahmu belum sempurna. Jangan ragu kalau masih banyak kekurangan. Allah nggak butuh performa, Dia cuma ingin kejujuran. Yang penting kamu terus belajar, terus jalan, dan terus mau berubah. Hijrah itu bukan soal “terlihat baik”, tapi soal “menjadi lebih baik”. Dan proses menjadi lebih baik itu bukan buat manusia, tapi untuk mendekat ke Sang Pencipta.

Jadi, sebelum sibuk memperbaiki penampilan, ayo perbaiki tujuan. Sebelum ramai memposting hijrah, ayo pastikan itu benar-benar lahir dari hati. Karena hijrah yang tulus, walau tanpa sorotan kamera, lebih bernilai daripada hijrah yang viral tapi kosong makna. Allah itu nggak butuh konten kita. Dia cuma ingin kita benar-benar kembali.

Jangan sampai kita sibuk menunjukkan hijrah ke manusia, tapi lupa menunjukkan taubat kita ke Allah. Jangan sampai kita bangga dengan caption islami, tapi lupa mempraktikkannya di dunia nyata. Hijrah itu tentang menyucikan niat, bukan menumpuk likes dan komentar. Hijrah itu bukan buat pencitraan, tapi buat keselamatan.

Di akhirat nanti, yang Allah tanya bukan “seberapa banyak kamu disukai orang saat hijrah”, tapi “seberapa tulus kamu melangkah mendekat pada-Ku”. Maka mulai sekarang, ayo luruskan niat. Kalau kamu udah hijrah, jaga istiqamah. Kalau kamu baru mulai, jangan ragu. Dan kalau kamu pernah pura-pura, sekarang waktunya jujur. Hijrah itu bukan buat jadi sempurna, tapi buat terus memperbaiki diri bersama Allah yang Maha Menerima.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image