Hijrah, Pemuda, dan Transformasi Sosial
Eduaksi | 2025-06-26 21:35:02
Oleh: Muhammad Syafi'ie el-Bantanie, Founder dan CEO Insani Leadership
Mungkin telah berulang kali, bahkan puluhan kali kita memperingati tahun baru hijriah. Pertanyaan kritisnya adalah adakah peringatan tahun baru hijriah itu berdampak pada perubahan sosial? Terjadi transformasi sosial masyarakat menuju tatanan kehidupan yang lebih baik? Adakah peran strategis pemuda di sana? Jika tidak, berarti kita baru sebatas memperingati, namun belum menghayati makna tahun baru hijriah dan mengaplikasikan spiritnya.
Sejatinya, tahun baru hijriah itu sangat erat kaitannya dengan pemuda dan transformasi sosial. Peristiwa hijrah pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan awal terjadinya transformasi sosial masyarakat Yatsrib yang jahiliyah menjadi masyarakat Madinah Al-Munawarah yang penuh berkah. Bahkan, sampai pada tegaknya tatanan Daulah Islamiyah dalam semua aspek kehidupan; politik, hukum, ekonomi, Pendidikan, dan sosial budaya. Dan, pemuda memainkan peran strategis dalam prosesnya.
Inilah spirit dari memperingati tahun baru hijriah. Adanya kesungguhan dalam diri kita untuk menapaktilasi perjuangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang diberkahi Allah. Karena itu, mari kita telaah sejenak proses hijrah Rasulullah dan kaum muslimin untuk memetik pelajaran dan memotret bagaimana peran strategis dijalankan para pemuda.
Ternyata aktor dibalik pembukaan Madinah sebagai pusat dakwah Islam adalah para pemuda. Merekalah enam pemuda Yatsrib. Rasulullah menemui enam pemuda ini ketika musim haji di Mekah. Seperti biasa, Rasulullah memanfaatkan musim haji untuk berdakwah mengunjungi satu tenda ke tenda lain. Hingga sampailah ke tenda enam pemuda ini yang berasal dari Yatsrib. Terjadilah dialog antara Rasulullah dan enam pemuda ini.
Singkat cerita, enam pemuda ini tertarik dengan Islam dan mengikrarkan dua kalimat syahadat. Kemudian, enam pemuda ini bertekad, “Ya Rasulullah, tahun depan di tempat yang sama dan waktu yang sama, kami akan datang kembali kepadamu dengan pemuda yang lebih banyak dari sekarang.”
Satu tahun kemudian, enam pemuda ini menepati janjinya. Mereka datang dengan membawa tujuh pemuda lain untuk mengingkarkan dua kalimah syahadat. Saat itulah, terjadi Bai’at Aqabah I. Bayangkan betapa hebatnya peran pemuda dalam dakwah. Enam orang berhasil mengajak tujuh orang. Keberhasilannya seratus persen lebih. Mari kita telisik lebih dekat lagi.
Kemudian, 13 pemuda ini kembali ke Yatsrib dan melanjutkan dakwahnya. Untuk mengawal dan mempercepat proses dakwah di Yatsrib, Rasulullah mengutus Mus’ab bin Umair untuk menyertai 13 pemuda ini. Siapakah Mus’ab bin Umair? Ya, ia tak lain seorang pemuda. Setahun kemudian, 13 pemuda ini berhasil mengajak 75 orang untuk menemui Rasulullah pada musim haji dan terjadilah Bai’at Aqabah II. Cermati percepatannya, pada tahun pertama enam pemuda berhasil mendakwahi tujuh orang. Pada tahun kedua, 13 pemuda berhasil mendakwahi 75 orang. Berapa persen peningkatannya?
Namun, kiprah para pemuda ini belum usai. Mereka menyusun strategi dakwah bersama Mus’ab bin Umair. Mereka merancang pertemuan Mus’ab dengan para pemimpin suku di Madinah. Sampai akhirnya, Mus’ab bertemu dengan pemimpin besar Yatsrib, Sa’ad bin Mu’adz. Terjadi dialog dan diskusi antara Sa’ad bin Mu’adz dan Mus’ab bin Umair. Sekali lagi cermati bagaimana Mus’ab, seorang pemuda, mampu menaklukkan Sa’ad bin Mu’adz, seorang pemimpin besar Yatsrib? Seperti apa kualitas komunikasi dan diplomasi Mus’ab bin Umair?
Pada akhirnya, Sa’ad bin Mu’adz memperoleh hidayah dan masuk Islam. Masuk Islamnya Sa’ad diikuti oleh masuk Islamnya suku-suku di bawah pimpinan Sa’ad bin Mu’adz. Cermati bagaimana strategi dakwah para pemuda ini. Mereka tentu tidak punya kekuatan dan bukan pemegang kekuasaan untuk memaksa warga Yatsrib memeluk Islam. Tapi, saksamailah bagaimana para pemuda ini mengatur pertemuan dengan para pemimpin Yatsrib dan mempengaruhi mereka.
Dari sinilah peristiwa hijrah yang monumental itu bermula. Tonggak awal perjuangan dakwah Islam memasuki babak baru, fase Madinah. Ternyata ada peran besar para pemuda dibaliknya. Para pemuda didikan Rasulullah. Para pemuda hebat yang kokoh akidahnya dan teguh keimanannya. Hingga menjelang Rasulullah hijrah, nyaris setiap pintu rumah suku Aus dan Khazraj di Yatsrib telah memeluk Islam.
Kemudian, Rasulullah berhijrah didampingi Sayidina Abu Bakar dengan perjalanan yang penuh tantangan dan risiko. Setibanya di Madinah, Rasulullah mengambil kebijakan strategis; pertama, membangun masjid sebagai pusat aktifitas umat. Mulai ibadah, pendidikan, musyawarah, dan menyusun strategi perang dilakukan di masjid. Kedua, mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar sebagai solusi mengatasi masalah umat. Ketika sekelompok besar orang bermigrasi ke suatu wilayah tanpa membawa apa-apa, ini berpotensi menjadi masalah sosial. Di sinilah persaudaraan yang erat dan indah atas dasar agama antara Muhajirin dan Anshar mampu menjawab masalah sosial tersebut.
Ketiga, mengadakan perjanjian antara muslimin dan non muslim yang ada di Madinah, terutama Yahudi. Mereka diikat oleh kebersamaan sebagai warga Madinah yang berkewajiban mempertahankan Madinah dari serangan musuh. Keempat, Rasulullah membangun pasar untuk menyaingi pasar milik Yahudi. Pasar inilah sarana untuk membangun ekonomi umat. Pasar dengan konsep syariah ini kemudian mampu membuat Yahudi terpaksa menutup pasarnya.
Cermati betapa rapi dan terstrukturnya gerakan dakwah Rasulullah. Tahapan demi tahapan dirancang dan dikawal dengan baik, sehingga membuahkan hasil yang dahsyat. Hanya perlu waktu kurang lebih 10 tahun, Madinah dan sekitarnya telah mendapat hidayah Islam. Poin-poin ini yang mesti kita muhasabahi. Adakah kita telah melakukan poin-poin tersebut dengan pengembangannya untuk melakukan perbahan sosial ke arah yang lebih baik? Jika belum, mari kita bergerak bersama.
Tentukan visi ideal tatanan masyarakat yang ingin dicapai. Himpunlah agen perubahannya; leader dan supporter-nya. Lalu, bekerja bersama menyusun strategi perubahan sosial. Kemudian, memilih saluran-saluran perubahan yang tepat. Semoga tujuan perubahan, yakni mewujudkan tatanan kehidupan sosial yang diberkahi Allah dapat terealisasi. Dan, jangan lupa jadikan para pemuda berada di garda terdepan pada upaya transformasi sosial tersebut.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
