
Pentingnya Komunitas Sastra dan Tren dalam Pembentukan Jati Diri Generasi Z di Era Digital
Sastra | 2025-06-26 15:39:02Generasi Z lahir dari masyarakat yang memiliki adat dan tumbuh di era digital yang terselubungi oleh kemajuan teknologi dalam berbagai aspek krusial di kehidupan sehari-hari. Berbagai macam suku dan ras yang mendiami bumi pertiwi menjadi salah satu kunci kentalnya tradisi. Selain aspek interaksi yang bertradisi, komunikasi, konsumsi, hingga kreasi, juga berkaca pada inspirasi yang tersebar di berbagai wacana visual pada media daring. Semakin banyak pengguna internet yang mengunggah konten budaya, baik itu lokal maupun internasional, maka akan semakin banyak pula penonton yang mengetahuinya.
Otomatis, pengaruh yang diberikan dari era digital akan semakin muncul pada realitas kehidupan jika pengetahuan akan kebudayaan dari tontonan tersebut tersebar. Oleh karena itu, mencuatnya tren masa kini tidak serta merta terjadi begitu saja tanpa adanya kesinambungan antara aksi dan reaksi. Aksi manusia dalam menyambut era digital dan reaksi Generasi Z dalam menyemarakkannya.
Perkembangan teknologi dan media sosial mempercepat perubahan tren. Fakta ini menciptakan tantangan bagi Generasi Z dalam mempertahankan atau menyesuaikan diri dengan nilai-nilai positif yang terkandung pada budaya tradisional. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Binulingga, teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), memungkinkan terciptanya inovasi baru, mempercepat proses transformasi digital, serta meningkatkan efisiensi operasional di berbagai sektor industri.
Selain itu, teknologi ini memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital, membuka peluang kerja baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (Nasution et al, 2024). Temtunya pernyataan ini menjadi bukti relevan bahwa pengaruh tren bukanlah hal yang sebatas desas-desus belaka. Eksistensinya nyata dan memiliki kekuatan yang erat dengan kehidupan, terutama budaya yang mengakar pada Generasi Z di masa kini.
Begitupun dengan keberadaan komunitas sastra di era kini. Perbedaan cara pandang terhadap tren dan tradisi sering kali memunculkan konflik dengan generasi sebelumnya, mendorong Generasi Z untuk menemukan keseimbangan antara inovasi dan nilai-nilai lama. Setiap generasi memiliki persepsi tersendiri perihal gaya hidup dan cara pandang dunia sehingga berpotensi menyebabkan timbulnya gesekan pemahaman di antara mereka. Generasi terdahulu sebelum Generasi Z cenderung menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal karena belum ada sarana yang memudahkan mereka untuk mengakses budaya lainnya.
Sebaliknya, Generasi Z di era serba mudah yang secara langsung terpapar berbagai budaya plural menjadi lebih berpikiran terbuka dan bereksperimen dengan budaya-budaya tersebut. Proses inilah yang kemudian menuntun Generasi Z dalam membentuk identitas dari karakter. Mulai dari yang ingin mempertahankan budaya tradisional asalnya, merubah identitas awal menjadi yang sepenuhnya baru, atau mengkolaborasikan keduanya menjadi satu kesatuan yang dimiliki sebagai inovasi jati diri. Contohnya seperti pada dunia komunitas sastra, pagelaran teater dan pertunjukan kebudayaan lainnya semakin pudar seiring dengan berkembangnya zaman karena tergantikan oleh tontonan yang lebih instan dan murah untuk diakses seperti film dan video pendek di aplikasi ponsel.
Platform digital berfungsi sebagai ruang eksplorasi identitas, Generasi Z bisa memilih untuk mengikuti tren global atau sekaligus membangun komunitas yang mendukung nilai-nilai tradisional mereka. Pengaruh globalisasi melalui internet memberikan akses tak terbatas terhadap tren dunia, tetapi Generasi Z juga perlu berupaya mempertahankan elemen budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, tren baru seharusnya bukan hanya sekadar mengikuti kemajuan zaman, tetapi juga menjadi medium bagi Generasi Z untuk mengekspresikan diri dan membangun identitas yang unik. Alih-alih memilih salah satu, Generasi Z perlu berupaya menggabungkan tren dengan nilai-nilai tradisional untuk menciptakan identitas yang lebih otentik namun juga relevan dengan zaman. Persimpangan antara tren dan tradisi bukanlah pertentangan, melainkan peluang untuk membentuk identitas jati diri yang baru dan tetap berakar pada nilai-nilai penting seperti berbudi pekerti luhur dan saling bahu-membahu
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.