Hati-Hati, 7 Sifat Sombong yang Jarang Disadari!
Agama | 2025-06-24 09:04:14
Ngomongin soal sombong, siapa sih yang mau dibilang sombong? Tapi tanpa sadar, bisa jadi sifat ini ada dalam diri kita sehari-hari. Parahnya lagi, kesombongan itu bukan cuma bikin hubungan kita retak sama manusia, tapi juga bisa bikin jauh dari Allah SWT. Naudzubillah.
Rasulullah ﷺ sudah wanti-wanti soal ini:
"Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR. Muslim)
Artinya, kesombongan itu bukan hanya gaya hidup flexing atau ngomong tinggi-tinggi. Tapi lebih dalam, soal hati. Tentang bagaimana kita memandang diri sendiri versus orang lain.
Nah, biar kita sama-sama bisa introspeksi, yuk kenali 7 sifat sombong yang sering nggak kita sadari. Siapa tahu ada yang nyangkut di diri kita. Kalau ada, waktunya reminder buat benerin niat & sikap!
1. Hobi Pamer: Flexing Tanpa Henti
Pamer kekayaan, pencapaian, barang branded, jabatan, atau apa pun yang bikin orang lain “wow” — ini salah satu bentuk kesombongan paling nyata. Apalagi kalau niatnya biar dipuji atau bikin orang lain minder. Please deh, hidup nggak cuma soal “aku punya apa”, tapi aku bisa manfaatkan apa yang aku punya untuk kebaikan.
2. Selalu Merasa Paling Benar
“Pokoknya aku bener!”
Nah lho. Ini nih jebakan ego paling halus. Orang sombong biasanya susah banget nerima kritik, apalagi kalau yang ngasih nasihat lebih muda atau dianggap ‘nggak selevel’. Padahal, orang bijak justru makin haus ilmu dan terbuka sama masukan.
3. Suka Ngomongin Diri Sendiri
Pernah ketemu orang yang kalau ngobrol ujung-ujungnya balik lagi ke cerita dirinya sendiri? Ini juga salah satu tanda kesombongan. Semua topik serasa panggung buat diri sendiri. Hati-hati, hidup bukan soal aku-aku terus. Sesekali dengar cerita orang lain itu bikin kita lebih bijak dan nggak egois.
4. Haus Pujian
“Semua kegiatan ini bisa sukses karena aku, lho! masa nggak ada yang sadar sih?”
Kalau kita ngelakuin sesuatu cuma biar dipuji, itu bahaya. Orang sombong selalu cari cara biar disanjung, walaupun dengan cara merendahkan orang lain. Lebih baik, biasakan melakukan sesuatu karena ingin mendapat ridha Allah, bukan tepuk tangan manusia.
5. Sering Bersikap Semena-semena
Kesombongan biasanya berujung pada sikap semena-mena. Kenapa? Karena dia ngerasa lebih “baik” dari orang lain. Jadi gampang nyela, gampang nyindir, ngomong tanpa mikir perasaan orang lain. Padahal Rasulullah ﷺ tidak mengajarkan sifat seperti itu, justru beliau mengajarkan agar para umatnya menjadi insan yang rendah hati, lembut, tanpa memandang status sosial seseorang.
6. Meremehkan Orang Lain
“Ah, gitu doang mah aku juga bisa ”
Pernah nggak ngomong gitu? Hati-hati, meremehkan orang lain itu bukan tanda percaya diri, tapi tanda over proud sama diri sendiri. Setiap orang punya jalan dan proses masing-masing. Kita nggak pernah tahu, bisa jadi orang yang kita remehkan justru lebih dicintai Allah.
7. Gak Suka Dinasihatin
Ini nih, red flag banget. Orang sombong cenderung alergi sama nasihat. Rasanya kayak diserang harga diri. Padahal, nasihat itu salah satu bentuk kasih sayang. Kalau mau hidup penuh keberkahan, biasakan lapang dada ketika ada yang menegur dengan cara baik.
Allah SWT berfirman:
“Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
So, mulai sekarang yuk bareng-bareng kita jadi muslim yang tetap santu dan rendah hati, jadi pribadi yang menyenangkan tanpa harus tinggi hati. Ingat, semakin tinggi ilmunya, semakin rendah hatinya. Semakin banyak harta, semakin banyak manfaat yang bisa dibagi. Karena Allah nggak pernah suka sama kesombongan, sekecil apa pun bentuknya.
Semoga kita semua bisa jadi pribadi yang down to earth tapi high to Allah. Aamiin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
