Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suriadi

Menakar Posisi Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global

Kabar | 2025-06-16 12:42:35
Gambar : Malioboro tak hanya menjadi destinasi wisata favorit, tapi juga denyut nadi perekonomian Yogyakarta yang digerakkan oleh sektor perdagangan, kuliner, dan industri kreatif. Sumber: Koleksi Pribadi

Indonesia saat ini berada di persimpangan penting dalam perjalanan ekonominya. Di satu sisi, ketahanan domestik menunjukkan sinyal positif. Namun di sisi lain, tekanan global semakin nyata dari gejolak geopolitik, perlambatan perdagangan dunia, hingga ketidakpastian pasar keuangan. Di tengah situasi ini, Indonesia berupaya menjaga momentum pertumbuhan agar tetap stabil dan inklusif.

Pilar Utama: Konsumsi Domestik dan Kebijakan Terukur

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diproyeksikan tetap di kisaran 5 persen. Angka ini cukup solid dibandingkan banyak negara lain yang tengah mengalami perlambatan ekonomi. Salah satu pendorong utama pertumbuhan tersebut adalah konsumsi domestik yang kuat. Tingginya belanja masyarakat, terutama dari kelompok kelas menengah, menjadi bantalan penting bagi ketahanan ekonomi nasional.

Pemerintah pun menjaga kehati-hatian dalam kebijakan fiskal dan moneter. Inflasi terkendali di angka 2,5 – 3 persen, sementara nilai tukar rupiah tetap dijaga stabil oleh langkah intervensi Bank Indonesia. Belanja negara juga diarahkan untuk mendukung kelompok rentan, dengan program seperti bantuan pangan, subsidi transportasi, serta insentif usaha mikro. Langkah-langkah ini menggambarkan kebijakan yang tidak hanya bersifat teknokratis, tetapi juga mempertimbangkan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat bawah, hal yang sejalan dengan semangat ekonomi kerakyatan.

Hilirisasi dan Transformasi Ekonomi

Sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah mendorong hilirisasi industri sebagai strategi utama transformasi ekonomi. Sektor nikel menjadi ikon utama, di mana Indonesia kini menguasai lebih dari 60 persen produksi nikel olahan global. Ini menjadi langkah penting untuk masuk ke rantai pasok global industri baterai kendaraan listrik. Namun, hilirisasi bukan tanpa tantangan, masih ada persoalan lingkungan, keselamatan kerja, serta ketimpangan distribusi nilai tambah antara pusat dan daerah. Oleh karena itu, ke depan, hilirisasi perlu didampingi dengan penguatan tata kelola, perlindungan lingkungan, serta pemerataan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Selain nikel, sektor strategis lain seperti pangan, energi baru terbarukan, dan digitalisasi juga mulai mendapat perhatian. Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pun diarahkan sebagai simbol transformasi ekonomi baru yang berkelanjutan, cerdas, dan inklusif.

Tantangan Eksternal: Gejolak Dunia yang Tak Pasti

Di luar negeri, situasi ekonomi global tengah berada dalam masa penuh ketidakpastian. Ketegangan geopolitik antara negara-negara besar berdampak pada rantai pasok dunia dan mempersempit ruang ekspor bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Perlambatan ekonomi Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia, turut memengaruhi permintaan terhadap komoditas seperti batu bara, CPO, dan logam dasar. Dari sisi keuangan, arus modal global cenderung lebih berhati-hati. Hal ini memengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah dan pasar saham nasional. Beberapa keputusan politik di dalam negeri, seperti arah baru Dana Abadi Nasional (Danantara) dan komposisi kabinet Pemerintahan, juga menjadi perhatian pelaku pasar.

Dalam konteks ini, menjaga kepercayaan investor sangat penting. Keterbukaan, kepastian hukum, dan stabilitas kebijakan menjadi kunci dalam menarik investasi jangka panjang, khususnya di sektor-sektor bernilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor.

Langkah Strategis Pemerintah

Pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk menjaga stabilitas. Salah satunya adalah stimulus fiskal senilai Rp 24 triliun pada kuartal II 2025 yang mencakup bantuan langsung, subsidi transportasi, dan insentif usaha. Tujuannya adalah menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan konsumsi.

Indonesia juga sedang menjajaki perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa (IEU-CEPA) yang ditargetkan rampung pada 2026. Jika berhasil, perjanjian ini dapat membuka akses pasar baru bagi produk Indonesia serta mempercepat investasi di bidang energi bersih, digital, dan manufaktur berkelanjutan.

Sementara itu, Bank Indonesia tetap menjaga stabilitas moneter dengan kebijakan suku bunga yang hati-hati. Di tengah tekanan nilai tukar, kebijakan moneter perlu seimbang antara mendukung pertumbuhan dan menjaga stabilitas harga.

Optimis, Tetapi Waspada

Melihat seluruh dinamika tersebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 tetap berada di kisaran 4,8 – 5,1 persen. Ini merupakan angka yang sehat, namun tetap memerlukan kewaspadaan tinggi. Indonesia perlu terus memperkuat daya saing ekspor, meningkatkan efisiensi birokrasi, dan mempercepat reformasi struktural, khususnya di sektor tenaga kerja dan pendidikan.

Lebih dari itu, penting untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya terfokus pada angka, tetapi juga menyentuh kualitas hidup masyarakat. Pengentasan kemiskinan, pemerataan pembangunan, dan keberlanjutan lingkungan harus tetap menjadi bagian dari arah pembangunan nasional.

Ekonomi Indonesia saat ini berada dalam posisi yang relatif tangguh, namun tetap menghadapi risiko dari ketidakpastian global. Dengan penguatan konsumsi domestik, hilirisasi industri yang berkelanjutan, dan kebijakan fiskal-moneter yang terukur, Indonesia memiliki peluang untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga melompat lebih tinggi dalam dekade mendatang.

Namun, keberhasilan itu akan sangat bergantung pada konsistensi arah kebijakan dan kemampuan pemerintah serta seluruh elemen bangsa untuk bersinergi, menjaga stabilitas, dan memastikan bahwa setiap kebijakan pembangunan benar-benar berpihak kepada rakyat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image