
Belajar Menerima Diri
Sastra | 2025-06-16 12:06:36
Judul: Seni Memahami dan Menerima Diri
Penulis: Aba Mehmed Agha
Penerbit: Checklist
Tahun Terbit: September 2021
Jumlah Halaman: 166
ISBN: 9786237661542
Pada era sekarang, banyak dari kita terutama anak muda yang tanpa sadar hidup dalam tekanan serta ekspetasi orang sekitar. Tuntuan untuk selalu menjadi sempurna di mata orang lain. Banyak individu yang merasa asing bahkan tidak dapat mengenali dirinya sendiri. Buku ini hadir sebagai ruang refleksi yang hangat serta mengajak pembaca untuk dapat mengenal siapa diri kita sebenarnya.
Buku Seni Memahami dan Menerima Diri karya Aba Mehmed Agha mengajak pembaca untuk mengenal, memahami, dan menerima diri secara utuh. Buku ini membahas aspek tentang pentingnya menerima diri hingga memperlihatkan cara menerima diri sendiri. Buku ini membantu pembaca melepaskan tekanan sosial, harapan yang tidak jelas, dan kritik diri yang berlebihan, tidak memberi nasihat yang menggurui, tapi justru mengajak kita duduk sejenak dan melihat ke dalam diri dengan lebih jujur. Melalui bahasa yang sederhana namun penuh makna, penulis menyampaikan bahwa memahami dan menerima diri adalah langkah awal menuju kehidupan yang lebih damai. Kita diajak mengenali luka-luka lama, menyadari beban yang kita pikul, dan perlahan belajar memaafkan diri sendiri.
Buku ini akan sangat relevan untuk di baca. Banyak dari kita yang tidak dapat memahami diri kita sendiri, maka dari itu buku ini sangat cocok dibaca untuk orang yang kehilangan arah, tidak bisa menemukan jati dirinya sendiri, dan tidak menemukan kejelasan yang terdapat pada dirinya sendiri.
Kita sebagai manusia dilahirkan tidak langsung mengerti segala sesuatu. Bahkan tentang dirinya sendiri tidak mengerti rasa, kehendak, dan ekstitensi diri. Oleh karena itu buku ini menjabarkan tentang langkah-langkah memahami diri sendiri. Memahami diri sendiri itu penting karena kita sebagai pelaku utama kehidupan di dunia ini. Tanpa memahami diri dengan baik, manusia cenderung terjebak dalam perasaan tidak puas, membandingkan diri dengan orang lain, dan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan yang tepat. Penulis menjelaskan bahwa terdapat hambatan dalam memahami dan menerima diri. Hambatan bisa berupa rasa rendah diri, kritik batin yang terlalu keras, lupa bersyukur da terlalu fokus ke masalah sendiri, keinginan menjadi sempurna, tekanan masyarakat, dan ekspetasi keluarga. Membandingkan diri dengan orang lain adalah jebakan umum. Kita sering merasa tidak cukup karena melihat pencapaian orang lain, padahal setiap oran memiliki jalannya masing-masing.
Sifat dasar manusia terdapat dua, sifat baik dan sifat buruk. Namun, secara umum sifat buruk lebih dominan. Sifat buruk kita dalam diri kita dipengaruhi oleh nafsu jahat yang kemudian menciptakan perilaku yang merusak dan zalim. Terdapat beberapa sifat dasar manusia yang ditulis penulis yaitu sifat lalai, lemah, berkeluh kesah, sombong, zalim atau berbuat aniaya terhadap orang lain, dan tidak akan pernah merasa puas. Terdapat ciri orang yang tuntas dengan cara memahami diri sendiri yaitu selalu mensyukuri apa yang tuhan berikan, tidak pernah berhenti belajar, berbagi dengan sesama, tidak malu untuk memulai hal kecil dan remeh, pandai memanfaatkan waktu, mampu menepis rasa takut, tahan banting, selalu berfikir positif, bersifat terbuka bukan dalam artia larut dalam arus zaman mealinkan dapat memilih yang terbaik, dan menjadi pribadi yang bijaksana.
Cara menerima diri sendiri dapat dimulai dengan adanya keinginan diri untuk berubah dan menerima diri sendiri apa adanya, mengharagi diri sendiri, menyadari dan menerima sisi gelap diri sendiri, menasehati diri sendiri, mengubah pandangan,, merasakan emosi dalam diri tidak perlu di tekan, mengingat aspek positif diri, memaafkan diri sendiri, menasehati diri sendiri, serta selektif berteman.
Untuk memahami diri, penulis mempunyai langkah-langkah tersendiri seperti, mengetahui keinginan diri sendiri, menyadari emosi dan reaksi dalam berbagai sistuasi, mengenali apa yang membuat diri kita bahagia, memperhatikan saat kita berkuasa, mengenal pola pikir dan keyakinan pribadi, memperhatikan kebiasaan diri, memperhatikan Ketika berinteraksi dengan diri sendiri, mendengar penilaian diri dari orang lain, merefleksikan pengalaman masa lalu, berbicara dengan diri sendiri. Langkah-langkah tersebut membutuhkan keberanian, dibutuhkan pengalaman langsung dan kepekaan terhadap kehidupan sehari-hari. Setelah memahami diri, langkah selanjutnya yaitu menerima diri. Menerima diri bukan berarti berhenti berkembang, tapi menerima kenyataan bahwa kita adalah manusia yang tak sempurna. Menerima diri berarti mengakui kelebihan dan kekurangan dengan lapang dada. Penulis mengajak pembaca untuk melepaskan standar-standar yang tidak masuk akal. Banyak orang menderita karena ingin selalu tampak kaut, cerdas, atau sukses di mata orang lain.
Salah satu bagian penting dari isi buku ini adalah ajakan untuk mempraktikkan self compassion atau belas kasih terhadap diri. Sering kali manusia terlalu keras pada diri sendiri, menyalahkan diri terus-menerus atas kesalahan yang diperbuat atau merasa tidak pantas dicintai karena merasa terdapat kekurangan. Penulis menekankan bahwa kita perlu memperlakukan diri seperti memperlakukan orang tersayang yaitu dengan kelembutan, pengertian, dan dukungan. Saat jatuh bukan memaki tapi menenangkan dan itu kita berikan pada diri kita sendiri.
Buku ini adalah panduan bijak dan lembut untuk siapa saja yang merasa belum bisa memahami dan menerima diri sendiri. Aba Mehmed Agha menyampaikan pesan-pesan mendalam dengan bahasa yang sederhana yang menyentuh. Melalui bahasa yang ringan namun penuh makna, Aba Mehmed Agha mengingatkan bahsa ketenangan dan kebahagiaan sejati bukan berasal dari luar, tetapi dari dalam diri kita sendiri. Mulailah memahami diri sendiri untuk menjadi lebih damai dan sehat secara emosional dan bermakna.
Setelah membaca buku ini mungkin kita bisa lebih mengintai serta memperhatikan setiap gerak gerik yang kita lakukan. Timbul dorongan untuk refleksi diri, merenung tentang masa lalu hingga cara memandang diri sendiri. Lalu menjadi lega dan tenang dalam menjadi kehidupan sehari-hari. Buku ini juga membantu menumbuhkan keberanian dalam diri pembaca untuk merangkul ketidaksempurnaan.
Kelebihan ydang terdapat dalam buku ini yaitu memiliki gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami, meskipun membahas topik yang dalam namun penulis mampu menyampaikan dengan ringan. Buku ini juga relevan karena membahas isu-isu seperti ekspetasi sosial, kecemasan, tekanan hidup yang dikupas dengan jujur dan relevan.
Setiap kelebihan pasti mempunyai kekurangan. Kekurangan dari buku ini yaitu sering kali menemukan pembahasan yang di sampaikan mengulang ide atau pesan yang mirip. Hal ini dapat membuat pembaca bosan. Buku ini juga tidak memiliki struktur yang jelas, mungkin pembaca akan merasa buku yang bab nya melompat-lompat.
Secara keseluruhan, buku ini adalah bacaan yang tepat ketika seseorang merasa tidak mengenali dirinya. Dengan gaya bahasa yang ringan namun penuh makna, buku ini berhasil menympaikan pesan penting bahwa kita harus memahami diri kita sendiri. Bagi siapa pun yang sedang ingin mengenal dan berdamai dengan diri, buku ini bisa menjadi langkah awal yang tepat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.