Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Prime Comm Public Relations

SCB International Consulting menjadi Pioneer Konsultan Budaya Organisasi di Indonesia

Bisnis | Monday, 07 Mar 2022, 14:13 WIB
CEO & Founder SCB International Consulting, Agung Solihin saat memberikan materi pelatihan kepada berbagai organisasi, lembaga, dan perusahaan yang sampai saat ini sudah lebih dari 10 ribu orang telah mengikuti training nya dan SCB Consulting menjadi Pioneer konsultan budaya organisasi di Indonesia.

Mendengar kata “Budaya” mungkin sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang, terutama jika berkaitan dengan adat istiadat dan aturan tertulis maupun tidak tertulis yang terus dikembangkan dari waktu ke waktu dan dianggap valid. Namun ketika berbicara mengenai “Budaya Organisasi” mungkin menjadi sebuah hal yang belum tentu dipahami oleh banyak orang, dan tidak semua organisasi memikirkan secara fokus dan serius untuk membangun budaya didalam organisasinya, padahal para ahli manajemen berpendapat bahwa budaya merupakan identitas organisasi dan bisa disebut sebagai salah satu "competitive advantage" suatu organisasi.

Sebagian besar perusahaan mungkin akan selalu menganggarkan biaya untuk meningkatkan kemampuan SDM yang mereka miliki, namun demikian performa dari masing-masing SDM yang meningkat setelah mengikuti pelatihan kadangkala tidak juga memberikan dampak yang maksimal secara berkelanjutan. “Karena ketika mereka kembali ke tempatnya bekerja, seringkali budaya yang telah berkembang didalam perusahaan tersebut malah membuatnya kembali pada kebiasaan lamanya, yang awalnya ia semangat, namun lingkungan sekitarnya masih tidak berubah, akhirnya ia kembali pada performa biasanya,”. Demikian diungkapkan CEO & Founder SCB International Consulting, Agung Solihin di Jakarta, Selasa (08/03/2022).

Pemilik sertifikasi International Organizational Culture Consultant dari salah satu lembaga konsultan ternama di Michigan, Amerika dan gelar doktor di bidang sumber daya manusia ini juga menyebutkan bahwa dalam sebuah organisasi yang harus disiapkan sejak awal itu adalah arenanya, ia mencontohkan seperti dalam ibadah Haji, semua orang dari latar belakang berbeda namun bisa membuat mereka melakukan hal yang sama, karena ada arena wukufnya, ada arena tawafnya, ada arena sa’inya.

“Begitupun dalam organisasi, ketika sudah ada arenanya, dalam hal ini adalah budaya yang kuat didalam organisasi tersebut, seluruh personel organisasi akan mengikuti budaya tersebut, sehingga siapapun yang nantinya terlibat di organisasi tersebut, otomatis akan mengikuti budaya yang sudah terbentuk tersebut,” pungkas Agung yang juga memiliki sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan Master Practitioner & Trainer NNLP International tersebut.

Oleh karena melihat pentingnya pembangunan budaya organisasi, setelah sempat 10 tahun menjadi trainer, pada 2014 akhirnya Agung Solihin memutuskan untuk menjadi Konsultan Budaya Organisasi, dimana ia fokus untuk dapat memberikan solusi dan memberikan dampak dalam perubahan lingkungan atau organisasi secara berkelanjutan. Lalu ia pun mendirikan SCB International Consulting sebagai lembaga konsultan budaya organisasi yang fokusnya membantu organisasi dalam membangun budaya organisasi, budaya kerja dan budaya pelayanan.

Sebagai pioner dalam pelatihan budaya organisasi di Indonesia, hingga kini sudah lebih dari 10 ribu orang yang telah merasakan pelatihan ini dari berbagai organisasi, lembaga, dan perusahaan.

“Salah satu keuntungan terbesar dalam budaya organisasi yang kuat adalah meningkatnya kinerja dan kesejahteraan karyawan, seluruh komponan organisasi akan berkumpul dengan tujuan yang sama, dan akan menjadi kekuatan untuk membuat seluruh pihak merasa apa yang mereka lakukan itu bermakna,” tutup Agung.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image