Palestina dan Matinya Kemanusiaan Dunia
Agama | 2025-06-10 05:55:04
Derita Palestina tak kunjung usai. Mereka yang berusaha mempertahankan tanahnya dibuat kelaparan. Bom terus diterjunkan ke rakyat sipil yang membuat ribuan nyawa melayang. Tidak hanya lelaki dewasa, namun wanita dan anak-anak menjadi korban terbesarnya. Mereka dibunuhi di hadapan mata yang tersebar di dunia ini.
Israel secara terang-terangan bahkan menganggap anak Gaza berbahaya dan wajar jika harus dihilangkan nyawanya. Mereka angkuh dan kejam. Mereka menjadikan kelaparan sebagai senjata perang. Tak terbayang begitu besar penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina. Bahkan di hari idul adha, Israel terus memborbardir Gaza.
Ironi, negeri-negeri Arab yang bertetanggaan dengan Palestina masih tak punya nyali untuk membuka blokade Israel laknatullah. Kaum muslimin yang jumlahnya milyaran di dunia tak mampu lakukan apapun untuk melawan Israel yang jumlahnya tak seberapa. Dunia yang berkampanye akan kedamaian dan kemanusiaan seakan mati tak bergeming di hadapan Israel.
Israel memang tidak sendiri. Sekutu dekatnya, Amerika, terus saja membelanya dengan sepenuh hati. Penguasaan Palestina bukan hanya keinginan Israel namun juga untuk kepentingan Amerika dan sekutunya. Berbagai pelanggaran HAM pun tak dihiraukan asalkan Palestina berada di bawah kekuasaan mereka. Kemanusiaan mati untuk kepentingan para kapitalis yang hanya mengukur segala sesuatunya dari keuntungan.
Pemimpin kaum muslimin pun tak bergeming karena takut kepentingan mereka diusik oleh sekutu mesra Israel. Ancaman Amerika kepada pihak yang melawan membuat ruh Islam mereka gentar. Mereka ragu untuk melawan Israel dengan jihad dan sekedar memberi kecaman dan ancaman yang tak akan didengarkan oleh Netanyahu dan pemimpin Israel lainnya.
Padahal sejatinya kaum muslimin adalah satu tubuh. Kaum muslimin harus merasakan hal yang dengan yang dirasakan saudaranya. Saling tolong menolong dan tidak boleh tinggal diam melihat penderitaan saudaranya. Bagaimana kita nanti akan mempertanggungjawabkan hal ini di hadapan Allah SWT?
Bahkan Greta Thunberg dan kawan-kawannya lebih bernyali berlayar mengirim bantuan ke Gaza dengan resiko besar di hadapannya. Hal ini karena negara ala kapitalis tak akan mampu bergerak karena pertimbangan kepentingan. Greta dan kawan-kawannya pun saat ini ditangkap dan belum pasti nasibnya. Rakyat Palestina terus mendapat serangan dari Israel dan dunia hanya terdiam. Omong kosong perdamaian, kemanusiaan, hak asasi ala kepitalis demokrasi. Semua hanya omong kosong saat muslim yang menjadi korban. Semua hanya omong kosong saat kepentingan menjadi tujuan kehidupan.
Buka mata buka hati. Apa yang dilakukan oleh Israel menjadi bukti bahwa kita memerlukan kekuatan besar untuk menyelamatkan Palestina. Kaum muslimin harus bersatu dalam naungan Khilafah agar memiliki kekuatan besar melawan penjajah. Kaum muslimin harus bersatu dengan ikatan akidah, menegakkan kalimatullah dan melakukan aktivitasnya jihad untuk mengusir Israel dan sekutunya dari tanah Palestina. Sekat nasionalisme harus dihapuskan agar kaum muslimin punya kekuatan besar dan berdaulat penuh. Bayangkan sekitar 50 negeri muslim menjadi satu, akan memberikan kekuatan besar yang pasti mampu melawan Israel dan sekutunya.
Dengan kekuatan sumber daya alam dan manusia yang begitu besar yang dianugerahkan Allah kepada kita, pasti kaum muslimin mampu mengusir Israel dan berdaulat di dunia. Ini akan terwujud jikalau akidah yang menjadi pengikat seluruh kaum muslimin dan khilafah menjadi naungan bagi umat muslim. Seperti halnya yang dicontohkan oleh Rasulullah dan dilanjutkan Khalifah setelahnya. Islam menjadi satu tubuh, satu akidah, satu daulah dibawah naungan Khilafah. Daulah Islam menjadi mercusuar peradaban dan disegani di seluruh alam.
WaAllahu'alam
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
