Bahaya AI Bisa Meniru, Tapi Bahasa Tak Bisa Berbohong
Edukasi | 2025-06-08 20:04:23Tahukah kamu, ternyata linguistik forensik itu bukan tentang membaca kepribadian orang lewat tulisan. Banyak yang salah paham soal ini, padahal fungsinya jauh lebih teknis dan penting di ranah hukum dan penyelidikan. Misalnya, ahli linguistik forensik bisa menganalisis pola bahasa dalam pesan ancaman, surat anonim, atau rekaman suara untuk mencari siapa pelakunya, tapi bukan untuk menebak “orang ini ekstrovert atau introvert,” ya!
Nah, sekarang bayangkan di zaman AI seperti sekarang, suara dan video bisa ditiru dengan sangat meyakinkan. AI bisa meniru logat Jawa, gaya bicara, bahkan nada emosi. Serem nggak sih, kalau kamu dengar rekaman suara seseorang tapi ternyata itu cuma buatan mesin?
Tenang, meski AI sudah sejago itu, bahasa tetap punya sidik jari yang nggak bisa disembunyikan. Para ahli bahasa (terutama fonetik forensik) bisa menganalisis suara dari segi intonasi, ritme, jeda bicara, dan pola kebahasaan yang khas dari tiap individu. AI mungkin bisa meniru satu-dua aspek, tapi belum bisa sepenuhnya menyamai semua jejak linguistik itu.
Contohnya, dalam kasus penipuan lewat telepon, meskipun suara para penipu terdengar mirip atau seragam, ahli bisa mendeteksi detail-detail kecil yang menunjukkan perbedaan. Bahkan dengan teknologi seperti spectrogram, gelombang suara bisa dibandingkan dengan data suara asli.
Memang tantangan makin besar dengan teknologi deepfake dan voice cloning, tapi justru ini memperkuat argumen bahwa linguistik forensik penting banget. Sayangnya, di Indonesia, profesi ini masih belum banyak dikenal atau dimanfaatkan secara maksimal. Padahal perannya besar banget dalam menjaga keadilan di era digital. Jadi, ya AI bisa meniru, tapi bahasa... tetap tidak bisa berbohong.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
