Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andri Mastiyanto

Rumah Gubenur Jendral Belanda di Batavia, Seperti Apa Isinya ?

Wisata | 2022-03-06 18:44:11
Traveler Pecinta Sejarah PSBB Mengunjungi Rumah Gubenur Jendral Belanda di Batavia I Sumber Foto : Rahman Hanif

Berdiri di depan Gedung Museum Arsip Nasional, minggu, 6 Maret 2022 membuat daku (saya) seperti menggunakan mesin waktu kembali ke abad 18.

Pandangan daku terpampang ke komplek bangunan tua, dimana rumah induk bergaya tertutup (closed Dutch style) yang diapit dua bangunan yang ukurannya lebih kecil.

Didepan gedung utama terdaapat kolam kecil yang terlihat mirip dengan model kolam di Istana Versailles, Perancis. Bila ditilik bangunan bergaya Eropa ini tidak memiliki serambi yang terbilang tidak lazim, dimana Batavia berada di daerah tropis.

Bangunan utama terdiri dari 2 lantai dan 1 loteng l Sumber Foto : Koernia (Traveler Sejarah PSBB)

Bangunan utama sepertinya tempat tinggal crazy rich Batavia yang terdiri dua lantai dan 1 loteng, berlangit-langit tinggi, serta memiliki tujuh jendela besar di lantai dua dan masing-masing tiga jendela di kiri-kanan pintu masuk utama (depan). Terlihat sekali desain bangunan ini untuk mengurangi panas dan kelembaban Batavia agar didalam ruangan lebih terasa sejuk.

Lantainya menggunakan marmer (sepertinya hasil renovasi) dan pintu-pintu terbuat dari kayu besar, dimana bagian atasnya diberi lubang angin (roaster) berukiran yang melambangkan iman dan harapan, serta ukiran berbentuk wanita memegang jangkar yang diatasnya terdapat ukiran mahkota serta disekeliling nya ukiran tanaman dan bunga laut yang merujuk pada 3 G (Gospel Gold, dan Glory).

Gaya arsitektur renaissance begitu lekat di Museum Arsip Nasional I Sumber Foto : dokpri

Desain bangunan kuno ini tampak terlihat gagah dengan detail hiasannya sangat menarik, bergaya renaissance, barok (baroque), dan roccoco.

Lantai pertama memiliki 1 akses pintu utama yg dipenuhi ukiran, 2 akses menuju paviliun, dan 1 pintu menuju taman, serta di ruangan sisi kiri pintu masuk utama terdapat tangga menuju ke lantai dua.

bangunan utama dari tampak belakang I Ade Dewijanti
Bangunan dibelakang bangunan utama Meseum ANRI I sumber foto : dokpri

Di sisi kiri dan kanan bangunan utama terdapat paviliun untuk tamu, sedangkan di bagian belakang ada bangunan tambahan berlantai dua sepertinya dahulu digunakan untuk kantor, dapur, kamar pembantu serta gudang.

Hayalan daku, barang-barang yang ada di gudang nantinya diangkut melalui kali Krukut di bagian belakang pekarangan. Dahulu bangunan sejarah ini amat luas, bahkan luasnya dari lokasi bangunan ini berada saat ini, batas belakang kali Krukut, sebelah kanan jalan kejayaan. Saat ini luas komplek Museum ANRI hanya 57 m x 164 m saja.

Bangunan rumah mewah ini menghadap ke sungai yang kanan kirinya terdapat jalan yang lebar. Daku membayangkan ke masa lalu bagaikan gambaran Amsterdam, seperti film yang daku tonton 'Merindu Cahaya The Amstel' yang baru tayang awal tahun ini.

Lukisan Museum Arsip Nasional (ANRI) I Sumber Foto : The Heritage Opera

Ketika daku berdiri di depan Museum Arsip Nasional Indonesia (ANRI), daku terbayang gambaran itu. Dimana Jl.Gajah Mada masih asri dengan berbagai sampan dan perahu hilir mudik di parit.

Aroma eropa era kolonial tercium dan terbayang di hayalan ku, dimana nona-nona Belanda berjalan di samping parit sambil membawa payung dan bergaun serba mewah dengan rok bertingkat-tingkat seperti kurungan ayam.

Sementara, di bawah keteduhan pohon kenari yang berjejer rapi di sepanjang tepian kanal dan terusan, penduduk Batavia lainnya lalu lalang di tengah seribu satu kesibukan.

Batavia pernah mendapat julukan 'Ratu dari Timur' karena kecantikan kota ini dengan kenal-kanal nya. Seorang penjelajah Couperos menjadi saksi para orang kaya VOC membangun rumah-rumah di tepi parit dan kanal Tigergrach, berpagar tanaman berupa pohon kenari di kiri-kanan, melebihi segala-galanya yang pernah dirinya lihat di Belanda.

Thomas B Ataladjar dalam buku Toko Merah menuliskan saat senja menjelang, rumah-rumah pemandian di sepanjang tepian dinding kanal dan terusan Batavia, dipenuhi wanita telanjang dada berendam di air, dimana acapkali para pria mengintip dari sela-sela bangunan.

Sewaktu dirinya berada disana, saat malam terang bulan, terutama malam Ahad, pemuda dan pemudi yang tengah kasmaran menyanyi sambil memetik gitar menjelajahi kanal-kanal dengan perahu. Venezia, Italia seperti terlukiskan di Batavia dari ceritanya.

Kondisi kanal Batavia saat ini I Sumber Foto : dokpri

Wujud lingkungan cantik itu sudah hilang saat ini, paras ayu sang ratu dari timur telah ditelan Bumi berubah menjadi kota metropolis.

_

Kehadiran daku disini karena seorang kawan Desy Safari yang sangat cinta terhadap sejarah dan bangunan tua. Chat Whatsapp itu berbunyi "Bang Andri, mau ikutan kesini nggak ?" sambil melampirkan sebuah flayer bergambarkan bangunan kuno era kolonial.

Desy Safari Founder Pecinta Sejarah Budaya dan old Building (PSBB) I Sumber Foto : dokpri

Dirinya tau bahwa diri daku seorang pecinta sejarah dan traveler. Daku pun meng'iya'kan mengikuti trip yang berjuluk 'Amazing Huis De Klerk' besutan Pecinta Sejarah Budaya dan old Building (PSBB) bersama 13 orang traveler sejarah lainnya.

Bangunan ini telah menjadi Museum Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), terletak di Jl Gadjah Mada, Jakarta yang merupakan salah satu warisan arsitektur era kolonial. Daku hanya bisa memberi jempol karena bangunan kuno ini masih terjaga keasliannya hingga sekarang.

Lantas seperti apa sejarah dan perkembangan Gedung Arsip Nasional? Berikut jejak tapak ku ...

Rahman Hanif (Arsiparis) memberikan penjelasan mengenai Museum Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) kepada para traveler I Sumber Foto : dokpri
Rahman Hanif (berkaos putih) menjelaskan tentang lukisan-lukisan yang berada di Museum ANRI I Sumber Foto : dokpri

Desy mengajak Rahman Hanif (Arsiparis) untuk memberikan pengetahuan sejarah Gedung Arsip Nasional kepada kami para traveler pecinta sejarah.

Hanif menceritakan gedung ini dibangun pada sekitar Abad ke-18 oleh Reinier de Klerk untuk dijadikan rumah tinggal.

Reinier de Klerk merupakan seorang pedagang dan admiral angkatan laut yang kelak menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Ia mendirikan bangunan yang konsepnya merupakan vila mewah di luar tembok Kota Batavia.

Peletakan batu pertama berlangsung pada 1755 dan proses pembangunan selesai pada 1760.

Rahman Hanif menceritakan sejarah dari lonceng yg berada di kawasan komplek Museum ANRI I Sumber Foto : dokpri

Terdapat sebuah lonceng tertulis 1755 dan 3 meriam yang dibuat dan diletakkan didalam komplek Museum Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang masih bisa kita lihat sampai saat ini. Lonceng ini diproduksi di Jatinegara.

Sepeninggal Reinier de Klerk (1780) dan istrinya (1785), bangunan berungkali berpindah tangan.

Seiring berjalannya waktu dan pemilik gedung ini kemudian mengalami beberapa kali perubahan fungsi. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sempat menggunakannya sebagai kantor untuk urusan pertambangan pada 1925.

Setelah merdeka, Indonesia menggunakannya sebagai tempat menyimpan beragam arsip sebelum kemudian ditinggalkan di tahun 1979. Kemudian lokasi ini sempat terbengkalai.

Banyak bagian yang rusak karena tidak ada yang menghuni hingga awal tahun 1990an. Sempat ada wacana untuk meratakan gedung dan mendirikan pusat perbelanjaan, namun rencana itu dicegah oleh sebuah yayasan Belanda bernama Stichting Cadeau Indonesia.

Yayasan tersebut secara sukarela berusaha mengumpulkan dana untuk pemugaran gedung. Yayasan ini melaksanakan renovasi yang selesai di tahun 1995 sehingga daku dan teman-teman lain masih bisa menjejak dan menyaksikannya sampai hari ini.

Koleksi yang dipamerkan di Museum Arsip Nasional I Sumber Foto : dokpri

Museum ini terbuka untuk umum, bila yang berkunjung rombongan diharapkan mengajukan permohonan kunjungan terlebih dahulu. Museum ini memamerkan brankas kuno, perabot-perabot era kolonial, gramafone, surat-surat, senjata-senjata kuno, dan benda antik lainnya. Selain itu museum ini juga terbuka untuk berbagai acara baik fotografi, pameran, pernikahan, dan lain sebagainya.

Salam jejak langkah - Andri Mastiyanto

IG : @andrie_gan , Twitter : @andriegan

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image