Ramadan dan Inflasi
Kuliner | 2022-03-05 17:39:09*Ramadan dan Inflasi*
Berpuasa faktanya sudah di wajibkan atas orang-orang sebelum umat nabi Muhammad SAW,
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah, Ayat 183).
Dengan menahan makan,minum dan hal lain yang membatalkan puasa dari Subuh sampai dengan Magrib selama ramadan maka umat muslim dilatih untuk mengendalikan diri dan merasakan bagaimana rasa lapar dan haus sehingga mudah berempati terhadap orang lain daripada ego dirinya, bersifat dermawan dan sosial juga tidak bersifat boros dan foya-foya.
Selama ramadan maka makan umat muslim hanya 2 kali yaitu saat berbuka dan sahur sehingga ada pengurangan makan 1x dari biasanya yaitu makan pagi,siang dan malam. Jika melihat data ada 231.000.000 muslim (Statistik, kemenag 15 mei 2018) jika 50% nya berpuasa maka ada 115.000.000 jiwa x 1 makan perhari pengurangan konsumsi makan dan terdapat nilai pengurangan konsumsi yang sangat besar. Jika 1x makan senilai Rp.10.000,- maka ada penghematan 115.000.000 x Rp.10.000,- senilai Rp.1.115.000.000.000,-. Nilai yang fantastis.
Faktanya data inflasi di Indonesia selalu terjadi kenaikan selama bulan ramadan khususnya karena konsumsi makanan dan minuman selain pakaian. Data perhitungan pada tahun 2016 maka inflasi pada Ramadan 10 tahun terakhir berada di kisaran 0,7-3,3 persen.
Inflasi dapat disebabkan berbagai hal salah satunya adalah Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Keinginan yang terlalu berlebihan, permintaan menjadi bertambah, sedangkan penawaran masih tetap yang akhirnya mengakibatkan harga menjadi naik.
Menjadi pertanyaan mendalam, pada saat Ramadan yang sewajarnya terjadi pengurangan konsumsi makanan dan minuman malah terjadi peningkatan dan menyebabkan inflasi. Ada pemikiran bahwa Puasa yang dilakukan merupakan puasa balas dendam sehingga ketika telah tiba waktu berbuka maka kita malah meningkat konsumsi makan dan minumnya. Atau juga ada banyak orang yang tidak berpuasa sehingga konsumsi makanan dan minuman di masyarakat tetap tinggi. Dua faktor ini sepertinya berperan penting pada peningkatan inflasi pada bulan ramadan. Tidak hanya inflasi karena makanan dan minuman tetapi juga ada inflasi sandang. Masyarakat banyak memenuhi pusat perbelanjaan dan itu yang tampak belum lagi yang berbelanja on line.
Disinilah kita perlu meninjau dan menelaah kembali pelaksaan puasa kita, sudahkah kita berpuasa dengan sebenarnya dan memakai pakaian seperlunya saat hari raya Lebaran sehingga tindakan kita tidak hanya beribadah dengan baik dan benar tetapi juga dapat mengurangi inflasi yang akan datang. Aamiin YRA.
Wallahu a'lam bish-shawabi ( والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ )
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.