Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Giyoto

Tantangan Bonbon

Guru Menulis | Friday, 04 Mar 2022, 03:30 WIB

Tantangan Bonbon

Rumpun ilalang di tepi kolam tampak rimbun bergelayut menutupi sebagian kolam tanah Pak Tarjo. Gemericik air yang memancar dari sudut kolam menambah suasana asri di pagi hari. Air kolam yang jernih menyejukkan membuat ikan-ikan dalam kolam tersebut berenang kian kemari kegirangan. Nelly, seekor ikan nila dengan sisik kuning keemasan tampak berkilauan diterpa sinar mentari pagi. Ikan cantik ini berenang menyisir setiap sudut kolam. Ia merasa heran karena Si Pacu teman bermainnya belum keluar dari sarangnya. Pacu adalah ikan sejenis ikan bawal yang tubuhnya ditutupi sisik warna putih keperakan. Warna tubuhnya memang berbeda dari ikan-iakn sejenis dalam kolam itu.

"Selamat pagi, Nelly! Wah, indah sekali warna sisikmu!" sapa Rami dari arah depan Nelly. Rami adalah seekor ikan gurame yang ramah.

"Pagi juga Rami. Kamu mau ke mana?" Mereka berdua akhirnya berenang menuju arah yang sama. Rami berbalik sejajar dengan Nelly.

"Aku mau mencari Pacu, dari kemarin sore ia tidak kelihatan," sahut Rami. Beberapa hari Pacu tidak kelihatan bermain bersama dengan teman-temannya.

"Iya, Aku dari tadi juga belum ketemu dia," ucap Nelly.

"Kira-kira ia kemana, ya?" sambung Nelly.

Kedua sahabat itu terus berenang mencari Pacu. Setiap berpapasan dengan ikan lain selalu bertanya. Namun, sampai beberapa kali putaran mereka tak kunjung menemukan sahabatnya itu. Mereka berdua akhirnya berhenti berenang sambil sarapan.

"Sarapan dulu, yuk!" ajak Nelly kepada Rami. Rami juga sudah lapar karena sedari pagi berputar-putar sekeliling kolam.

"Yup, aku juga sudah lapar." Mereka menikmati bekal sarapan yang sudah disiapkan sambil menikmati hangatnya sinar mentari pagi. Cahaya matahari menembus jernihnya air kolam turut saksikan asyiknya ikan-ikan hilir-mudik berenang ke sana ke mari sambil bergurau.

"Wow, enaknya!" teriak Moly menghampiri Nelly dan Rami.

"Kalian hanya berdua, pada kemana lainnya?" lanjut Moly. Ia merasa ada yang belum lengkap, karena biasanya mereka beramai-ramai.

"Iya, Moly. Pacu dari kemarin tidak bermain dengan Kita. Biasanya khan Pacu selalu ikut," sahut Nelly.

"Tidak ada yang tahu, kenapa dia?" tanya Moly agak cemas.

"Aku dari tadi sudah tanya-tanya teman, tetapi mereka pada tidak tahu," terang Nelly.

"Sejak kemarin Aku lewat sarangnya juga tidak ketemu," timpal Rami.

Percakapan tiga sahabat itu terhenti ketika tak sengaja mereka melihat gundukan tanah di sudut kolam. Gundukan itu terasa aneh, karena hari-hari sebelumnya belum ada.

"Yuk, Kita tengok gundukan tanah itu!" Moly sedikit berbisik..

"Siapa tahu Pacu ada di sana!" lanjutnya.

Mereka perlahan berenang menuju gundukan tanah di sudut kolam. Ada perasaan takut dan was-was dalam diri mereka. Moly berada di posisi paling depan, dikuti Nelly dan Rami. Betapa kagetnya ketiga sahabat itu melihat keadaan di balik gundukan. Mereka melihat sahabat bermain itu diam membisu di sudut kolam. Pacu nampak murung, gerakan siripnya tampak lemah. Bahkan tubuh tambunnya sedikit bersandar pada batu besar di dekatnya. Sudah beberapa hari ini Pacu merasa malu karena diejek oleh beberapa temannya.

"Pacu, kenapa kamu bersembunyi di sini?" tanya Nelly.

"Tubuhmu tampak letih, apakah ada yang menyakiti Kamu?" Moly menimpali.

Pacu hanya terdiam, ia merasa bingung dan malu bila teman-temannya tahu kenapa ia menyendiri. Tubuh Pacu memang terbilang gendut, Beberapa temannya menghina Pacu setiap kali bertemu. Tidak mau di-bully tiap hari, akhirnya ia membuat gundukan dan bersembunyi.

Rami menyela, "Pacu tidak boleh begitu! Katakan saja kamu kenapa?"

"Kita bersahabat sudah lama, jangan bimbang untuk berbagi cerita!" ujar Nelly.

Pelan-pelan Pacu mulai menanggapi teman-teman sepermainan itu.

"Terima kasih kawan, Aku... Aku sangat malu karena tiap hari diejek oleh Bonbon dan kawan-kawannya," jawab Pacu pelan. Ia masih lemas, karena selama bersembunyi iya tidak makan sedikitpun. Bonbon adalah ikan sejenis dengan Pacu yang suka berbuat onar dengan ikan-ikan lain di kolam.

Nelly melanjutkan pertanyaannya,"Terus, Kamu diejek gimana sama Dia?"

"Sungguh keterlaluan!" imbuh Moly.

Pacu melanjutkan ceritanya,"Aku diejek gendut, jelek, suka tidur dan ..." Pacu tidak melanjutkan kata-katanya. Ia membuang pandangannya seolah menahan rasa malu yang besar. Beberapa saat mereka membisu.

"Sudahlah, Pacu. Jika kau tidak mau melanjutkan ceritamu, Bonbon sudah keterlaluan," ungkap Nelly kesal. Mereka mencoba menenangkan Pacu sambil berbagi makanan yang dibawa masing-masing. Tak lupa Rami memberi sebagian makanannya kepada Pacu. Ikan yang lain pun nampak ingin berbagi. Mereka kasihan pada Pacu yang telah dibully oleh temannya sendiri. Sejurus kemudian, Moly membuka

percakapan lagi.

Kali ini Moly nampak gembira seperti mendapat suatu ide seraya berkata, "Aha, Aku punya ide!"

"Apa idemu Moly?" tanya Rami dan Nelly bersamaan. Moly mendekati Nelly dan Rami serta-merta berbisik kepada temannya tersebut. Pembicaraan mereka tak didengar Pacu. Pacu merasa penasaran.

Nelly mulai sampaikan ide Moly dengan suara pelan nyaris kalah dengan suara gemericik air di atas permukaan. Ikan lain yang berlalu-lalang pun seolah tak menghiraukan percakapan pagi itu.

Nelly berujar, "Ide Moly keren lho, Ia usulkan Pacu tuk rajin olahraga dan mengurangi makan. Kata orang sih namanya diet."

"Wow, ide bagus itu!" menimpali.

Nelly menyahut, "Tapi bagaimana caranya?"

Rami mulai berpikir untuk menemukan cara diet Pacu.

"Aku tahu, tiap pagi dan sore Pacu harus berenang mengelilingi kolam dengan rintangan yang kita buat," celoteh Rami.

Moly menyahut, "Kolam ini terlalu besar kawan, kasihan kalau Pacu harus berputar penuh."

"Iya juga, ya," sela Nelly.

Rami melanjutkan bicara, "Bagaimana kalau setengahnya, sampai batu besar itu?"

Di tengah mereka asyik membahas cara diet Pacu, tiba-tiba rombongan Bonbon datang langsung mengacaukan suasana.

"Rupa-rupanya si gendut itu ada di sini!" teriak Bonbon dari kejauhan. Tubuh Bonbon memang kelihatan berisi dan lincah gerakannya. Sisiknya pun berkilauan membuat silau mata memandang. Teman-teman Bonbon nampak tertawa-tawa.

"Hei, ikan gendut sudah makan berapa kali pagi ini?" tanya Bonbon bernada mengejek.

"Pasti, sudah habis dua keranjang, Bos!" teriak salah satu kawan Bonbon.

"Hahaha...betul, Bos!" teriak yang lain tertawa lebar.

Nelly dan kawan-kawan yang lain hanya terdiam menyaksikan hinaan Bonbon pada Pacu.Mereka tidak boleh gegabah menghadapi Bonbon. Selain ukurannya lebih besar, gigi-gigi ikan jenis bawal ini sangat besar dan tajam.

Pacu mulai bereaksi seraya menjawab semua kata-kata Bonbon, "Maaf Bonbon, apa maumu?"

"Setiap kali kita bertemu selalu hinaan yang kau berikan," lanjut Pacu.

Bonbon menyahut, "Berani juga sekarang bicara!"

"Begini ikan jelek, Kita adu kekuatan saja. Kita putari kolam ini tiga kali. Yang dapat selesai dahulu, dialah pemenangnya," tantang Bonbon.

"Jika kau menang, Aku tidak akan ganggu kamu lagi," terang Bonbon.

"Namun, jika Kau kalah kalah, selamanya Kau jadi kacungku," lanjut Bonbon.

Beberapa saat tampak hening, seolah gelombang di kolam pun terhenti. Ikan-ikan yang berlalu-lalang pun tampak sepi.

"Baiklah Bonbon, tantanganmu aku terima," jawab Pacu.

Jawaban Pacu membuat teman-teman Pacu tercekat tak bisa berkata-kata.

"Kita berlomba dua minggu lagi. Kau tidak boleh menolak!" ujar Bonbon sambil ajak kawan-kawannya pergi.

"Pacu, Kau luar biasa!" teriak Rami.

Moly menimpali, "Bagus Pacu, mulai hari ini Kamu harus bersiap latihan."

"Siapkan dirimu, Pacu! Kami akan selalu mendukungmu," sahut Rami.

Nelly menjelaskan,"Mulai hari ini Pacu harus giat berlatih berenang mengitari kolam."

Kawan-kawan Pacu kompak memberikan dukungan untuk berlatih dan mengurangi makan. Pacu nampak bersemangat hari ini. Wajahnya yang sayu kini kelihatan lebih berseri walaupun masih kelihatan letih lesu karena beberapa kurangg nafsu makan.

"Kawan-kawan, nanti sore kita bertemu di sini lagi, ya!" ajak Nelly.

"Siap, Komandan!" jawab mereka kompak.

Ikan-ikan itupun berpisah menuju tempat masing-masing. Mereka berenang dan menari-nari di sela-sela ikan penghuni kolam. Mereka bersemangat dan gembira menyaksikan temannya yang kembali bersemangat.

Sore hari pun menjelang. Mereka telah berkumpul di bawah batu besar dekat gundukan yang dibuat Pacu.

"Pacu kok belum kelihatan, ya?" tanya Moly.

Nelly menyahut, "Kita tunggu sebentar lagi!"

"Ia pasti dating," tegas Rami.

Sesaat kemudian tampak seekor bawal besar menghampiri mereka. Bawal sisik putih bernama Pacu itu mengibas-kibaskan sirip ekornya. Pacu memang terlihat tambun dan kurang lincah dalam berenang. Hal itu sebabkan tubuhnya yang terlalu gemuk. Kini Pacu bersemangat untuk mengurangi makan dan berlatih renang cepat agar bisa kalahkan Bonbon.

"Ayo, Pacu! Satu, dua, tiga!" Nelly mulai hitungan memandu Pacu mulai berenang. Pacu mengawali berenang mengitari kolam. Pada putaran kedua Pacu nampak kelelahan dan hampir berhenti. Moly, Rami dan Nelly menyemangati Pacu dengan berteriak, "Ayo, pantang menyerah! Maju terus!"

Pacu pun melanjutkan putaran ketiga dengan agak kepayahan. Tubuhnya terasa berat. Sirip dada dan ekornya tak mampu mempercepat laju renangnya. Latihan pertama itu membuat Pacu bimbang bisa kalahkan Bonbon. Tetapi ia tidak mau kalau menjadi kacung Bonbon.

"Kawan, untuk hari ini cukup dulu ya. Aku sudah tidak kuat lagi," kata Pacu mengiba.

"Ok Pacu, besok kita latihan lagi," ucap Nelly.

"Malam ini Kau istirahat dulu, jangan lupa tetap makan lho!" sergah Moly.

Raja siang telah kembali ke peraduannya. Gelapnya malam pun perlahan menjelang mendinginkan air kolam. Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan berbagai lukisan angan-angan di benak. Penghuni kolam malam ini bersiap istirahat lebih awal. Banyak ikan mulai turun ke dasar dan masuk ke rumah masing-masing. Air permukaan lebih cepat dingin pada malam hari. Kebanyakan dari mereka tidur di dasar kolam yang lebih hangat. Hanya beberapa ekor ikan yang tampak sesekali menyembul ke atas.

Pagi menjelang mentari bersinar menghangatkan air permukaan kolam. Pacu sudah bangun dan langsung berenang mengelilingi kolam untuk beberapa kali. Ia mulai bisa mengatur gerak dan makannya. Teman-temannya juga setia menemani Pacu berlatih. Pacu berlatih sampai malam. Setiap hari Pacu tidak pernah berhenti berlatih. Tubuhnya pun kini mulai berkurang namun tambah padat yang memudahkan ia berenang dengan lincah.

Di tempat lain, Bonbon dan teman-temannya tampak bermalas-malasan. Bonbon yakin memenangkan perlombaan itu. Bonbon beranggapan bahwa Pacu adalah ikan lemah dan pemalu.

"Aku pasti bisa kalahkan ikan pecundang itu!" kata Bonbon dalam hati.

Hari berganti hari, waktu perlombaan pun tiba. Bonbon dan teman-temannya datang lebih awal. Tak lama berselang, teman-teman Pacu pun datang. Di sana Pacu belum kelihatan.

"Hei, mana teman gendut Kalian itu?" teriak Bonbon.

Kali ini Bonbon sangat bersemangat menampilkan tubuh gempalnya. Gigi-giginya yang besar dan tajam membuat siapapun yang memandangnya akan keder dan takut.

"Jika tidak datang, maka Ia akan jadi kacungku selamanya. Hahaha!" sumbar Bonbon.

Sesaat kemudian, keladi air di balik batu nampak bergerak-gerak. gelembung air yang ditimbulkan sangat besar mencipta gelombang yang besar. Gelembung-gelembung air muncul itu sebagai akibat kibasan sirip-sirip Pacu. Ia tampak lebih segar dan bergerak lincah, dorongannya kuat membuat air beriak. Tubuhnya yang berbalut sisik putih menambah keelokan tubuhnya. Kini ia tampil denganpenuh semangat dan percaya diri. Teman-teman Pacu nampak terkesima dengan sepak terjangnya pagi ini.

"Wow, gagahnya!" teriak Moly.

"Kau pasti menang!" sahut Rima.

"Mari kita buktikan siapa yang paling kuat?" gertak Bonbon. Teman-teman Bonbon sangat kagum dengan keberanian Pacu. Pacu yang kini tubuhnya lebih padat berisi. Tubuh gendutnya pun saat ini sudah tidak terlihat. Mereka khawatir bosnya akan kalah. Apa lagi sampai hari perlombaan ini bosnya itu tidak pernah berlatih bahkan malahbanyak tidur dan makan.

Perlombaan pun segera dimulai. Kedua ekor ikan sejenis itu bersiap di samping batu besar sebagai titik awal. Nelly mengulangi peraturan lombanya.

"Teman-teman, hari ini kita akan menjadi saksi sebuah peristiwa yang sangat istimewa. Kita mulai saja ya. Satu, dua, ... tiga!" kata Nelly bersemangat.

Dua ikan besar itu mulai berenang mengelilingi kolam sebanyak tiga kali. Teman-teman mereka memberi semangat agar jagonya menang. Pada putaran pertama ini, Pacu nampak tertinggal beberapa meter. Bonbon memacu sirip-sirip kokohnya dengan cepat sehingga begitu hitungan ketiga langsung melesat jauh.

"Kau pasti kalah, tidak bisa melawanku!" teriak Bonbon dari kejauhan di depan Pacu.

Pacu tampak tenang dan terus memacu diri mengejar Bonbon.

"Jangan senang dulu kawan, Aku akan mengalahkanmu!" ucap Pacu dalam hati.

Putaran pertama hampir selesai, Pacu masih tertinggal jauh di belakang Bonbon. Bonbon merasa yakin kali ini pasti akan menang. Tanpa disadari Bonbon, Pacu berenang lebih gesit dan cepat mengejar di belakangnya. Sementara Bonbon agak sedikit berkurang kecepatannya, ia mulai keletihan. Tetapi ia tetap yakin memenangi perlombaan.

Dugaan Bonbon meleset, Pacu yang lemah, Pacu yang gendut, Pacu yang pemalu itu ternyata sudah menyusul beberapa meter di belakangnya. Bonbon kaget luar biasa dan kembali memacu dirinya lebih cepat. Namun kecepatan Pacu tak bisa diremehkan.

"Ayo, kawan lebih cepat lagi!" teriak Pacu tiba-tiba sudah disamping Bonbon.

Bonbon nampak kesal dan meyahut teriakan Pacu, "Sialan, Kau juga bisa berenang dengan cepat rupanya."

"Tapi, Kau tidak akan bisa kalahkan Bonbon sang jawara!" gertak Bonbon.

Putaran kedua mereka saling mendahului. Tak jarang Pacu memimpin di depan. Sesekali Bonbon tampak memimpin. Perjuangan keduanya disaksikan banyak ikan hari itu. Moly, Nelly dan Rami tiada henti berteriak memberi semangat kepada Pacu. Tubuh Bonbon memasuki putaran ketiga terlihat melemah, tubuhnya yang gempal tampaknya mempengaruhi gerakannya. Namun, ia tidak mau kalah. Niat jahatnya mulai muncul, ia akan menabrak Pacu dari samping. Pacu beberapa depa di depannya. Bonbon bersusah payah mengejar Pacu. Ia berusaha menyamai Pacu dan akan menyerempetnya. Bonbon pikir dengan melakukan itu pacu akan jatuh terpental. Sehingga dialah yang menang. Kini Bonbon tepat di samping Pacu. Pacu tetap tenang mendayung kencang dengan sirip-siripnya.

Bonbon menggangu perhatian pacu dengan umpatan-umpatannya. Ia menggertak dan mengejek Pacu.

"Kau akan jadi kacungku selamanya Ikan jelek!" seringai Bonbon sambil memepet Pacu.

Melihat Bonbon bermain curang, Pacu mempercepat gerakan mendayungnya. Sirip ekornya berkelebat dengan cepat. Pepetan Bonbon meleset tajam, Bonbon tidak bisa mengendalikan kecapatan tubuhnya. Tubuh Bonbon menghantam batu besar di dekat garis finis. Gerakannya limbung menatap tepi kolam dan jatuh ke dasar kolam. Bonbon tak bisa bergerak lagi. Seketika itu ia lemas dan terkulai di dekat finis. Pacu terus berenang dengan sekuat tenaga menuju finis. Kemenangan Pacu pun di depan mata.

"Hore, Pacu menang, Pacu hebat, Pacu kuat!" teriak teman-temannya mengelu-elukan Pacu.

Garis finis telah diraih Pacu. Pacu merasa senang telah berhasil mengalahkan Bonbon yang sombong. Tubuhnya juga terasa payah, ia tak percaya dapat mengelilingi kolam sebanyak tiga kali dan kalahkan teman yang memusuhinya. Setelah beberapa saat memulihkan tubuhnya, Pacu perlahan berenang menghampiri Bonbon yang terkulai di samping batu besar. Mata Bonbon berkunang-kunang, ia masih pusing akibat benturan tadi. Sekujur tubuhnya terasa sakit.

"Pacu, maafkan Aku! Ternyata kau hebat," ucap Bonbon singkat.

"Tidak perlu minta maaf Bonbon, Kau juga hebat. Kau telah mengajari Aku sebuah perjuangan!" jawab Pacu.

"Aku malah berterima kasih padamu. Kau telah menjadikan Aku percaya diri," sambung Pacu.

Bonbon menjawab, "Pacu, sesuai janjiku, mulai hari ini Aku tidak akan mengganggumu dan kita berteman."

"Kalian hebat!" teriak teman-teman mereka yang sedari pagi menyaksikan perlombaan mereka.Akhirnya, sejak hari itu mereka bersahabat dan bermain bersama.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image