Belajar Membersamai Kehidupan
Guru Menulis | 2022-02-27 10:49:15Giat dinamika kehidupan memiliki sebuah simpul makna bagi orang yang hidup di dunia ini. Rutinitas yang dijalankan membangun sebuah pengertian bahwa esensi hidup haruslah dijalankan dengan kepasrahan jiwa dan raga. Tak boleh berdiam untuk membangun asa dan menggapai cita.
Ketika Allah SWT menciptakan manusia ntuk selalu mendekatkan diri dengan segenap kepasrahan. Maka disitulah manusia membangun, mengembangkan dirinya sebagai hamba yang beriman taat dan patuh atas perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Simpul-simpul kepatuhan yang harus dijalankan sebagai seorang Hamba yang beriman dan bertaqwa. Manusia harus bergerak dan berlari dalam mengembangkan jati dirinya ke dalam arah yang lebih baik dari sebelumnya. Ketika dia terjatuh harus mampu bangkit dan bergerak kembali menatap masa depan.
Manusia memiliki akal dan pikiran yang mampu mendorong dirinya agar selalu bergerak dinamis menuju peningkatan keshalehan amal perbuatan. Nalar-nalar kritis yang dipakai harus sering digunakan dengan pijakan keilmuan dan pijakan dalam teks ayat Suci Al Quran. Perlu belajar menggunakan nalar-nalar kritis yang di dapat dari hasil literasi untuk diterjemahkan menjadi suatu giat yang bermanfaat.
Sebagai contoh ketika kita belajar memahami waktu maka dasar rujukannya ada dalam surat al ashr ayat 1-3. Yang artinya Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 1-3).
Dalam surat pendek al ashr menjelaskan kepada kita bahwa untuk mempergunakan waktu itu dengan sebaik mungkin agar kita tidak menjadi orang yang merugi dan lalai dalam tugas sebagai orang Hamba Allah yang Beriman. Rugi dalam hal kita tidak menjalankan sholat 5 waktu dan amal sholeh lainnya. Rugi apabila kita tidak bersedekah dan menjalankan amal sholeh.
Giat kehidupan harus selaras seiring sejalan dengan gagasan dan ide yang dibangun. Butuh perencanaan dalam melakukan giat dan aktifitas yang dilakukan. Sehingga akan menghasilkan sesuatu yang baik dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Tidak boleh tergesa-tergesa dalam mengambil suatu keputusan untuk giat dan aktifitas.
Perlunya belajar mengatur waktu dalam merencanakan dan merangcang masa depan. Disinilah perlu belajar dari kesalahan yang pernah kita lakukan untuk tidak diulang yang kedua kalinya. Terkadang kita tidak mau belajar dari proses kesalahan yang pernah kita lakukan. Sebagian dari kita Belajar dianggap tabu dan hanya di bangku sekolah saja. Padahal proses belajar bisa didapatkan dari pengalaman kehidupan bersama ditengah masyarakat.
Ketika di sekolah kita belajar secara teori dan teks buku pelajaran yang diajarkan oleh guru di dalam kelas. Maupun secara praktek yang memang dihadapkan secara realita kehidupan yang ada ditengah masyarakat. Ataupun mereka dapatkan dalam kegiatan pembinaan ektra kurikuler dalam pengembangan diri. Akan tetapi hal tersebut butuh kejelian keberanian dalam mengatur dan merencanakan setelah proses yang di dapat dalam bangku sekolah.
Belajar mengelola waktu yang hari terasa kurang bagi kita manusia yang hidup di dunia. Waktu kita dihabiskan untuk hal yang terkesan kurang bermanfaat. Paruh waktu kita habiskan untuk memainkan games online, nongkrong, ngerumpi dan lain sebaginya. Padahal Allah SWT menyediakan waktu kita untuk menjalani hidup di dunia selama 24 jam sehari semalam. Tak pernah berkurang nikmat yang Allah berikan untuk kita giat dalam kehidupan di dunia.
Esesnsi belajar sepanjang hayat perlu dipahami secara benar oleh kita semua. Kita perlu belajar membenahi sisi literasi yang sudah usang dan perlu di ganti dengan hal yang baru jika mengalami suatu masalah. Sehingga tidak tertinggal dalam menjalani modernitas pengetahuan dan teknologi. Hal ini senada apa yang dikatakan dalam Kalam Allah tercantum dalam Surat Ar Ra’d ayat 11 yakni “ ..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.