Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Upik Kamalia

Aceh Inspirasi NKRI yang Dilupakan

Sejarah | Saturday, 26 Feb 2022, 21:55 WIB

Berbicara tentang Aceh banyak hal yang bisa dibicarakan meningat perjalanan panjang Aceh sebagai sebuah Kerajaan yang berdaulat ataupun sebagai propinsi yang tiada henti memberi arti bagi NKRI. Perkembangan dan penyebaran Islam di nusantara menjadi awal arti penting keberadaan Aceh. Perlawanan gigih yang diperlihatkan dalam perang sabil melawan colonial Belanda turut memberi arti yang tidak kalah penting terlebih jika kita hubungkan dengan begitu mudahnya kita sebagai bangsa hari ini ditarik ulur oleh kekuasaan asing. Para pejuang Aceh seperti Cut Nyak Dien, panglima Polim, Tengku Umat seolah mengingatkan kita bahwa harga diri bangsa harus dijaga dan diperjuangkan dengan tetesan darah. Pengorbanan mereka belum berakhir saat Indonesia merdeka. Kerelaan rakyat Aceh untuk mendukung perjuangan NKRI melalui harta telah pula mereka buktikan, sebuah pesawat dibeli dengan emas-emas yang dikumpulkan rakyat Aceh. Jadi tidak salah jika dikatakan Aceh adalah inspirasi NKRI. Negara Indonesia berhutang budi pada Aceh.

Inspirasi awal bisa ditelusuri sejak Aceh menjadi gerbang dan pusat penyebaran Islam ke bagian wilayah Indonesia lainnya. Boleh dikatakan hampir semua kerjaan Islam di Nusantara berhutang budi pada Aceh. Aceh dengan para nakhoda, saudagar dan ulamanya memberi warna pada kerajaan-kerajaan tersebut. Kerjaan Demak sebagai kerajaan Islam tertua di Jawa tidak bisa melupakan jasa seorang Fatahillah yang berasal dari Pasai yang menjadi panglima perang ternama dari kerajaan tersebut. Berkat kepiawaiannya Jakarta terbebas dari Portugis, Banten berhadil direbut dan Cirebon dikuasai. Islampun berkembang di Pulau Jawa menjelma kedalam kerajaan-kerajaan besar sesudah itu. Pajang, Mataram, dan Banten. Islam yang telah menyebar di Pulau Jawa dikembangkan lagi keluar oleh para ulama disana yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Sunan Giri merintis Islam di Maluku dan Nusa Tenggara.

Pelayanran dan perdagangan yang maju saat itu telah mempermudah hubungan antar pulau terlebih dengan Aceh yang memiliki posisi yang sangat stategis sebagai pusat perdagangan. Hilir mudik manusia dan barang telah mengantarkan Aceh menjadi pusat ilmu pengetahuan dan keagamaan Islam. Keberadaan ulama besar semisal Hamzah Fansuri, Nurudin Arraniri, Syamsudin Al Sumatrani dan Abdul Rauf Al Singkili semakin memberi bukti kebesaran Aceh sebagai pusat ilmu. Ulama-ulama tersebut turut mempengaruhi perkembangan Islam di Minangkabau melalui Syekh Burhanudin yang makamnya sampai sekarang masih rutin dikunjungi pengikutnya. Orang Minang tentu tidak akan melupakan jasa ulama Aceh yang telah memperkenalkan mereka dengan Islam dan kemudian menjadikan agama itu sebagai bagian dari keseharian mereka. Tidak hanya agama Islam, pola hidup orang Minangpun dipengaruhi oleh budaya Aceh yang terlihat dari pakaian dan gelar yang dipakai sebagai masyarakat.

Kebesaran Aceh juga terlihat dari hubungan diplomatic yang mereka jalin dengan berbagai kerajaan-kerajaan besar seperti Turki Usmany, Persia dan Mesir. Hubungan baik tersebut telah menjadikan Aceh menjadi kerajaan yang disegani dizamannya. Meskipun kerajaan semacam Turki mereupakan kerajaan besar atau adikuasa istilah saa ini tidak lantas menjadikan posisi Aceh dibawah kerajaan tersebut. Aceh mampu memposisikan diri sejajar dengan mereka. Sebuah inspirasi yang mestinya diambil Indonesia saat ini yang tengah terpuruh dalam kubangan hutang dan kukungan Negara besar.

Aceh berhadapan dengan kekuasaan asing yang ingin menguasai negeri mereka sekali lagi memberikan inspirasi bagaimana sebuah hal milik dan kebanggaaan harus dipertahankan. Perang Sabil dikobarkan untuk mengusir penjajah. Para pahlawan bermunculan silih berganti hampir-hampir menyurutkan niat colonial Belanda untuk menguasai Aceh. Segala daya upaya diusahakan untuk menghancurkan Aceh. Aceh mungkin berhasil dikuasai tetapi semangat perlawanan tidak pernah padam. Tengku Umar dan istrinya Cut nyak Dien telah mengajarkan untuk tidak lemah dan berlemah hati terhadap godaan harta dan kekuasaan. Pengorbanan mereka menginspirasi generasi muda Aceh untuk bangkit dan membangun Aceh pasca Tsunami

Aceh menjadi salah satu daerah di Indonesia yang terakhir digabungkan kedalam Hindia Belanda. Oleh sebab itu bisa disimpulkan bahwa Aceh paling sebentar juga dijajah dan paling cepat merdeka. Hal itu tidak lantas membuat Aceh terakhir juga menjadi Indonesia. Rakyat Aceh dengan cepat menerima kehadiran Indonesia dan menjadi bagian dari NKRI. Tidak cukup demikian penerimaan itu sekaligus dibuktikan secara nyata. Pengorbanan untuk NKRI dibuktikan rakyat Aceh saat Presiden Soekarno berkunjung ke Aceh dan meminta rakyat Aceh untuk membantu membeli sebuah pesawat yang kemudian diikuti oleh rakyat Aceh dengan berbondong-bondong melepaskan cincin, kalung dan perhiasan mereka. Pesawat itu kemudian diberi nama Seulawah atau gunung emas . Sungguh sebuah pengorbanan tulus yang mestinya dibalas setimpal. Namun kenyataan berbicara lain rakyat Aceh kecewa karena permintaan mereka untuk dapat hidup sesuai syariat Islam tidak dikabulkan. Rakyat Aceh kembali berjuang untuk mempertahankan kebanggaan mereka yang ternodai yakni Islam. Hati mereka kembali luluh, uluran damai pemerintah pusat yang tidak bisa menghadapi perlawanan rakyat Aceh secara bersenjata akhirnya diterima. Sekali lagi kebesaran hati diperlihatkan rakyat Aceh. NKRI pun terselamatkan.

Memasuki periode Indonesia pasca orde lama posisi Aceh sebagai bagian dari NKRi seperti antiklimaks dimana yang terlihat disana adalah perlakukan tidak adil yang harus dialami Aceh. Selama kurun waktu hampir 30 tahun rakyat Aceh mengalami diskriminasi sehingga menjadi propinsi yang jauh dari berkembang. Bayang-bayang disintegrasi mengancam melalui GAM dan ketidakadilan social. Aceh yang kaya akan sumber daya alam hanya menjadi sapi perahan pemerintah pusat melalui tangan-tangan kapitalis. Namun rakyat Aceh tetap menjadi bagian dari NKRI. Rakyat Aceh tidak berniat melepaskan diri dari NKRI . Satu hal yang mereka inginkan yakni keadilan social.

Tsunami 2004 yang menghancukan bumi Nanggroe Aceh Darussalam ternyata membawa hikmah tersediri. Bencana itu nyatanya menyatukan kembali rakyat Aceh. Menyadarkan semua orang di republic ini bahwa Aceh adalah bagian dari sejarah mereka. Menghentakkan kesadaran bahwa Rakyat Aceh adalah saudara mereka yang membutuhkan uluran tangan. Menyadarkan kelompok-kelompok yang bertikai untuk kembali membangun Aceh. Aceh sekarang bukan Aceh yang dulu. Sekarang mereka sedang menatap masa depan dengan kebanggaan dan kejayaan masa lalu. Masa depan adalah milik mereka.

Perjuangan rakyat Aceh adalah inspirasi bagi Indonesia hari ini. Kegigihan mereka melawan penjajah dan ketulusannya menjadi bagian dari NKRI mestinya menjadikan bangsa ini belajar dari mereka. Sejarah Aceh adalah sejarah Indonesia yang mestinya mendapatkan porsi lebih dalam penulisan sejarah Indonesia. Kejayaan Indonesia akan bermula dari Aceh. Inshaallah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image